Suku Bunga Acuan BI jadi 5,25%, Begini Gerak IHSG

3 months ago 47

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan sesi kedua, Rabu (16/7/2025). Penguatan IHSG di tengah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan atau BI Rate jadi 5,25%.

Mengutip data RTI, IHSG naik 0,74% ke posisi 7.193,85. Indeks LQ45 bertambah 0,50% ke posisi 783,30. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau. Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.200,56 dan level terendah 7.142,86.

Sebanyak 360 saham menguat sehingga angkat IHSG. 236 saham melemah dan 204 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.446.943 kali dengan volume perdagangan 24,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12,5 triliun. Posisi dolar Amerika Seriakt terhadap rupiah di kisaran 16.265.

Seluruh sektor saham menghijau yang dipimpin sektor saham teknologi. Sektor saham teknologi naik 3,99%. Lalu sektor saham transportasi bertambah 2,35%, sektor saham infrastruktur menanjak 1,77%.

Sementara itu, sektor saham energi menguat 1,24%, sektor saham basic melesat 0,25%, sektor saham industri bertambah 0,50%, sektor saham consumer nonsiklikal melejit 0,34%.

Selain itu, sektor saham consumer siklikal bertambah 0,15%, sektor saham kesehatan mendaki 0,29%, sektor saham keuangan menguat 0,47%, dan sektor saham properti menanjak 0,31%, sektor saham transportasi bertambah 2,39%.

Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan jadi 5,25%

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen pada Juli 2025. BI menurunkan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari level sebelumnya.

Keputusan ini diambil usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 15-16 Juli 2025. "Berdasarkan asesmen proses maupun risiko yang dihadapi kedepan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Rabu (16/7/2025).

Bank Indonesia juga turut menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Serta, suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 6 persen.

Perry menegaskan keputusan ini diambil sejalan dengan semakin rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 hingga 2026 nanti. Perry memprediksi inflasi masih berada pada kisaran 1,5-3,5 persen.

"Ke depan Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap pertahankan stabilitas rupiah," ucap Perry.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lesu pada pembukaan perdagangan, Rabu pagi, 16 Juli 2025, Rupiah turun tiga poin atau 0,02% ke posisi 16.270 per dolar AS dari sebelumnya 16.267.

Mengutip Antara, Rabu pekan ini, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

"Data inflasi konsumen AS yang dirilis lebih tinggi dari ekspektasi pasar semalam, menjaga dolar AS tetap menguat," ujar dia seperti dikutip dari Antara.

3 Risiko Jika Bank Indonesia Terus Tahan BI Rate

Sebelumnya, Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menilai keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan saat ini memang memiliki pertimbangan tersendiri, terutama dalam konteks stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi domestik.

Namun, jika kebijakan suku bunga dipertahankan terlalu lama tanpa penyesuaian, ada beberapa risiko yang dapat timbul.

"Pertama, nilai tukar rupiah dapat terus berada dalam tekanan, karena daya tarik aset domestik bisa berkurang dibandingkan negara-negara lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi," kata Josua kepada Liputan6.com, Kamis (19/6/2025).

Kedua, pelemahan rupiah yang berkepanjangan dapat meningkatkan inflasi impor, khususnya melalui kenaikan harga energi dan komoditas impor lainnya, sehingga berpotensi mendorong inflasi domestik lebih tinggi dari target BI.

Ketiga, investor asing bisa menjadi semakin berhati-hati atau bahkan menarik dana investasi portofolio mereka, sehingga meningkatkan volatilitas di pasar keuangan domestik.

Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25%.

Keputusan ini sejalan dengan tetap terjaganya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, kestabilan nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kendati demikian, Josua menyebut untuk saat ini keputusan Bank Indonesia pertahankan BI Rate secara umum tepat. Hal itu guna mempertahankan momentum pemulihan ekonomi dan menjaga keseimbangan antara stabilitas inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan nilai tukar.

The Fed Pengaruhi Suku Bunga Acuan BI

Di sisi lain, Josua mengatakan, peran faktor eksternal memang sangat besar dalam kebijakan suku bunga BI dan nilai tukar rupiah saat ini. Kebijakan moneter The Fed menjadi sangat dominan karena langkah pengetatan suku bunga AS yang agresif akan mendorong penguatan dolar dan tekanan bagi negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

Kemudian, yang tak kalah mempengaruhi BI Rate adalah ketegangan geopolitik global, seperti konflik Iran-Israel dan ketidakpastian lainnya, juga berkontribusi terhadap meningkatnya volatilitas pasar global yang memicu capital outflow dari negara-negara berkembang ke aset yang dianggap lebih aman.

"Dengan demikian, BI akan terus mempertimbangkan perkembangan eksternal ini secara cermat dalam merumuskan kebijakan moneternya, agar dapat menjaga stabilitas rupiah tanpa mengorbankan momentum pertumbuhan ekonomi domestik," pungkasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |