IHSG Terpeleset 53 Poin, Sentimen Global dan Profit Taking Jadi Penekan

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia kembali terseret ke zona merah pada penutupan perdagangan Selasa sore. IHSG ditutup melemah 53,51 poin atau 0,61 persen ke level 8.657,18. Tekanan juga terjadi pada indeks LQ45 yang turun 0,82 persen ke posisi 848,06.

Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim menjelaskan, pelemahan IHSG tidak lepas dari aksi profit taking setelah indeks sempat menyentuh rekor tertinggi baru.

“Pelemahan indeks disinyalir akibat profit taking setelah mencapai level tertinggi baru dan sentimen negatif dari indeks bursa kawasan Asia yang cenderung melemah menjelang pertemuan The Fed,” jelasnya dikutip dari Antara, Selasa (9/12/2025).

Dari sisi global, pasar menanti keputusan bank sentral Amerika Serikat yang akan menggelar FOMC pada 9–10 Desember 2025. Berdasarkan data FedWatch CME, peluang The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin mencapai 89 persen.

Sementara itu, dari dalam negeri, optimisme konsumen meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2025 tercatat naik ke level 124, berbanding 121,2 pada bulan sebelumnya. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Februari 2025, ditopang naiknya seluruh subindeks utama.

Gerak IHSG Hari Ini

IHSG sempat dibuka menguat, namun tak lama bergerak ke zona negatif hingga akhir sesi pertama. Pada sesi kedua, tekanan jual belum mereda sehingga indeks tetap berada di wilayah pelemahan sampai penutupan perdagangan.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor mampu menguat, dipimpin sektor infrastruktur yang naik 1,48 persen. Sektor teknologi serta sektor transportasi dan logistik ikut menguat masing-masing 1,03 persen dan 0,39 persen.

Sementara itu, delapan sektor lainnya terkoreksi. Sektor barang baku melemah paling dalam sebesar 1,43 persen, disusul sektor properti yang turun 0,95 persen serta sektor barang konsumen non primer yang terkoreksi 0,94 persen.

Aktivitas perdagangan tercatat tinggi dengan 3,11 juta transaksi, melibatkan 54,21 miliar lembar saham senilai Rp26,17 triliun. Sebanyak 250 saham menguat, 432 melemah, dan 119 stagnan.

Saham yang Menguat

Sejumlah saham mencatatkan penguatan signifikan, antara lain DOOH, BMHS, DGNS, BOGA, dan INET. Sementara saham yang melemah terdalam meliputi PURI, KOKA, NAYZ, MEJA, dan PGJO.

Di sisi eksternal, pergerakan bursa Asia turut memberi tekanan terhadap IHSG. Indeks Nikkei menjadi salah satu yang menguat signifikan, naik 2,40 persen ke level 48.625,88. Namun, indeks Hang Seng justru melemah 1,97 persen, sementara indeks Shanghai turun tipis 0,05 persen. Sebaliknya, indeks Strait Times mencatat kenaikan 0,62 persen.

Dengan kombinasi sentimen global dan aksi ambil untung investor domestik, IHSG diperkirakan masih akan volatile hingga keputusan suku bunga The Fed dirilis. Pelaku pasar kini menantikan data penjualan ritel Oktober 2025 yang diproyeksikan tumbuh 4 persen secara tahunan, meningkat dari 3,7 persen pada September 2025.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |