SDN 27 Kauman Solo Hanya Dapat 1 Murid Baru, Abrizam Sepi Jalani MPLS Sendirian

7 hours ago 3

Liputan6.com, Solo - Salah satu sekolah dasar negeri (SDN) di Solo, SDN Kauman No 27 hanya mendapatkan satu siswa pada penerimaan siswa tahun ajaran baru tahun 2025. Minimnya siswa yang mendaftar di sekolah yang terletak di dekat Keraton Kasunanan Surakarta itu lantaran jauh dari pemukiman penduduk.

Siswa yang bernama Abrizam (6) hanya duduk seorang diri di bangku ruang kelas I. Bocah yang masih memakai seragam TK itu duduk di barisan paling depan dan tengah. Guru yang bertugas mengajarnya itu pun beridiri tepat di depan meja sang siswa. Meski demikian kegiatan belajar mengajar tetap berjalan normal seperti kegiatan belajar mengajar di kelas lainnya.

Wali Kelas I SDN Kauman No 27, Solo, Sri Handayani mengaku kondisi penerimaan siswa baru pada tahun ajaran 2025 cukup memprihatinkan. Hal ini disebabkan selama masa pendaftaran hingga hari pertama masuk sekolah baru mednapatkan satu siswa yang masuk kelas I di sekolahnya.

“Ya kondisi tahun ini, saya sebagai salah satu guru di sini cukup memprihatinkan. Jadi bukan rahasia lagi, kita dapat satu, sementara baru dapat satu murid dari jalur afirmasi,” kata dia saat ditemui di ruang kelas SDN Kauman No 27, Solo pada Senin (14/7/2025).

Menurut Handayani, sedangkan pendaftaran siswa baru melalui jalur zonasi hingga mutasi hingga penutupan pendaftaran tidak ada yang mendaftar. Kondisi pada tahun sebelumnya cukup berbeda karena dari jalur zonasi hingga afirmasi terdapat lebih dari 10 siswa yang masuk kelas I pada 2024 lalu.

“Tahun lalu 11 siswa. 11 siswa itu dari berbagai jalur, ada yang afirmasi, ada yang zonasi. Pokoknya merata dari berbagai jalur,” ujarnya.

Gegara hanya mendapatkan satu siswa dalam penerimaan siswa tahun ajaran baru ini, ia pun menyerahkan semua keputusan terkait nasib siswa ke depannya kepada pihak Dinas Pendidikan Kota Solo. Bahkan pada hari pertama masuk, petugas dari dinas terkait sudah mengecek kondisi kelasnya.

“Ya sementara, tadi dari dinas sudah  ke sini. Kita nanti manut dari dinas terkait aturan dan regulasi yang ada. Kalau untuk ke depannya kami belum bisa berbicara apa pun ya, nanti kita tunggu dari dinas,” ucapnya.

Dekat Balai Kota Solo

Meskipun hanya terdapat satu siswa tetapi Handayani sebagai pengajar memastikan bahwa siswa tersebut tetap akan mendapatkan pelayanan belajar yang sama seperti dengan siswa di kelas lainnya. 

“Walaupun ini satu kita malah lebih harus prioritas ke anak yang sementara baru satu. Saya akan bilang sementara terus karena selama ini kita berharap tidak baru satu tapi sementara baru satu,” katanya.

Terkait penyebab semakin menurunnya jumlah penerimaan siswa di sekolahnya, Handayani pun membeberkan bahwa yang menjadi faktor utama karena letak geografis sekolah. Seperti diketahui sekolah tersebut terletak di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta. Selain itu posisi sekolah tersebut juga tak jauh dari Pasar Klewer hingga pusat perbelanjaan Beteng dan PGS.

“Pertama itu letak geografis, jenengan bisa pirso (melihat) betapa tidak mendukung karena SD Negeri Kauman 27 ini geografisnya kurang mendukung walaupun dekat dengan Balai Kota Solo. Di sini banyak sekali perkantoran, pusat-pusat ekonomi, kemudian pasar jadi pemukiman penduduk tidak ada,” jelasnya.

Selain faktor geografis, Handayani juga menyebut terkait faktor zonasi dalam penerimaan siswa baru. Sebelum muncul kebijakan tersebut, ia mengatakan bahwa SDN Kauman No 27 sempat menolak siswa baru karena kapasitas ruang kelasnya telah penuh. Saat itu banyak putra-putri pedagang di Pasar Klewer maupun pusat kegiatan ekonomi di sekitar sekolah itu memilih menyekolahkan di SDN Kauman No 27.

“Tapi setelah zonasi diberlakukan sekitar setelah Covid itu sangat signifikan sekali menurunnya sangat berpengaruh bagi kami. Ia anak-anak pedagang Pasar Klewer kan dulu dari luar kota pun bisa tapi setelah adanya zonasi dari pada berpikir panjang nanti tidak masuk ke zonasi lebih baik kemungkinan ke swasta,” kata dia.

“Dulu banyak sekali siswa di sini yang orang tuanya pedagang dan itu turun temurun ya. Seandainya bukan dari Pedagang Pasar Klewer, Beteng, terus pasar-pasar tradisional itu turun temurun menyekolahkan di sini. Dulu kakek neneknya di sini, mama papanya di sini, punya cucu juga di sini. Tapi setelah zonasi berubah,” sambungnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |