Anak Usaha DOID Lunasi Lebih Awal Surat Utang 2026 Senilai USD 212 Juta

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID) melalui anak usahanya, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), mengumumkan rencana pelunasan lebih awal (optional redemption) atas sisa Surat Utang 2026 senilai USD 212,25 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun (asumsi kurs Rp 16.556 per dolar AS).

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/10/2025), BUMA telah mengirimkan pemberitahuan resmi kepada pemegang surat utang pada 16 Oktober 2025. Pelunasan akan dilakukan pada 17 November 2025.

“Langkah ini merupakan bagian dari strategi keuangan jangka panjang perusahaan yang bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan serta meningkatkan efisiensi pembiayaan,” tulis manajemen dalam laporan tersebut.

Surat utang yang akan dilunasi merupakan Senior Notes dengan bunga 7,75% per tahun yang awalnya dijadwalkan jatuh tempo pada 2026. Pengumuman resmi mengenai rencana pelunasan lebih awal itu juga telah disampaikan di Singapore Stock Exchange pada 16 Oktober 2025.

Perseroan menyebut, tidak ada dampak negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha dari aksi korporasi ini.

Sebelumnya, PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID) merilis laporan keuangan konsolidasian yang telah diaudit untuk paruh pertama 2025. Setelah kuartal pertama terdampak gangguan operasional besar serta cuaca ekstrem, perusahaan berhasil membukukan pemulihan pada kuartal kedua, didorong peningkatan produksi, efisiensi, dan arus kas bebas yang kembali positif, meski curah hujan masih menjadi tantangan.

Kinerja Semester I 2025

Secara year-on-year (YoY), kinerja Semester I 2025, mencerminkan dampak gangguan pada kuartal I 2025. 

Melansir data laporan keuangan Perseroan pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (2/10/2025), Overburden removal mencapai 209 juta bcm, turun 23% YoY, dan produksi batu bara 38 juta ton, turun 10% YoY. Penurunan ini dipicu cuaca ekstrem serta penghentian operasional akibat insiden keselamatan oleh pihak lain di kuartal pertama.

Pendapatan tercatat USD 730 juta, turun 15% YoY karena volume lebih rendah, meski sebagian ditopang kenaikan harga jual rata-rata 3% YoY dan kontribusi bisnis kepemilikan tambang. EBITDA Semester I 2025 sebesar USD 64 juta dengan margin 11%, dibanding 22% pada Semester I 2024. 

Grup mencatat rugi bersih USD 74,21 juta juta akibat EBITDA lebih rendah dan pencadangan piutang di Australia, meski dampaknya sebagian tertutupi oleh pergerakan nilai tukar, keuntungan investasi di 29Metals, beban bunga lebih rendah, manfaat pajak lebih besar, serta depresiasi yang menurun.

Belanja modal naik 40% YoY menjadi USD 111 juta, dengan alokasi USD 53 juta untuk pengembangan dan USD 58 juta untuk pemeliharaan. Arus kas bebas berbalik positif USD 5 juta, dari sebelumnya negatif USD 47 juta pada Semester I 2024.

Setahun Prabowo-Gibran, Pasar Modal Indonesia Tertinggi di ASEAN

Sebelumnya, studi terbaru dari NEXT Indonesia Center mencatat capaian historis perekonomian Indonesia dalam satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Indonesia kini menempati posisi teratas di kawasan Asia Tenggara dalam kapitalisasi pasar modal, sekaligus mencatat surplus perdagangan tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Menurut laporan riset NEXT, nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukkan tren positif dan untuk pertama kalinya menembus Rp15.000 triliun pada Maret 2025. Angka ini menjadikan BEI sebagai pasar modal terbesar di ASEAN, setelah melampaui Singapore Exchange (SGX) pada Februari 2023.

“Lonjakan kapitalisasi pasar menjadi penanda kuatnya kepercayaan pasar terhadap fondasi ekonomi Indonesia dalam satu tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo. Dengan capaian ini, Indonesia resmi menjadi pasar modal terbesar di Asia Tenggara,” tulis NEXT dalam laporannya, dikutip Senin (20/10/2025).

Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak sejarah baru dengan melampaui level 8.000 untuk pertama kalinya. IHSG ditutup pada posisi 8.124 pada 16 Oktober 2025. Peningkatan ini mencerminkan optimisme investor terhadap stabilitas politik dan arah kebijakan ekonomi nasional.

“Pertumbuhan IHSG menunjukkan kepercayaan investor bahwa perekonomian Indonesia bergerak di jalur yang stabil,” lanjut laporan tersebut.

Sektor Perdagangan

Di sektor perdagangan, kinerja ekspor dan impor nasional juga menunjukkan sinyal positif yang kuat. Pada Agustus 2025, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$5,49 miliar, tertinggi dalam tiga tahun terakhir sejak 2022. Surplus ini terjadi ketika nilai ekspor mencapai US$25 miliar, sementara impor berada di kisaran US$19,5 miliar.

Menurut NEXT, capaian tersebut mencerminkan daya saing industri nasional yang semakin tangguh di pasar global. Melebarnya surplus bukan sekadar angka, tetapi indikator penting bahwa sektor produksi dalam negeri mampu menjaga ritme ekspor, sekaligus memperkuat penerimaan devisa negara.

Kinerja perdagangan luar negeri ini melengkapi dorongan dari sektor pasar modal, yang sepanjang satu tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan tren menguat. Kombinasi antara surplus perdagangan dan kapitalisasi pasar yang melonjak memperlihatkan fondasi ekonomi Indonesia yang kian solid, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |