Saham Nvidia Sentuh Rekor, Produsen Chip AI Ini Kembali Jadi Perusahaan Paling Berharga di Dunia

2 days ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Saham Nvidia menguat lebih dari 4% pada perdagangan Rabu, 25 Juni 2025. Harga saham Nvidia ditutup di posisi rekor untuk pertama kali sejak Januari karena investor yakin kepemimpinan perusahaan dalam kecerdasan buatan tidak akan diredam oleh kontrol ekspor China.

Saham Nvidia ditutup naik 4,3% di posisi USD 154,31 melampaui penutupan tertinggi sebelumnya sebesar USD 149,43 pada 6 Januari. Seiring hal itu, kapitalisasi pasar saham Nvidia sekarang bernilai USD 3,77 triliun, menjadikannya perusahaan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar Nvidia sedikit mengalahkan Microsoft, salah satu pelanggan utamanya. Demikian mengutip CNBC, Kamis (26/6/2025).

Kapitalisasi pasar Apple berada di posisi ketiga dengan nilai USD 3 triliun. Sementara Nvidia tetap menjadi pemimpin yang jelas dalam unit pemrosesan grafis atau GPU yang dipakai untuk membangun model bahasa besar dan menjalankan beban kerja artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, kekuatan reli 2025 mengejutkan mengingat perusahaan itu telah mengatakan mereka telah terkunci dari ekonomi terbesar kedua di dunia.

Pada April, Pemerintahan Donald Trump mengeluarkan aturan baru mengenai penghentian penjualan prosesor AI H20 milik perusahaan yang telah dikembangkan untuk memenuhi batasan sebelumnya.

Nvidia mengatakan bulan lalu perubahan yang ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) akan merugikan perusahaan sebesar USD 8 miliar atau sekitar Rp 129,78 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.222) dalam penjualan dan harus hapus persediaan sebesar USD 4,5 miliar atau Rp 73,01 triliun. Saat ini, Nvidia tidak mengandalkan penjualan apapun dari China.

Aturan Lain

"Pasar China senlai USD 50 miliar atau Rp 811,17 triliun secara efektif tertutup bagi industri AS,” ujar CEO Nvidia, Jensen Huang.

Pejabat pemerintahan Trump sebelumnya menuturkan, ada aturan lain yang akan datang yang akan memperluas pembatasan ekspor pada chip AI.

Namun, dalam laporan laba pada Mei, Nvidia melaporkan peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun sebesar 69% didukung oleh lonjakan bisnis pusat data sebesar 73%. Untuk tahun fiskal penuh, analis mengharapkan pertumbuhan pendapatan sebesar 53% menjadi hampir USD 200 miliar atau Rp 3.245 triliun, menurut LSEG.

Nvidia mengadakan rapat pemegang saham tahunannya pada Rabu pekan ini. Huang menuturkan, pada acara itu, selain AI, robotika adalah peluang pertumbuhan terbesarnya.

Tertinggi Sejak Januari 2025, Saham Nvidia Naik 5% Usai Catat Kinerja Positif

Sebelumnya, saham Nvidia (NVDA) melonjak sekitar 5% pada perdagangan Kamis, 29 Mei 2025 setelah perusahaan kecerdasan buatan itu melaporkan kinerja yang beragam pada kuartal pertama 2025.

Kenaikan tersebut menempatkan saham Nvidia dengan penutupan tertinggi sejak Januari 2025. Namun, saham Nvidia melanjutkan posisinya dengan penurunan 2,92% pada penutupan perdagangan Jumat (30/5).

Mengutip Yahoo! Finance, Sabtu (31/5/2025), sinyal positif dari Nvidia dan CEO Jensen Huang tentang permintaan infrastruktur AI dan peningkatan Blackwell melampaui penurunan pendapatan sebesar USD 8 miliar dari aturan ekspor AS ke Tiongkok, menurut reaksi awal dari Wall Street.

"Ada satu chip di dunia yang mendorong Revolusi AI dan itu adalah Nvidia," tulis Dan Ives dari Wedbush, salah satu analis teknologi terbesar di Wall Street, dalam sebuah catatan.

"Narasi itu jelas dari hasil ini dan komentar positif dari Jensen," ungkapnya.

Nvidia melaporkan pendapatan sebesar USD 44,1 miliar (Rp 718,5 triliun) pada kuartal pertama 2025, melampaui estimasi analis sebesar USD 43,3 miliar (Rp 705,5 triliun), menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Perusahaan melaporkan pendapatan USD 26 miliar (Rp423,6 triliun) pada periode yang sama tahun lalu.

Laba per saham yang disesuaikan, tidak termasuk biaya untuk chip H20, adalah USD 0,96, melampaui estimasi sebesar USD 0,93 dan melampaui laba per saham sebesar USD 0,61 tahun lalu.

Sementara itu, pendapatan pusat data Nvidia turun sedikit di bawah estimasi, menjadi USD 39,1 miliar (Rp637 triliun) dibandingkan dengan estimasi USD 39,2 miliar (Rp638,7 triliun) dan USD 22,5 miliar tahun lalu.

Penjualan Nvidia Lesu Imbas Pembatasan Ekspor ke China

Investor juga memperkiraan pendapatan Nvidia akan mencapai sebesar USD 8 miliar atau Rp130,3 triliun pada kuartal kedua 2025 menyusul aturan ekspor, yang melarang pengiriman chip H20 ke China.

Dalam sebuah wawancara pekan lalu, CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan perusahaan telah kehilangan penjualan sebesar USD 15 miliar atau Rp244,4 triliun sebagai akibat dari kebijakan tersebut.

"Pasar China senilai USD 50 miliar secara efektif tertutup bagi industri AS," kata CEO Nvidia Jensen Huang tentang pembatasan tersebut.

"Kami sedang menjajaki cara-cara terbatas untuk bersaing, tetapi Hopper bukan lagi pilihan. AI China terus maju dengan atau tanpa chip AS," bebernya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |