Green Power Group (LABA) Buka Suara Soal Deportasi Direktur Utama Perseroan

1 day ago 4

Liputan6.com, Jakarta - PT Green Power Group Tbk (LABA) menyampaikan klarifikasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait pemberitaan di media sosial dan media daring mengenai dugaan deportasi Direktur Utama Perseroan, An Shaohong (Antony).

Melansir tanggapan resmi kepada BEI, manajemen menyatakan hingga saat ini Perseroan belum menerima informasi resmi dari instansi imigrasi atau lembaga terkait mengenai deportasi An Shaohong. 

Perseroan juga mengaku belum mengetahui secara pasti permasalahan yang dihadapi Direktur Utamanya dan mengakibatkan isu deportasi tersebut mencuat

Perseroan menjelaskan, berdasarkan informasi yang beredar di media sosial TikTok pada 5 Desember 2025, disebutkan adanya dugaan pelanggaran keimigrasian oleh An Shaohong, termasuk terkait aplikasi APOA serta status sebagai daftar pencarian orang (DPO) di negara asalnya. Namun, manajemen menegaskan tidak mengetahui kebenaran dua informasi tersebut

Green Power Group juga menegaskan tidak pernah menjumpai paspor Indonesia atas nama Antony sebagaimana diberitakan. Apabila terdapat permasalahan keimigrasian atau administratif yang melibatkan An Shaohong, Perseroan menyatakan hal tersebut merupakan urusan pribadi dan tidak berkaitan dengan kegiatan usaha maupun operasional perusahaan

Terkait status jabatan, Perseroan menyampaikan bahwa berdasarkan akta notaris terbaru per 20 Juni 2025, An Shaohong masih tercatat sebagai Direktur Utama. Namun hingga kini, keberadaan dan kondisi yang bersangkutan belum diketahui, dan manajemen masih berupaya melakukan komunikasi langsung

Mengantisipasi kemungkinan penyesuaian struktur manajemen, Perseroan telah mengumumkan rencana penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Jika diperlukan, perubahan susunan organ Perseroan dapat dilakukan pada Januari 2026. Sementara itu, tugas Direktur Utama akan dijalankan oleh direksi lainnya

Manajemen memastikan isu tersebut tidak berdampak signifikan terhadap operasional Perseroan maupun entitas anak. Seluruh kegiatan usaha tetap berjalan normal, meski terdapat potensi fluktuasi harga saham akibat sentimen pasar atas pemberitaan yang beredar

Perseroan menegaskan komitmennya untuk terus menyampaikan keterbukaan informasi yang akurat dan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI, serta akan memperbarui informasi apabila terdapat pernyataan resmi dari instansi berwenang 

KRYA Klarifikasi Deportasi Komisaris Utama, Operasional Disebut Tetap Normal

Sebelumnya, PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) menyampaikan klarifikasi resmi terkait pemberitaan mengenai deportasi Komisaris Utama Perseroan, An Shaohong. 

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (10/12/2025) manajemen menyatakan peristiwa tersebut tidak berdampak terhadap kegiatan operasional, kinerja, maupun kelangsungan usaha perusahaan

Perseroan menegaskan struktur manajemen dan operasional tetap berjalan normal. Seluruh aktivitas usaha, termasuk pemenuhan kewajiban kepada pelanggan dan pemegang saham, disebut tetap berlangsung tanpa gangguan

Manajemen juga menyatakan tidak mengetahui perkara hukum yang dihadapi An Shaohong serta menegaskan Perseroan tidak terlibat dalam kasus maupun proses hukum apa pun, baik di Indonesia maupun di Republik Rakyat Tiongkok. 

KRYA menekankan isu yang menimpa komisaris utama tidak memberikan dampak negatif terhadap agenda bisnis perusahaan

Saat ini, KRYA tengah memproses pergantian Komisaris Utama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perseroan. Informasi lanjutan akan disampaikan melalui keterbukaan informasi apabila terdapat perkembangan material

Direktur Utama KRYA William Teng menyampaikan kondisi operasional Perseroan tetap stabil dan berada dalam kendali manajemen. Ia menambahkan proses penggantian Komisaris Utama dilakukan melalui mekanisme korporasi untuk memastikan keberlanjutan fungsi pengawasan perusahaan

KRYA Akuisisi 51% Saham ECGO, Resmi Masuk ke Bisnis Motor Listrik

Sebelumnya, PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) resmi masuk ke bisnis motor listrik setelah mengakuisisi 51% saham PT Green City Traffic.

Pendiri sekaligus CEO ECGO, William Teng, yang juga akan menjabat sebagai Presiden Direktur KRYA, mengungkapkan strategi pertumbuhan perusahaan dalam konferensi pers. 

Ia menyebut, ECGO telah membangun ekosistem terintegrasi selama tujuh tahun terakhir, mulai dari desain dan produksi kendaraan, riset serta penyewaan baterai, jaringan stasiun penukaran baterai, hingga platform manajemen digital. Dalam lima tahun ke depan, ECGO menargetkan penjualan kumulatif minimal 1 juta unit motor listrik.

Dalam sesi demo, media melihat langsung kecanggihan platform manajemen dan pengendalian risiko milik ECGO. Sistem ini memungkinkan dealer di seluruh Indonesia menilai kelayakan kredit dan risiko pengemudi secara daring maupun luring, lalu menyewakan motor kepada pengemudi terpilih. 

Dengan tarif sewa mulai Rp39.000 per hari untuk motor dengan dua baterai, pengemudi ojek online bisa mengisi daya di rumah atau menukar baterai di stasiun ECGO, sehingga biaya operasional jauh lebih rendah. 

Pengemudi yang menggunakan motor ECGO tercatat meraih pendapatan tambahan rata-rata Rp1,2 juta per bulan dibandingkan pengguna motor bensin.

Margin Kotor

William Teng menegaskan selain margin kotor hingga 40% dari penjualan motor dan baterai, penyewaan baterai akan menjadi sumber pendapatan jangka panjang yang stabil. 

“Dengan teknologi protokol tertutup, motor ECGO hanya bisa digunakan dengan baterai ECGO, sehingga permintaan penyewaan akan terus ada,” jelasnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (11/8/2025).

Perusahaan juga mendapatkan pemasukan signifikan dari layanan perangkat lunak yang dipakai dealer untuk memantau kendaraan, memproses pembayaran, dan mengelola risiko. 

Rata-rata setiap pengemudi menghasilkan pendapatan bersih Rp1,8 juta per tahun untuk ECGO, sehingga jika dalam lima tahun ada 1 juta pengemudi aktif, potensi pendapatan bersih dari biaya platform bisa mencapai Rp1,8 triliun per tahun.

Permintaan motor ECGO saat ini bahkan melampaui pasokan, dengan lebih dari 70.000 pengemudi sudah masuk daftar tunggu. 

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |