Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menunjukkan performa keuangan yang impresif dengan mencatatkan laba bersih signifikan di kuartal III 2025. Bank swasta terbesar di Indonesia ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 43,4 triliun, menunjukkan pertumbuhan yang solid secara tahunan.
Pencapaian ini tidak hanya didorong oleh pertumbuhan operasional yang kuat, tetapi juga ditopang oleh strategi pengelolaan risiko yang efektif. Kinerja positif ini menjadi sinyal kuat akan stabilitas dan prospek cerah BBCA di tengah dinamika ekonomi.
Selain pengumuman laba, BBCA juga merencanakan aksi korporasi penting berupa pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp 5 triliun. Rencana ini akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 23 Oktober 2025, yang bertujuan untuk program kepemilikan saham bagi karyawan dan direksi.
Dua pengumuman dari manajemen BCA tersebut langsung mendorong kinerja saham BBCA. Saham BBCA pada hari ini dibuka di angka Rp 8.100 dari penutupan sebelumnya di angka Rp 7.875.
Pada pukul 10.25 WIB, saham BBCA bertengger Rp 8.225. BBCA sempat menyentuh harga tertinggi di Rp 8.250 dan terendah di Rp 8.100.
Frekuensi perdagangan 38.887 kali dan volume transaksi di angka 1.996.376 saham. Untuk nilai transksi di angka Rp 1,6 triliun.
Kinerja Gemilang BBCA di Kuartal III 2025
BBCA berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 43,4 triliun hingga kuartal III 2025, angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 11,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba ini menjadi cerminan dari strategi bisnis yang adaptif dan efisien yang diterapkan oleh manajemen bank.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menegaskan bahwa capaian ini didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid dan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berkelanjutan. Total kredit BCA tumbuh 12,3% secara tahunan mencapai Rp 839,1 triliun, sementara DPK meningkat 7,9% menjadi Rp 1.136 triliun.
Pendapatan bunga bersih (NII) juga mengalami kenaikan 11,3% menjadi Rp 57,5 triliun, dilengkapi dengan pertumbuhan pendapatan non-bunga sebesar 6,7% menjadi Rp 19,4 triliun. Kombinasi ini menghasilkan total pendapatan operasional yang meningkat 10,3% menjadi Rp 76,9 triliun, menunjukkan diversifikasi sumber pendapatan bank yang efektif.
Rencana Buyback Saham BBCA Senilai Rp 5 Triliun
Dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham dan memberikan fleksibilitas pengelolaan modal, BBCA telah menyiapkan dana sebesar Rp 5 triliun untuk melakukan pembelian kembali saham. Rencana strategis ini akan diajukan untuk mendapatkan persetujuan pada RUPSLB yang akan diselenggarakan pada 23 Oktober 2025.
Direktur BCA, Gregory Hendra Lembong, menjelaskan bahwa buyback ini utamanya ditujukan untuk program kepemilikan saham bagi karyawan dan direksi. Langkah ini diharapkan dapat menyelaraskan kepentingan manajemen dan karyawan dengan tujuan jangka panjang perusahaan, sekaligus menjadi bentuk apresiasi atas kontribusi mereka.
Pelaksanaan buyback saham akan dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 12 bulan setelah persetujuan RUPSLB, dengan jumlah maksimal saham yang akan dibeli kembali mencapai 250 juta lembar. Harga pembelian akan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, memastikan transparansi dan kepatuhan terhadap regulasi pasar modal.
Prospek dan Stabilitas Keuangan BBCA
Selain pertumbuhan laba dan rencana buyback, BBCA juga menunjukkan fundamental keuangan yang sangat kuat. Rasio kredit bermasalah (NPL) bank ini terjaga di level rendah 1,8%, mengindikasikan kualitas aset yang prima dan manajemen risiko yang hati-hati. Angka ini jauh di bawah rata-rata industri, menunjukkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit.
Dukungan terhadap kualitas aset juga terlihat dari rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang mencapai 226,8%, memberikan bantalan yang memadai terhadap potensi risiko kredit. Rasio ini menunjukkan kesiapan bank dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak terduga, menjaga kepercayaan investor dan nasabah.
Lebih lanjut, rasio kecukupan modal (CAR) BBCA berada di angka 26,7%, menegaskan posisi permodalan yang sangat kuat dan jauh di atas persyaratan regulator. Dengan Return on Asset (ROA) sebesar 3,6% dan Return on Equity (ROE) 25,6%, BBCA membuktikan efisiensi operasional dan kemampuan menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.