Pemicu Gerakan Tanah Merayap di Jatigede Sumedang, Warga Diminta Waspada dan Cek Berkala Retakan Bangunan

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Gerakan tanah terjadi di Dusun Jatigede RT 12 RW 04, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Mencegah hal-hal tak diinginkan, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan sembilan rekomendasi usai melakukan pemeriksaan ke lokasi.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid, mengatakan rekomedasi ini diterbitkan karena potensi pergerakan tanah tinggi dan untuk menghindari terjadinya gerakan tanah susulan. Selain itu, mengurangi dampak akibat gerakan tanah yang terjadi sejak tahun 2017 serta masih berlangsung pada saat pemeriksaan.

"Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di lokasi bencana agar meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat hujan," ujar Wafid dalam keterangannya ditulis Bandung, Jumat (31/10/2025).

Tutup Retakan dengan Tanah Liat

Masyarakat diminta melakukan pemantauan menerus terhadap perkembangan retakan dan nendatan pada bangunan yang ditempati. Jika terjadi perkembangan yang menerus pada retakan yang telah ada dan muncul rembesan air baru atau hilangnya mata air lama atau ada perubahan mata air dari bening menjadi keruh agar segera mengungsi dan melaporkan ke pemerintah daerah setempat.

"Jika retakan berkembang dan meluas, maka bangunan yang terancam sebaiknya direlokasi ke tempat yang lebih aman," kata Wafid.

Wafid meminta masyarakat agar menutup retakan dengan tanah liat dan dipadatkan untuk memperlambat masuknya air ke dalam tanah. Aktivitas tersebut dilakukan dengan selalu memperhatikan kondisi cuaca dan faktor keselamatan.

Selain itu, diperlukan pengendalian air permukaan (surface drainage) yang kedap air dengan cara perencanaan tata saluran permukaan, pengendalian air rembesan (sub surface drainage) serta pengaliran parit pencegat yang diarahkan langsung ke sungai utama.

"Gerakan tanah di lokasi ini berupa rayapan yang bergerak lambat, dan tipe rumah yang cocok untuk daerah ini adalah rumah dengan konstruksi ringan atau semi permanen seperti rumah panggung," jelas Wafid.

Tidak Bangunan Hunian di Daerah Rawan

Seluruh kelompok masyarakat diimbau tidak mengembangkan pemukiman di atas, pada, dan di bawah lereng dengan kemiringan sangat curam.

Guna menahan laju resapan air, masyarakat diminta memelihara atau mempertahankan, menanam dan memperbanyak tanaman keras berakar kuat dan dalam untuk memperkuat lereng seperti Jati, Mahoni, Sonokeling, Durian dan sejenisnya.

"Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah. Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat dalam penanganan bencana gerakan tanah," ungkap Wafid.

Mekanisme dan Pemicu Gerakan Tanah

Wafid menyebutkan pemicu gerakan tanah di Dusun Jatigede RT 12 RW 04, Desa Cijeungjing, terjadi akibat interaksi faktor geologi. Tanah pelapukan berupa tuf yang bersifat poros, sehingga mudah menyerap air saat curah hujan tinggi.

Air yang meresap dari curah hujan yang tinggi ke dalam tanah bergerak menuju lapisan bahan rombakan di bawahnya, yang bersifat lebih kedap air.

"Akumulasi air di batas antara tanah pelapukan dan lapisan kedap ini membentuk bidang gelincir sebagai bidang lemah," terang Wafid.

Sementara itu, sistem drainase yang tidak tertata dengan baik turut mempengaruhi kondisi, karena memungkinkan air hujan langsung terserap ke dalam tanah tanpa terkontrol. Kemiringan lereng yang agak curam hingga curam membuat tanah lebih rentan bergerak saat jenuh air.

Proses ini menciptakan pergerakan tanah secara bertahap, di mana massa tanah bergeser mengikuti bidang gelincir dengan kecepatan lambat tetapi terus menerus dan menyebabkan kerusakan struktur secara perlahan seiring waktu.

"Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah pemeriksaan antara lain adalah tanah pelapukan berupa tuf pasiran yang cenderung bersifat poros dan mudah menyerap air," kata Wafid. Berdasarkan pemeriksaan di lapangan batuan dasar diperkirakan bersifat lebih kedap terhadap air (impermeable) yang berada di bawah tanah pelapukan. Batas antara keduanya diperkirakan sebagai bidang gelincir. Untuk kemiringan lereng yang agak curam – curam sehingga tanah mudah bergerak ketika jenuh air atau mengalami getaran namun dengan kecepatan yang lambat. "Sistem drainase yang kurang tertata dan tidak kedap air sehingga air mudah menyerap kedalam tanah. Curah hujan yang tinggi dengan durasi yang lama sebelum terjadinya gerakan tanah," terang Wafid.

Situasi dan Dampak Gerakan Tanah

Gerakan tanah yang terjadi berupa rayapan yang bergerak lambat. Gerakan tanah ini ditandai dengan munculnya retakan, nendatan dan amblasan pada permukaan tanah dan lantai bangunan.

Arah umum gerakan tanah ke arah timur – tenggara, dijumpai retakan dengan lebar 1 – 3 cm dan amblas sedalam 10 - 20 cm membentuk pola arah barat daya – timur laut sepanjang 50 meter berkembang membentuk tapal kuda (mahkota longsoran) yang menyebabkan kerusakan pada bangunan.

"Gerakan tanah ini berpotensi berkembang menjadi longsoran cepat jika tidak ditanggulangi," sebut Wafid. Dampak gerakan tanah menyebabkan satu rumah warga yang sudah ditinggalkan penghuninya mengalami rusak berat dan satu sekolah yang terdiri dari enam bangunan mengalami retak-retak atau kategori rusak ringan – berat. Ditambah empat bangunan rumah terancam.

Berdasarkan peta zona kerentanan gerakan tanah Kabupaten Sumedang dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), lokasi bencana berada pada zona kerentanan gerakan tanah menengah.

"Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan," ungkap Wafid.

Berdasarkan peta prakiraan wilayah terjadinya gerakan tanah Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada bulan September 2025, daerah bencana terletak pada prakiraan gerakan tanah menengah-tinggi, artinya daerah yang berpotensi menengah-tinggi untuk terjadinya gerakan tanah.

Pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, serta gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |