Liputan6.com, Jakarta - Wall Street sedang dilanda kecemasan. Kesehatan bank-bank regional di Amerika Serikat (AS) dipertanyakan setelah beberapa di antaranya mencatatkan penghapusan kredit macet dari pinjaman komersial dalam dua minggu terakhir.
Kejadian ini sontak membuat para investor bertanya-tanya: mungkinkah ada kabar buruk lain yang mengintai?
Bank seperti Zions Bank, Western Alliance Bank, dan bahkan bank investasi Jefferies mengejutkan pasar dengan mengungkapkan berbagai investasi buruk dalam pembukuan mereka. Akibatnya, saham mereka anjlok tajam pada minggu itu.
Kekhawatiran ini semakin diperparah oleh pernyataan CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, yang memperingatkan bahwa masih banyak masalah yang mungkin akan muncul pada bank-bank dengan potensi kredit bermasalah.
"Ketika Anda melihat satu kecoak, kemungkinan besar ada lebih banyak lagi," ujar Dimon kepada investor dan wartawan pada hari Selasa, saat JPMorgan melaporkan hasil keuangannya, dikutip dari ABC News, Minggu (19/10/2025).
Sebagai cerminan kegelisahan ini, Indeks KBW Bank—sebuah tolok ukur bank yang diikuti investor—telah turun 7% pada bulan itu.
Sinyal-Sinyal Bahaya Lain
Ada juga tanda-tanda tekanan lain. Data dari Federal Reserve menunjukkan bahwa bank-bank telah menggunakan fasilitas overnight "repo" bank sentral selama dua malam berturut-turut. Ini adalah tindakan yang tidak perlu dilakukan oleh bank sejak pandemi COVID-19.
Fasilitas repo ini memungkinkan bank menukar sekuritas yang sangat likuid (seperti obligasi hipotek dan treasuries) dengan uang tunai untuk menutupi kekurangan kas jangka pendek.
Anjloknya saham bank-bank tersebut memiliki alasan spesifik:
- Saham Zions Bancorp tenggelam setelah bank itu menghapus kerugian $50 juta dari pinjaman komersial dan industri.
- Western Alliance mengalami penurunan setelah bank tersebut diduga menjadi korban penipuan oleh entitas yang dikenal sebagai Cantor Group V LLC.
- Sementara itu, Jefferies mengumumkan bahwa mereka memegang $5,9 miliar utang dari perusahaan suku cadang mobil yang bangkrut, First Brands.
Meskipun saham ketiga bank ini sedikit pulih menjelang akhir pekan, kerugian telah terungkap.
Bahkan bank yang lebih besar tidak luput. Beberapa bank Wall Street juga mengungkapkan kerugian dari kebangkrutan Tricolor, perusahaan dealer mobil subprime yang kolaps bulan lalu.
Fifth Third Bank, bank regional yang lebih besar, mencatat kerugian USD 178 juta dari kebangkrutan Tricolor.
Mengapa Bank Regional Rentan?
Meskipun bank-bank besar Wall Street sering mendominasi pemberitaan, bank-bank regional adalah bagian vital dari perekonomian. Mereka menyediakan pinjaman bagi usaha kecil dan menengah, serta bertindak sebagai kreditur utama bagi pengembang properti komersial.
Menurut FDIC, terdapat lebih dari 120 bank dengan aset antara USD 10 miliar dan USD 200 miliar.
Namun, meski besar, bank-bank ini cenderung lebih rentan karena lini bisnis mereka tidak seberagam bank-bank sentral di Wall Street. Mereka sering kali lebih terpapar pada pinjaman properti dan industri, dan tidak memiliki bisnis signifikan di kartu kredit atau pemrosesan pembayaran—bisnis yang dapat menjadi sumber pendapatan stabil ketika penyaluran kredit sedang buruk.
Perlu diingat, gejolak perbankan terakhir pada tahun 2023 juga melibatkan bank menengah dan regional yang terlalu terekspos pada pinjaman berbunga rendah dan properti komersial.
Krisis itu menyebabkan kegagalan Silicon Valley Bank dan Signature Bank, serta berujung pada penjualan cepat (fire sale) First Republic Bank ke JPMorgan Chase.
Saat itu, saham bank seperti Zions dan Western Alliance juga sempat jatuh bebas.
Apakah kerentanan yang sama kini akan memicu gelombang krisis baru? Wall Street kini menahan napas, menunggu siapa lagi "kecoak" yang akan muncul.