Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham Eropa berakhir di zona merah pada Jumat lalu karena kekhawatiran yang berasal dari sektor perbankan Amerika Serikat (AS) kini menjangkiti kawasan tersebut. Indeks acuan Pan-European Stoxx 600 ditutup turun 0,95%, dengan seluruh indeks utama tertekan.
Indeks Stoxx Europe 600 Banks menjadi korban utama, mengakhiri sesi dengan penurunan sekitar 2,5%, meskipun sempat mengalami kerugian yang lebih dalam sebelumnya.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (18/10/2025), penurunan ini merupakan efek domino dari kepanikan yang terjadi di AS pada Kamis, ketika saham bank-bank regional dan Jefferies anjlok setelah munculnya kekhawatiran akan pinjaman bermasalah yang tersembunyi (bad loans) di Wall Street.
Dugaan penipuan yang melibatkan pinjaman di AS, termasuk kerugian USD 50 juta yang diumumkan oleh Zions Bancorporation dan tuduhan dari Western Alliance, memicu ketakutan akan kualitas kredit yang lebih luas.
Kekhawatiran sudah dipicu lebih awal oleh kebangkrutan dua perusahaan terkait otomotif, Tricolor dan First Brands. Kasus First Brands mengungkap jaringan utang kompleks yang melibatkan berbagai pemberi pinjaman global, termasuk Jefferies USD 715 juta berisiko) dan UBS USD 500 juta berisiko).
Mantan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Jean-Claude Trichet, memperingatkan bahwa "kehati-hatian dan kewaspadaan adalah hal yang esensial di mana pun di dunia" terkait masalah kualitas kredit.
Ia menambahkan, pasar global belum sepenuhnya mencerna dampak dari kebijakan AS saat ini terkait inflasi dan perlambatan pertumbuhan, bahkan mengisyaratkan risiko "stagflasi".
Sektor Bank dan Pertahanan Berguguran
Kabar buruk dari sektor bank Eropa diperparah dengan kegagalan upaya pengambilalihan (hostile takeover) oleh bank Spanyol BBVA terhadap Sabadell pada hari Kamis.
Saham Sabadell anjlok 6,8%, sementara BBVA justru naik 6% karena investor lega tawaran yang gagal tersebut tidak jadi membebani neraca mereka.
Sektor Pertahanan juga menjadi sorotan. Indeks Stoxx Europe Total Market Aerospace and Defense turun 3,6% setelah diumumkan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu di Hongaria untuk membahas perang Ukraina.
Saham-saham besar di sektor ini, seperti Rheinmetall turun 6,4%, Hensoldt anjlok 7,8%, dan Renk merosot 5,3%.
Ini menandai perubahan tajam bagi sektor perbankan dan pertahanan, yang sebelumnya menjadi titik cerah utama dalam rally saham Eropa tahun 2025, dengan kenaikan indeks masing-masing sekitar 54% dan 60%.
Volvo Tertekan dan Bayangan Bubble AI
Dari berita korporasi:
Volvo Group, produsen truk Swedia, melaporkan laba kuartal ketiga sedikit di atas ekspektasi (11,7 miliar kronor Swedia vs. ekspektasi 8,75 miliar). Namun, sahamnya anjlok lebih dari 7,8% pada hari Jumat, menjadikannya hari terburuk sejak April, terbebani oleh kondisi pasar yang sulit di Amerika Utara dan Selatan.
Saham Novo Nordisk turun 6,4% menyusul komentar Presiden Trump tentang potensi penurunan harga obat penurun berat badan.
Di tengah gejolak ini, UBS masih mewanti-wanti potensi gelembung (bubble) AI. Eksekutif UBS, Michel Lerner, memperingatkan bahwa pergerakan pasar saat ini sangat menyerupai periode menjelang gelembung dotcom tahun 2000. Ia menyarankan investor untuk melakukan hedging dengan memilih saham yang memiliki momentum tetapi didukung fundamental kuat, seperti sektor barang konsumsi, layanan kesehatan, dan barang mewah.
Sementara itu, data inflasi Eropa dikonfirmasi pada 2,2%—sesuai ekspektasi—menjadi fokus utama pertemuan IMF dan Bank Dunia pekan ini.