Isak Tangis Keluarga dan Rekan Kenang Sosok TAS, Mahasiswa Universitas Udayana yang Jatuh dari Gedung FISIP

11 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Himpunan Mahasiswa (HIMA) Sosiologi Universitas Udayana (Unud), Bali, menggelar renungan malam untuk mengenang kepergian salah satu mahasiswa, TAS (22), dari jurusan Sosiologi angkatan 2022. Kegiatan berlangsung pada Jumat (17/10/2025) di depan Gedung FISIP Sudirman, Denpasar.

Acara ini dihadiri oleh keluarga almarhum, termasuk ibunda TAS, staf kampus, serta para mahasiswa lintas jurusan yang datang memberikan doa dan dukungan. Suasana haru menyelimuti malam itu, diiringi isak tangis keluarga dan teman-teman dekat TAS.

Ibunda hingga Rekan Mahasiswa Kenang Sosok TAS

Dalam balutan malam yang tenang, ibunda TAS mengingat momen bersama anaknya lelakinya, serta menyampaikan rasa syukurnya atas sosok anak yang dibesarkannya.

"Saya bilang, 'Ibu terima kasih, saya sangat bersyukur karena saya punya Anda sebagai anak saya,' dan dengan sweet-nya Timmy (panggilan akrab TAS) bilang, 'Iya mami, saya juga bersyukur punya Anda sebagai ibu. You are a good mom'," ujarnya dengan nada haru.

Ia menceritakan bahwa semasa SMA, TAS mengambil jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), namun memilih jalan berbeda dengan menempuh pendidikan tinggi di jurusan Sosiologi.

"Saya berkali-kali tanya sama dia, 'gimana kamu menikmati nggak kuliah di Sosiologi?', karena dia itu anak IPA sebenarnya tapi masuknya Sosiologi," jelasnya.

Menurutnya, TAS sangat menikmati bidang yang digelutinya.

"Dia sungguh-sungguh sangat suka mempelajari fenomena-fenomena sosial. Dia sangat suka mempelajari ini kenapa begini, ini kenapa harus seperti itu, dan aku lihat dia sangat menikmati itu," ujarnya, yang juga merupakan mantan dosen di sebuah universitas.

Ibunda TAS juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman dan para dosen serta petugas di Unud yang selama ini bersedia menjadi teman diskusi anaknya.

"Saya sebagai maminya itu kadang suka tanya, 'ini kapan kamu harus registrasi lagi,' karena sebelum saya resign saya 15 tahun jadi dosen dan mahasiswa saya suka banyak yang tukang telat. KRS telat semua telat, jadi saya tidak ingin Timmy begitu," jelasnya.

Ia juga berterima kasih kepada rumah sakit, pihak konseling, serta jajaran fakultas dan universitas yang telah mendampingi proses hingga kremasi TAS.

Sementara itu, Deon, teman dekat TAS sejak hari pertama kuliah, mengenang almarhum sebagai sosok yang ramah dan peduli.

"Dia tipikal yang sangat menghargai orang, sangat peduli dengan orang lain dan dia dicintai sama orang banyak. Bahkan sebelum perpisahan pun dia masih senyum," ucap Deon.

Tak hanya di lingkungan kampus, sosok TAS juga dikenal aktif dalam kegiatan sosial. Seorang relawan bernama Fira yang pernah bersama TAS dalam aksi demonstrasi pada bulan Agustus lalu, mengenang kebaikan dan kepeduliannya terhadap isu sosial.

"Sekadar informasi, satu hari sebelum orasi, almarhum mengajukan diri sebagai relawan pencegahan kekerasan seksual pada wanita yang akan bertugas di lapangan besok harinya," ujarnya.

Ia juga melihat TAS yang hadir pertama di titik kumpul dan mulai sibuk membagikan selebaran yang berisi tentang cara memperagakan kode tangan SOA

"Kesanku pada saat itu adalah kagum dengan beliau, tanpa memandang gendernya, ia sangat aware tentang isu pentingnya mengenali tanda bahaya di kerumunan," lanjutnya.

Menurutnya, TAS juga ikut dengan para massa untuk menyampaikan aspirasi.

TAS Mahasiswa Berprestasi dan Suka Menolong

Usai kegiatan, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Perencanaan sekaligus Plt. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Informasi FISIP Unud, Dr. I Made Anom Wiranata, memberikan penjelasan terkait duduk perkara meninggalnya TAS.

Menurutnya, pihak kampus telah melakukan penyelidikan dan wawancara terhadap sejumlah pihak. Ia sendiri merupakan saksi mata yang melihat langsung peristiwa jatuhnya TAS.

"Dan itu kemungkinan besar bukan karena ketidaksengajaan gitu ya. Jadi sementara itu yang kita bisa duga ya, jatuh, karena jatuh setelah melompat," ujar Anom.

Anom menegaskan, secara akademis TAS merupakan mahasiswa berprestasi dengan IPK 3,91 dan dikenal rajin membantu teman-temannya belajar menjelang ujian.

"Dia begitu dicintai seperti yang kita lihat sekarang ini. Banyak sekali datang lintas prodi. Bahkan dari prodi Sosiologi, dari angkatan pertama sampai sekarang itu datang. Jadi itu yang kita bisa sampaikan, ada support dari teman-temannya. Di prodi baik-baik saja," tutur dia.

Anom menambahkan, TAS dikenal rapi dan teratur."Saya lihat, saat ada hal yang berantakan seperti kursi tidak rapi atau lainnya, dia segera merapikannya," katanya.

Kematian TAS Tak Mengarah Pada Perundungan

Menanggapi isu penyebab meninggalnya TAS, Anom menegaskan tidak ada bukti yang mengarah pada dugaan perundungan atau bully di lingkungan kampus.

"Bahwa memang kami mengakui ada percakapan internal di salah satu prodi, percakapan internal yang tidak ditujukkan untuk keluar. Percakapan internal ya, grup satu angkatan itu memang ada sesuatu ungkapan yang saya sebut nirempati," jelasnya.

Ia menegaskan, percakapan tersebut terjadi setelah peristiwa jatuhnya TAS. "Tetapi ujaran itu diutarakan setelah peristiwa. Jadi kan tidak mungkin kita mengatakan itu sebagai penyebab, karena setelah peristiwa," imbuhnya.

Anom menjelaskan, sejauh ini motif TAS belum dapat dipastikan. Dari sisi akademik, relasi sosial, hingga hubungan dengan dosen dan pegawai fakultas, semuanya berjalan baik.

"TAS juga sedang melakukan bimbingan skripsi dengan dua dosen pembimbing yang sangat kooperatif," jelasnya.

Ia menambahkan, Unud memiliki layanan konseling bagi mahasiswa yang membutuhkan pendampingan psikologis maupun menghadapi kasus perundungan.

"Bahkan saya sebagai WD III sering menyampaikan ke teman-teman mahasiswa, HP saya itu bisa dikirimi pesan 24 jam, 7 hari. Kami selalu merespon apapun keluhan dari mahasiswa. Sebegitu kita maksimal sudah memberikan akses, membuka diri, menyediakan jalur, itu yang maksimal yang kita lakukan," kata Anom.

Di akhir penyampaiannya, Anom mengajak masyarakat agar kembali menghidupkan semangat gotong royong dan kekerabatan yang menjadi ciri masyarakat Timur.

"Jikapun terjadi kerenggangan, kita menyediakan tempat untuk orang bisa mendengar, saling mendengarkan keluhan, memberikan saran dan inklusi. Mengajak semua sebagai bagian dari keluarga ini. Apapun yang terjadi, mari kita diskusikan, semua ada solusinya," pungkasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |