Liputan6.com, Jakarta- Wakil Gubernur Banten, Dimyati Natakusuma menilai sikap Kepala SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, DP yang diduga menampar siswa yang ketahuan merokok di sekolah tidak pantas. Kini, DP sudah dinonaktifkan dari jabatan kepala sekolah.
"Kalau udah emotional quotient begitu, enggak pantas," kata Dimyati, Selasa (15/10/2025).
Dia menegaskan, tindakan guru memukul atau menampar siswa tidak diperbolehkan. Dimyati menganalogikan aksi tersebut seperti pelanggaran berat dalam sepak bola.
"Main bola coba, ya kartu merah. Walaupun yang salah sebelah, misalnya yang sebelah nendang, duh gitu, terus ditonjoklah sama yang ketendang, ya kartu merah. Enggak bisa," ucapnya.
Didik Siswa Tanpa Kekerasan
Dimyati menegaskan bahwa kekerasan bukanlah cara yang tepat dalam mendidik siswa. Kekerasan justru berdampak buruk bagi perkembangan mental dan karakter anak.
"Cara mendidik itu bukan memukul. Malah memukul itu mendidik yang salah. Dia akan anarkis, akan destruktif nanti ke depan," katanya.
Menurutnya, proses pendidikan harus dilakukan dengan pendekatan empati, bukan kemarahan. Para pendidik harus mampu menanamkan nilai dan akhlak tanpa kekerasan.
"Dia harus mengajarkan, harus dengan sok, mengingatkan anak-anak itu. Tidak bisa dengan kasar, tidak bisa dengan amarah, tidak bisa dengan emosi," ujarnya.
Dimyati mendorong perlunya mencari formula pendidikan yang tepat agar anak tumbuh menjadi pribadi saleh, cerdas, dan berakhlak baik.
“Anak-anak kita harus cerdas, EQ-nya bagus, akhlaknya baik, dan siap jadi SDM unggul di masa depan,” pungkasnya.
Kepsek SMAN 1 Cimarga Dinonaktifkan
Dimyati mengungkap alasan menonaktifkan Kepala SMAN 1 Cimarga, DP yang diduga menampar siswa yang ketahuan merokok di sekolah. Dia menyebut, DP tidak mampu membuat lingkungan sekolah kondusif.
"Kalau dia tidak bisa membuat nyaman, tenteram, damai, membuat kondusif, berarti kepala sekolahnya enggak benar. Saya minta segera nonaktifkan kepala sekolah ini dalam proses," kata Dimyati.
Dia menekankan bahwa kepala sekolah memegang peran penting sebagai pemimpin lingkungan pendidikan. Ketika terjadi kegaduhan atau kekerasan, kepala sekolah harus bertanggung jawab.
"Apa pun, apa pun hal-hal itu, tetap kepala sekolahnya kita sanksi dulu," tegasnya.
Saat ini, Pemprov Banten masih menyelidiki kasus dugaan penamparan oleh Kepala SMAN 1 Cimarga terhadap siswa yang ketahuan merokok di sekolah.
Hasil investigasi akan menjadi dasar langkah lanjutan, termasuk kemungkinan rehabilitasi nama baik kepala sekolah jika terbukti tidak bersalah.
"Kalau kepala sekolah ini enggak salah, ya kita perbaiki, rehabilitasi," jelasnya.
Polemik Kepsek Tampar Siswa Hingga Mogok Belajar
Sekitar ratusan murid mogok belajar pada Senin (13/10/2015). Akibatnya 19 ruang kelas kosong. Aksi ini buntut dari dugaan kekerasan yang dilakukan Kepala Sekolah berinisial DP kepada muridnya ILP.
Di depan pintu gerbang, terbentang spanduk yang diduga ditulis para murid "Kami Tidak Akan Sekolah, Sebelum Kepsek Dilengserkan," tulisnya.
Kepala Sekolah disebut-sebut menampar ILP karena ketahuan merokok. Tidak terima anaknya di tempeleng dan ditendang, orangtua murid kemudian membuat laporan ke Polres Lebak dengan harapan kepala sekolah diproses hukum.
Setelah mendapat kabar anaknya mendapat kekerasan di sekolah, ibunda korban langsung membuat laporan ke polisi. Dia tidak terima kepala sekolah melakukan kekerasan terhadap anaknya yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah.
"Saya enggak puas, enggak ridho sampai anak saya ditampar, saya pingin ke jalur hukum pokoknya," kata ibunda pelajar tersebut.
Pengakuan Murid yang Ditampar
Siswa yang ditampar Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, DF, IL akhirnya buka suara. Dia mengakui merokok di kantin belakang sekolah.
Setelah ketahuan merokok, dia ditegur oleh oleh kepala sekolah dan disuruh mencari puntung rokok yang sudah dihisapnya.
"Saya di belakang warung ngerokok, enggak ada ketemu kepala sekolah, otomatis kaget, lari, buang rokok, terus rokoknya disuruh cari sama kepala sekolah, tapi enggak ketemu, bohong kata kepala sekolah," ujarnya, Selasa, (14/10/2025).
Kesal karena melihat kelakuan muridnya yang merokok di kantin belakang sekolah, Kepsek SMAN 1 Cimarga menendang dirinya.
"Enggak lama kepala sekolah emosi, terus saya ditendang sekali, di kaki," terangnya.
Dia kemudian diajak masuk ke ruangan Bimbingan Konseling (BK). Di sana, dia ditampar bagian pipinya oleh kepsek.
Setelah menampar, lanjut dia, Kepsek SMAN 1 Cimarga menangis karena menahan emosi. Setelah itu, dia tidak lagi mendapat kekerasan fisik maupun omongan yang tidak pantas.
"Saya dibawa ke ruangan BK, di situ masih marah lagi, saya ditampar pipi kanan, satu kali sambil emosi, abis itu nangis Bu gurunya. Udah enggak ada lagi (kekerasan fisiknya)," tuturnya.
Kepala Sekolah Membela Diri
Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, berinisial DP bercerita perihal dirinya yang disebut memukul murid akibat ketahuan merokok di lingkungan sekolah.
Menurut dia, itu berawal pada Jumat 10 Oktober 2025, di mana saat itu sedang dilakukan Jumat Bersih di lingkungan SMAN 1 Cimarga.
Saat itu, dia pun berkeliling dan menemukan sekelompok siswa yang nongkrong di kantin sekolah sambil merokok.
"Saya enggak tahu dia kaget apa gimana, di tangannya ngebul. (Dia bertanya) ngerokok ya kamu, suara saya kencang. Lari dia, saya kejar," kata dia, Selasa (14/10/2025).
Dia juga membenarkan, bahwa dirinya menampar murid tersebut. Namun, Dini menyebut itu dilakukan refleks lantaran kesal melihat muridnya merokok di lingkungan sekolah.
Dia membantah menendang muridnya tersebut. Melainkan mencubit bagian tubuh belakang siswa tersebut.
"Saya marah sambil gemetar. Saya keplek (tampar) sekali, Namanya perempuan. Terus saya cubit dibelakang," tuturnya.