Laporan Liputan6.com dari Tokyo: Menelusuri Sejarah 100 Tahun Daihatsu di Museum Humobility World Jepang

Liputan6.com, Jakarta - Daihatsu Motors menghadirkan pengalaman menarik bagi rombongan jurnalis media otomotif nasional, yang tengah berada di Jepang, dalam rangkaian mengikuti agenda Japan Mobility Show (JMS) 2025. Pabrikan Negeri Matahari Terbit ini, mengajak para pewarta, untuk menyambangin Humobility World, atau museum resmi Daihatsu yang berlokasi di Ikeda, Osaka.

Berdiri sejak 2007 untuk memperingati 100 tahun perjalanan Daihatsu, fasilitas ini menjadi sarana wisata dan edukasi bagi masyarakat yang ingin mengenal lebih dalam sejarah panjang pabrikan mobil tertua di Jepang itu.

Museum yang berada di samping kantor pusat Daihatsu Motor Headquarter ini, terbuka untuk umum dan bisa dikunjungi tanpa biaya, cukup dengan melakukan reservasi terlebih dahulu.

Nama 'Humobility' berasal dari gabungan kata Human dan Mobility, mencerminkan filosofi Daihatsu dalam menghadirkan kebahagiaan serta kebebasan mobilitas yang mudah, efisien, dan ramah bagi semua kalangan.

Bangunan empat lantai ini didesain untuk membawa pengunjung menjelajahi perjalanan panjang Daihatsu sejak berdiri pada 1907 dengan nama Hatsudoki Seizo Co., Ltd.

"Pertama, silakan lihat mesin ini. Inilah salah satu mesin tertua yang masih ada dari Daihatsu, yaitu mesin diesel tipe LH-25," jelas pemandu tur di Museum Daihatsu, yang namanya tidak disebutkan, Selasa (28/10/2025).

Mesin ini digunakan untuk mengalirkan air ke sawah, terutama di daerah yang sulit mendapatkan air dari sungai. Mesin ini dikirim ke Prefektur Shiga pada tahun 1933 untuk memasok air ke area persawahan luas dan bekerja sekitar 1.000 jam setiap tahun selama kurang lebih 20 tahun.

Berlanjut ke lantai dua, dalam ditemukan sejarah awal Daihatsu yang memproduksi mesin dan kendaraan roda tiga karya Hatsudoki Seizo.

Masih di lantai yang sama, dipamerkan kendaraan roda tiga tipe HD, yang menjadi cikal bakal mobil komersial kecil di Jepang.

Pada masa itu, mobil impor mendominasi dan berharga mahal, sehingga Daihatsu berinisiatif membuat kendaraan dalam negeri yang lebih terjangkau.

"Kendaraan tipe HD ini terdaftar sebagai mobil bersejarah atau Historic Car oleh Japan Automotive Hall of Fame pada 2017," tambah sang pemandu.

Berlanjut ke lantai tiga, pengunjung dapat melihat deretan mobil legendaris Daihatsu dari masa ke masa. Ada Daihatsu Midget yang hadir pada 1950-an dan mengubah cara masyarakat beraktivitas dengan kendaraan kecil yang lincah dan fungsional.

Lalu ada Daihatsu Fellow di era 1960-an yang menjadi mobil penumpang mini pertama Daihatsu, serta Charade di tahun 1970-an, mobil kompak pertama di dunia dengan mesin tiga silinder 1.000 cc yang meraih penghargaan Motor-Fan’s Car of the Year.

Memasuki era 1980-an, Daihatsu meluncurkan Mira, mobil mungil dengan desain menarik dan harga terjangkau, yang laris hingga lebih dari satu juta unit dalam enam tahun. Daihatsu juga memperkenalkan Copen pada 2002 sebagai simbol kebahagiaan berkendara, dan Mira e:S, mobil hemat bahan bakar yang ramah lingkungan dengan efisiensi sekelas mobil hybrid.

Bahkan, museum ini turut menampilkan Daihatsu Ayla, mobil LCGC buatan Indonesia yang menjadi bukti kolaborasi antara teknologi Jepang dan sumber daya lokal.

Lantai empat menjadi area interaktif bertema 'Technology Supporting Mini Vehicles' dan 'Future Drive – Bringing Advanced Technology to Everyone'. Di sini, pengunjung bisa mencoba simulasi teknologi mobil, termasuk sistem hybrid dari Rocky Hybrid yang menggunakan sistem Series Hybrid, di mana motor listrik menjadi penggerak utama dan mesin bensin berfungsi sebagai pembangkit daya baterai.