Liputan6.com, Jakarta Akses komunikasi dan transportasi di sejumlah desa di Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, NTT lumpuh total pasca-banjir bandang yang melanda wilayah itu. Bencana ini mengakibatkan tiga warga tewas dan empat lainnya masih dalam pencarian.
Pemerintah provinsi NTT melalui BPBD Provinsi NTT saat ini sedang mendistribusikan logistik dan bantuan.
Plt kepala pelaksana BPBD NTT, Semuel Halundaka, mengatakan ada lima desa yang terdampak parah akibat banjir itu yakni Desa Maukeli, Lokalabi, Aewae, Lodaolo dan Wolokisa.
BPBD NTT telah menangani bencana banjir bandang di lima desa di Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo. Namun saat ini komunikasi masih terputus sehingga belum ada data yang jelas soal jumlah pengungsi.
"Sampai hari ini kami belum bisa mendapatkan informasi yang pasti (kerusakan rumah) karena banyak sarana prasarana yang tidak bisa kita jangkau. Listrik dan komunikasi yang putus," kata Semuel.
Diaa menambahkan, saat ini pihaknya sedang mengerahkan logistik ke lokasi bencana. Tantangannya adalah jangkauan ke lokasi yang cukup jauh sehingga diperkirakan logistik itu tiba pada Kamis (11/09/2025).
"Logistik ini terdiri dari paket peralatan masak, higienis kit, matras, selimut serta tenda keluarga. Hari ini kami diperintahkan Bapak Gubernur agar siapkan tim reaksi cepat untuk menggeser logistik ke lokasi kejadian," jelasnya.
Terkait bencana di lima desa ini pun belum bisa didata secara riil berapa kerugian materilnya, jumlah warga terdampak. Titik pengungsian pun belum mereka diketahui
"Baik laki-laki, perempuan, ibu hamil, atau anak-anak, belum kita data secara rinci karena sampai hari ini teman-teman BPDB Nagekeo masih berada di lokasi dan sulit kita hubungi karena komunikasi terputus," jelasnya.
Bila ada keterbatasan anggaran di daerah terkait penanganan bencana ini, kata dia, maka akan diajukan ke BNPB.
"Supaya segera ada penanganan besar di lokasi terdampak," lanjut dia.
Penyebab sementara bencana ini diduga akibat anomali cuaca dan perubahan iklim yang drastis.
"Termasuk terjadinya hujan yang signifikan di daerah tertentu dan itulah yang membuat kita siaga," sebut dia.
Ia berharap pada malam ini pendataan sudah lengkap termasuk soal jumlah pengungsi dan korban.
"Penanganan saat ini masih bersifat jangka pendek. Untuk selanjutnya akan memperbaiki wilayah yang rentan banjir bandang," pungkasnya.
Dampak ke Kabupaten Tetangga
Tidak hanya di Kabupaten Negekeo, banjir juga berdampak di Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Pasca-hujan dengan intensitas tinggi, longsor terjadi di Desa Sadha pada ruas jalan negara Mataloko–Maumbawa. Material berupa tanah, batu, dan pepohonan dengan ukuran panjang sekitar 10 meter, tinggi 5 meter, dan lebar 8 meter menutup sebagian badan jalan sehingga arus lalu lintas terganggu.
Polsek Golewa bersama aparat setempat langsung bergerak ke lokasi untuk pengamanan dan evakuasi kendaraan yang terjebak, sekaligus berkoordinasi dengan BPBD dan Bina Marga guna pembersihan material.
Sementara di Kecamatan Jerebuu, longsor di Desa Watumanu menutup total akses jalan yang menghubungkan Jerebuu–Inerie, membuat transportasi antar kecamatan lumpuh. Longsor juga terjadi di belakang SD Rutodjawa, Desa Nenowea. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Kapolres Ngada, AKBP Rachmat Muchamad Salihi, yang meninjau langsung lokasi longsor, menegaskan keselamatan warga adalah prioritas utama.
“Kami bersama jajaran sudah berada di lapangan untuk memastikan penanganan cepat dilakukan. Material longsor cukup besar sehingga membutuhkan alat berat untuk pembersihan. Saat ini kami sudah berkoordinasi dengan BPBD dan Bina Marga agar jalan segera bisa dilalui kembali,” kata Kapolres, Rabu (10/09/2025).
Ia mengimbau warga agar warga meningkatkan kewaspadaan mengingat potensi longsor susulan masih tinggi.
“Curah hujan masih deras. Kami imbau masyarakat agar berhati-hati, menunda perjalanan jika tidak mendesak, serta mengikuti arahan petugas di lapangan demi keselamatan bersama,” tegasnya.