Peluang Investasi saat Rupiah Melemah dan Koreksi Imbal Hasil Obligasi

2 months ago 81

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah selama sepekan. Rupiah ditutup di sekitar level 16.700, tetapi masih di bawah titik tertinggi pada 2025 di kisaran 16.870 pada April.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS itu sebagian didorong oleh penguatan data Amerika Serikat (AS) baru-baru ini yang menyebabkan indeks dolar AS menguat ke 98,5, dibandingkan titik terendah pada bulan ini di 96,6. Hal itu didorong kekhawatiran investor global terhadap perubahan kebijakan domestik seperti defisit fiskal yang lebih lebar dan reshuffle kabinet baru-baru ini.

Selain itu, pemangkasan suku bunga yang mengejutkan oleh Bank Indonesia memberikan tekanan positif pada mata uang.

Bank Indonesia (BI) telah meningkatkan komitmennya untuk menjaga stabilitas mata uang melalui berbagai langkah yang diambil, baik di pasar domestik maupun luar negeri.

"Berdasarkan langkah-langkah yang diambil oleh BI, kami melihat bahwa fokus telah bergeser ke arah pertumbuhan domestik di mana lebih banyak keleluasaan telah diberikan kepada mata uang, namun BI kemungkinan akan melanjutkan intervensi aktif untuk menekan lonjakan volatilitas nilai mata uang,” demikian seperti dikutip dari riset Ashmore Asset Management Indonesia, Minggu (28/9/2025).

Defisit Fiskal jadi Perhatian

Berita utama terbaru yang memengaruhi mata uang termasuk estimasi defisit fiskal yang lebih luas dari sebelumnya 2,48% menjadi 2,68% pada 2026. Meskipun defisit telah melebar, estimasi tersebut tetap di bawah batas atas 3%.

Pasar sedang memantau pengeluaran yang diusulkan, khususnya terkait transparansi dan apakah pengeluaran akan condong ke inisiatif-inisiatif produktif.

Dalam jangka pendek, defisit yang diusulkan lebih tinggi kemungkinan akan meningkatkan jangka waktu premi hingga rincian lebih lanjut dirilis.

Secara keseluruhan, rupiah telah melemah sejak bulan lalu, tetapi BI telah melakukan intervensi untuk menjaga stabilitasnya.

"Kami yakin mata uang ini masih dapat melihat stabilitas sebagai skenario dasar, namun volatilitas dapat kembali jika DXY menguat akibat data AS yang mengejutkan,”.

Peluang Investasi

Investor menuntut premi jangka panjang yang lebih tinggi, sehingga imbal hasil tenor panjang tetap tinggi dibandingkan dengan imbal hasil tenor pendek dengan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun yang berada di 4,99%, dibandingkan dengan imbal hasil obligasi 5 tahun di 4,33% dan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tahun di 3,88%.

"Namun, kami berpendapat bahwa premi jangka panjang dapat turun secara bertahap seiring dengan berlanjutnya siklus pelonggaran moneter global dan dengan arahan yang lebih jelas mengenai bauran kebijakan terkini,”

Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor panjang tetap tinggi dan dapat memberikan keuntungan bagi investor dalam jangka menengah, dengan penurunan suku bunga BI yang diperkirakan masih akan berlanjut setidaknya hingga kuartal pertama 2026.

"Pelemahan Rupiah saat ini dan koreksi imbal hasil obligasi, terutama pada tenor yang lebih panjang, memberikan peluang untuk berinvestasi pada titik masuk yang lebih menguntungkan,"

Pasar Keuangan dan Komoditas Sepekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat minggu ini dan ditutup pada level 8.099. Investor asing mencatatkan arus masuk sebesar USD 272 juta atau Rp 4,54 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.699) dalam minggu terakhir.

Sektor yang berkinerja baik adalah sektor Industri dan Konsumen Non-Siklis yang masing-masing naik sebesar 7,79% dan 6,34%. Sektor yang tertinggal adalah sektor Transportasi & Logistik yang turun sebesar 0,14%.

Pada pekan ini, harga minyak naik 3,78% dan emas menguat 1,74%. Sementara itu, bitcoin turun 5,1% dan harga batu bara merosot 1,74%.

Minggu ini, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal kedua secara mengejutkan menguat, mencapai pertumbuhan tahunan tercepat

sejak kuartal ketiga 2023, yang terutama disebabkan oleh revisi kenaikan belanja konsumen. Sementara itu, barang tahan lama naik dari bulan sebelumnya dan membalikkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut.

Data klaim pengangguran awal mingguan juga menunjukkan angka terendah dalam dua bulan setelah beberapa minggu terakhir mencatat data klaim pengangguran yang secara mengejutkan tinggi. Namun, penting untuk dicatat bahwa data mingguan ini rentan terhadap volatilitas dan kesimpulan tidak boleh diambil berdasarkan jangka waktu yang pendek.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |