Kisah Pilu Bocah Hidrosefalus Koma Lima Hari: Hilangnya Senyum dan Keceriaan Shofa

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Kegembiraan dan keceriaan tampak jelas tergambar di wajah ratusan siswa Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Purwosari Kudus. Pada Kamis (23/10/2025) pagi, mereka diajak guru mengikuti program Outing Class.

Kegiatan belajar di luar ruangan kelas yang selalu dinanti para siswa SLBN Purwosari ini, dikemas dengan cara yang unik bersamaan peringatan Hari Santri Nasional. Dengan berjalan kaki dari sekolah sambil bergandengan tangan, mereka diajak berwisata religi dengan berziarah ke makam Sunan Kudus.  

Suasana dan keceriaan para siswa SLB ini, tidak bisa dirasakan Shofa Muhammad Kholil. Shofa sapaan akrab siswa kelas 2 SLBN Purwosari, harus tergolek tak berdaya di atas ranjang di ruangan ICU anak RSUD Loekmonohadi Kudus.

Sudah lima hari, bocah berumur 9 tahun penderita Hidrosefalus sejak lahir ini, mengalami kondisi koma. Tim nakes RSUD Kudus harus memasang jarum infus untuk memasukkan cairan, obat atau nutrisi ke dalam pembuluh darah melalui metode terapi intravena (IV).  

Kondisi Shofa menyedihkan, mulut dan hidungnya  juga harus dipasang selang oksigen untuk membantu pernafasan. Selama lima hari itu, tubuh kecil Shofa yang terbalut rapat selimut putih dan ditemani suara riuh peralatan patient monitor atau bedside monitor di ruang ICU anak-anak. 

Selama dirawat intensif di ruang ICU itu, kepala bagian belakang yang membesar yang diderita bocah kelas 2 SD ini harus dibalut kain perban akibat luka terjatuh. Di ruangan ICU itu, Shofa yang kesehariaanya selalu ceria dan bersemangat di sekolah ini, terkulai lemas dan ditemani kedua orang tuanya secara bergantian.  

Promosi 1

Kepala Belakang Terluka Akibat Jatuh

Liputan6.com membesuknya Shofa. Noor Efendi, sang ayah, pasrah menunggu mukjizat untuk kesembuhan putra pertamanya itu. Raut sedih tampak jelas di wajah Noor Efendi yang kala itu duduk di kursi di samping tubuh Shofa yang tergolek lemas.  

Dengan suara pelan, Noor Efendi menceritakan awal mula Shofa harus dirawat di RSUD Loekmonohadi Kudus itu. Minggu(19/10/2025) petang menjelang magrib, Efendi rencananya ingin mengajak Shofa salat jamaah di masjid dekat rumah mereka di lingkungan Dukuh Kepundung RT 02 RW 08 Kelurahan Purwosari Kudus. 

“Tiba-tiba Shofa ke luar rumah tanpa sepengetahuan saya. Karena tak kunjung masuk ke dalam rumah, akhirnya saya berusaha mencarinya. Ternyata Shofa terjatuh dan kepala bagian belakangnya membentur lantai hingga tak sadarkan diri,” ujar  Noor Effendi. 

Melihat kondisi putranya sangat mengkhawatirkan, Noor kemudian bergegas membawa Shofa ke UGD RSUD Loekmonohadi Kudus sore itu. Dia pasrah dan tak bisa berbuat banyak melihat  kondisi Shofa yang memilukan itu.

Untuk menjaga Shofa di rumah sakit, Noor harus bergantian dengan istrinya yakni Mi’anah. Dia mendapat giliran menjaga Shofa saat pagi hingga sore hari. Sebab Mi’anah sambil mengasuh anak keduanya juga menunggui dagangan dengan berjualan es teh di depan rumahnya yang sederhana.

Selama pengobatan dan perawatan di RSUD Kudus, pembiayaan Shofa  oleh BPJS Penerima Bantuan Iuruan (PBI). Sebab  Noor Efendi tercatat sebagai warga tidak mampu, dimana iuran BPJS Kesehatannya dibayarkan oleh pemerintah. 

“Alhamdulilah untuk pengobatan Shofa tidak membayar sebab saya merupakan warga penerima BPJS PBI sudah sejak lama,” terang Noor Effendi.

Shofa menderita Hidrosefalus sejak lahir. Shofa mengalami penumpukan cairan serebrospinal (CSFberlebihan di dalam ventrikel otak yang menyebabkan ventrikel melebar dan memberi tekanan berbahaya pada jaringan otak sejak tahun 2016 silam, atau saat ia dilahirkan.

Kini Noor Effendi dan Mi’anah pasangan suami istri asal Purwosari Kudus ini hanya bisa berdoa untuk kesembuhan putra pertama mereka. Mereka pun berharap penyakit yang diderita Shofa bisa sembuh dan kembali beraktiftas seperti anak anak normal sebayanya.

Shofa Mudah Berkomunikasi dan Ceria

Sosok Shofa Mohammad Kholil selama ini kesehariannya dikenal ceria. Jika dibandingkan belasan teman-teman di kelasnya, Shofa  yang selalu mmakai topi penutup di kepalanya ini, juga memiliki respon normal saat berkomunikasi dengan kalangan guru di SLBN Purwosari. 

Shofa pun dikenal sebagai anak yang baik dan suka membantu teman-teman sekelasnya yang mayoritas anak-anak berkebutuhan khusus Tuna Grahita. Pengakuan itu dikatakan salah seorang guru di SLBN Purwosari Kudus. 

“Dia (Shofa) anaknya ceria dan kerap  bercanda dengan saya. Dibandingkan teman-teman satu kelas, Shofa mudah diajak berkomunikasi layaknya anak-anak normal sebayanya. Hanya saja, Shofa memiliki keterbatasan fisik akibat kondisi penyakit yang dideritanya (Hidrosefalus),” ujar Hapsari, salah seorang guru SLB setempat.

Kesedihan Hapsari pun makin terasa. Sebab di saat siswa siswa SLB Purwosari tengah gembira mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru berjalan tiga hari itu, Shofa tak bisa ikut merasakan kegembiraan menikmati menu MBG yang telah dinanti sejak lama.

“Sedih juga sih, di saat teman-teman di sekolah bergembira dan menikmati menu MBG, Shofa hanya terbaring tak berdaya di ruang ICU rumah sakit,” ucap Hapsari. 

Hapsari pun sangat berharap kesehatan Shofa semakin membaik dan segera pulih dari kondisinya yang koma. Sehingga Shofa bisa bersekolah kembali bersama teman-temannya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |