Kisah Inspiratif dari Petani Desa Terpencil: Sekali Panen Dapat Setengah Miliar

4 hours ago 3

Liputan6.com, Lampung - Di Desa Gunung Mas, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur, hampir setiap pekarangan kini dipenuhi dengan tanaman hijau berdaun lebat. Di balik daun-daun itu, bergelantungan buah lonjong berkulit tipis berwarna hijau tua.

Masyarakat setempat menyebutnya Alpukat Siger, buah khas Lampung yang kini menjadi kebanggaan sekaligus sumber penghidupan baru bagi warga desa.

Alpukat Siger bukan sekadar varietas lokal. Tanaman ini adalah hasil inovasi seorang petani bernama Anto Abdul Mutholib, yang pada 2015 lalu berhasil menciptakan jenis baru setelah melakukan kawin silang berbagai varietas unggul alpukat lokal.

Hasilnya, buah berukuran besar dengan daging tebal berwarna kuning mentega dan rasa gurih khas, kualitas yang membuatnya cepat mencuri perhatian.

Awalnya, Anto hanya berniat menanam bibit itu di kawasan hutan lindung Register 38 Gunung Balak, Sekampung Udik, sebagai bagian dari program rehabilitasi lahan.

Namun, siapa sangka, tanaman tersebut justru tumbuh subur dan berbuah lebat. Dari sanalah, Alpukat Siger mulai dikenal dan menyebar ke berbagai desa di Lampung Timur, bahkan hingga ke luar provinsi.

Keuntungan Warga

Pamin, salah satu pembina petani Alpukat Siger di Desa Gunung Mas, menuturkan bahwa budidaya ini kini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.

“Dulu niatnya cuma buat konsumsi dan penghijauan, sekarang malah bisa bikin warga sejahtera,” ujarnya, ditemui di Desa Gunung Mas, Minggu (19/10/2025).

Dari hasil penjualan bibit saja, para petani bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 25 juta per bulan. Sementara saat musim panen tiba yang bisa terjadi dua kali dalam setahun, hasil dari satu hektare lahan dapat mencapai Rp 500 juta.

Penamaan Alpukat Siger sendiri diambil dari simbol mahkota adat wanita Lampung, sebagai bentuk penghormatan terhadap identitas daerah.

“Supaya orang tahu, ini khas Lampung,” kata Pamin.

Wawan, salah satu petani pembibit, menjelaskan proses pengembangbiakan Alpukat Siger yang sepenuhnya dilakukan secara mandiri oleh warga.

“Kita mulai dari biji alpukat berbagai jenis, lalu disambung pucuk. Setelah tunas tumbuh sekitar 15 hari, baru dipindah ke media yang lebih besar,” jelas Wawan.

Dari tahap penyemaian, pembentukan bibit, hingga pemasaran, seluruh proses dilakukan oleh masyarakat desa. Bahkan, sebagian keluarga menjadikan halaman rumah mereka sebagai tempat pembibitan. 

Kendala Jalan Rusak

Buahnya kini tak hanya dipasarkan di sekitar Lampung, tapi juga menembus pasar di Sumatera dan Pulau Jawa.

Meski potensinya besar, para petani Alpukat Siger masih menghadapi tantangan serius, yaitu akses jalan. Banyak ruas jalan menuju Desa Gunung Mas rusak parah dan berlubang, membuat proses distribusi hasil panen sering kali terhambat.

“Kalau musim hujan, jalannya licin. Bawa alpukat pakai motor bisa jatuh. Padahal kulitnya tipis, kalau jatuh sedikit saja harganya turun jauh,” keluh Pamin.

Warga berharap pemerintah daerah bisa memperhatikan infrastruktur jalan agar potensi ekonomi dari buah endemik Lampung Timur ini bisa berkembang lebih luas.

Alpukat Siger, buah khas Lampung yang kini menjadi kebanggaan sekaligus sumber penghidupan baru bagi warga Desa Gunung Mas, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |