Liputan6.com, Denpasar Warga Negara Australia, ZR (33), yang menjadi korban penembakan brutal di Bali, akan segera dipulangkan ke negara asalnya setelah proses autopsi selesai. Penembakan tragis ini terjadi di sebuah vila di Mengwi, Badung pada 14 Juni, saat ZR dan istrinya Jazmyn Gourdeas (30) tengah berlibur untuk bulan madu sekaligus merayakan ulang tahun JG.
Tim kuasa hukum JG DNT Lawyers, yaitu Sary Latief, Pahrur Roji Dalimunthe, dan Boris Tampubolon, mengungkapkan hasil autopsi menunjukan bahwa ZR meninggal akibat luka tembak di dada kiri yang mengarah ke jantung.
“Ya terkait dengan hasil otopsi nanti detailnya bisa ditanyakan ke polisi ya. Tapi kesimpulannya matinya (ZR) itu karena adanya luka tembak pada dada kiri yang mengenai jantung,” terang Pahrur dalam konferensi pers di Peti Tenget, Badung, pada Selasa (24/6/2025).
Sary Latief menjelaskan bahwa JG masih mengalami trauma berat pasca kejadian. “Jadi istri korban yakni JG (30), yang merupakan klien kami sampai saat ini masih trauma berat. Awalnya kami ingin ajak memberikan keterangan, namun karena kondisinya jadai batal,” ujar Sary.
JG bahkan mengalami penurunan berat badan drastis karena hanya makan sedikit untuk bertahan hidup.
“Makan sedikit-sedikit saja untuk survival (bertahan hidup), gak bisa makan (banyak), masih merenung, masih shock,” tambah Sary.
Hal ini juga terkait pemeriksaan mental Sary dan psikolog melarangnya hadir dalam konferensi pers karena kondisi psikisnya yang belum stabil.
Vila Keluarga
Menurut Sary, ZR dan JG datang berlibur ke Bali pada 12 Juni 2025 untuk berlibur. Keesokan harinya, pada tanggal 13 Juli, pasangan ini pergi makan malam dan pulang ke vila sekitar pukul 23.00 WITA.
“Mereka datang tanggal 12 Juni hari Kamis. Seperti biasa, datang ke Bali dengan ekspetasi ingin berlibur dan merayakan ulang tahun. Lalu tanggl 13 mereka pergi makan (makan malam). Pulang ke rumah ke vila jam 11, lalu tidur. Dan tidak lama kemudian seperti pemberitaan media yang teman-teman sudah ketahui, kejadian fatal tragis itu terjadi,” papar Sary.
JG dan ZR memiliki enam anak yang tidak ikut dalam perjalanan ini. ZR seorang pengusaha alat berat, adalah tulang punggng keluarga, sehingga kepergiannya membuat JG sebagai seorang ibu rumah tangga, dalam kondisi sulit.
Adapun vila tempat kejadian merupakan property milik korban lain, SR (35), seorang pengusaha properti yang juga terluka dalam insiden tersebut. SR kini dalam masa pemulihan setelah dipulangkan dari rumah sakit BIMC beberapa waktu lalu.
“Ya memang ini vila mereka, vila keluarga mereka. Mereka yang bangun, mereka yang kembangkan. Tapi sifatnya lease (sewa),” jelas Pahrur.
Pahrur yang juga pakar hukum kejahatan terorganisir, menyebut penembakan ini sebagai aksi terorganisir.
“Kami juga yakin bahwa ini terorganisir karena seperti yang rekan-rekan media juga ketahui bahwa sebelum dan setelah melakukan penembakan mereka menggunakan berbagai moda tranportasi secara sistematis untuk menghilangkan jejak, bahkan hingga mereka sampai ke luar negeri”, ungkapnya.
Kejahatan Terorganisir
Dua pelaku penembakan, Midolmore dan Coskunmevlout, didukung oleh tersangka lain Darcy Francesco Jensn, yang menyediakan dua mobil dan lima sepeda motor untuk mobilitas mereka. Hingga kini, motif penembakan belum diungkap oleh pihak kepolisian maupun kuasa hukum.
JG sendiri, menurut Sary, tidak mengenal pelaku dan sangat ingin mengetahui pelaku dan sangat ingin mengetahui alasan dibalik pembunuhan suaminya.
“Mereka (istri ZR dan SR) tidak tahu mereka siapa, bahkan istri korban sendiri bilang ‘I want to know closure’ (saya ingin tahu ini siapa),” imbuh Sary.
Pihak kepolisian masih terus menyelidiki kasus ini untuk mengungkap motif dan menangkap pelaku dan diduga telah melarikan diri ke luar negeri.