Liputan6.com, Jakarta - Penggalangan dana dari initial public offering (IPO) atau penawaran umum saham perdana London ke level terendah dalam 30 tahun pada semester pertama 2025. Hal itu menimbulkan pertanyaan baru tentang memudarnya daya tarik sebagai pusat modal global.
Mengutip CNBC, Sabtu (5/7/2025), lima debut di pasar London dalam enam bulan pertama 2025 mengumpulkan dana 160 juta poundsterling atau USD 218,6 juta, berdasarkan data baru dari Dealogic. Jumlah itu setara Rp 3,53 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.182).
Itu adalah level terendah dana IPO London yang dikumpulkan pada semester I 2025 yang dicatat oleh Dealogic.
Bahkan setelah krisis keuangan 2008, dua IPO London berhasil mengumpulkan 222 juta poundsterling pada semester pertama 2009, berdasarkan data.
IPO terbesar di London tahun ini adalah pencatatan perusahaan jasa profesional MHA yang mengumpulkan 98 juta poundsterling saat debut di Alternative Investment Market (AIM) pada April.
Penurunan pencatatan saham di London tahun ini menambah perjuangan kota itu untuk mempertahankan kejayaannya sebelum sebagai salah satu tujuan utama modal global. Menurut laporan IPO Watch terbaru dari raksasa jasa profesional PwC, hasil IPO di Inggris turun menjadi 100 juta poundsterling pada kuartal I 2025, turun dari 300 juta poundsterling pada periode sama tahun sebelumnya.
Sejumlah Perusahaan Bakal Alihkan Pencatatan ke AS
Tahun ini saja, pasar keuangan kota tersebut telah dilewati oleh perusahaan-perusahaan yang pernah merencanakan pencatatan saham besar-besaran di sana.
Shein misalnya dilaporkan berencana melakukan IPO di Hong Kong setelah membatalkan rencana sebelumnya untuk melantai di Bursa Efek London.
Sedangkan investor yang didukung Glencore, Cobalt Holdings mengonfirmasi kepada CNBC kalau telah membatalkan rencana untuk melakukan IPO di Bursa Efek London.
Masalahnya tidak terbatas pada pencatatan saham baru pada Juni. Raksasa teknologi keuangan Inggris Wise mengumumkan akan memindahkan pencatatan saham utamanya dari London ke New York, dan awal pekan ini dilaporkan raksasa farmasi AstraZenecca, perusahaan paling berharga di indeks FTSE100 sedang mempertimbangkan untuk memindahkan pencatatan saham ke Amerika Serikat.
CEO dan salah satu pendiri Wise, Kristo Kaarmann menuturkan, langkah itu akan membantu meningkatkan kesadaran mengenai perusahaan di AS sekaligus memberi perusahaan tersebut akses yang lebih baik ke pasar modal paling likuid di dunia.
Kesenjangan IPO di AS dan Inggris
Dealogic menyoroti kesenjangan yang signifikan antara pencatatan di AS dan Inggris sepanjang 2025. Pasar AS mencatat 156 IPO dalam enam bulan pertama 2025, dan meraih dana USD 28,3 miliar.
Namun, Head of Equity Capital Market Mergermarket, Samuel Kerr menuturkan, pasar saham Inggris telah berada di bawah awan negatif selama beberapa waktu, dan mungkin ada masa lebih cerah pada masa depan untuk London.
"Kami melihat lebih banyak bisnis mulai mempertimbangkan pencatatan di London secara serius lagi setelah beberapa tahun reformasi dan ketidakpastian yang lebih luas atas arah regulasi dan kebijakan AS," katanya dalam email.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah memuji rencana pemerintahnya untuk merevitalisasi pasar modal Inggris, berjanji untuk menyelidiki regulasi yang "menghambat investasi secara tidak perlu."
Musim panas lalu, Otoritas Perilaku Keuangan Inggris merombak aturan pencatatan dalam upaya untuk menyederhanakan proses saham mengambang di pasar Inggris.
"Jika London dapat mengubah minat tahap awal terhadap pencatatan di Inggris menjadi IPO yang sukses, hal itu akan membalikkan sebagian narasi malapetaka," kata Kerr dari Mergermarket kepada CNBC.