Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menyiapkan anggaran Rp 1 triliun untuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham.
Mitratel akan buyback saham maksimal 4,12% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor dalam Perseroan. Langkah buyback saham ini dilakukan seiring Perseroan melihat perlu ada fleksibilitas yang memungkinkan Perseroan memiliki mekanisme untuk menjaga stabilitas harga saham Perseroan.
Hal ini untuk mendukung tingkat harga saham yang mencerminkan nilai atau kinerja Perseroan yang sebenarnya dan menjaga kepercayaan investor. Selain itu sebagai upaya mengoptimalkan excess kas Perseroan untuk meningkatkan return kepada pemegang saham Perseroan. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (19/7/2025).
"Sumber dana yang akan digunakan untuk pembelian kembali saham akan memakai dana kas internal Perseroan.”
Untuk melakukan buyback saham ini, Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Selasa, 26 Agustus 2025. Perseroan akan menggelar buyback saham selama 12 bulan sejak 26 Agustus 2025.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 18 Juli 2025, harga saham MTEL melemah 1,64% ke posisi Rp 600 per saham. Harga saham MTEL dibuka stagnan di posisi Rp 610 per saham. Saham MTEL berada di level tertinggi Rp 615 dan level terendah Rp 595 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.590 kali dengan volume perdagangan 183.786 saham. Nilai transaksi Rp 11,1 miliar.
Mitratel Tebar Dividen Rp 1,48 Triliun dan Ganti Komut
Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel akan membagikan dividen tunai Rp 1,48 triliun atau Rp 18,09 per saham. Rencana pembagian dividen ini telah mendapat persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Mitratel yang diselenggarakan pada hari ini, 28 Mei 2025.
Mengutip hasil RUPST MTEL, Rabu (28/5/2025), besaran dividen yang dibagikan itu setara 70 persen dari laba bersih perseroan tahun buku 2024. Perseroan juga membagikan dividen spesial sebesar 28% dari laba bersih senilai Rp 590,15 miliar atau setara Rp 7 per saham. Artinya, perseroan mengalokasikan 98% laba 2024 untuk dibagikan kepada pemegang saham. Sisanya sebanyak 2% digunakan perseroan sebagai dana cadangan.
“Ini berkaitan dengan rencana ekspansi perseroan ke depan. Jadi memang untuk dividend ini dari semua net income kita yang dapat di tahun 2024. Tahun 2025 untuk ekspansi kita menggunakan dana dari internal,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Mitratel, Ian Sigit Kurniawan dalam paparan publik usai RUPS, Rabu (28/5/2025).
Mitratel Cetak Laba Bersih Rp 2,11 Triliun pada 2024
Mitratel berhasil membukukan pendapatan Rp9,31 triliun pada tahun 2024, tumbuh 7,2% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). Bisnis penyewaan menara atau tower leasing masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan perseroan dengan nilai Rp7,63 triliun, atau tumbuh 6,9%. Sementara itu, pendapatan dari segmen fiber optic juga terus bertumbuh dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp486 miliar atau meningkat 64,3% dari tahun sebelumnya.
Ebitda Perseroan
Kenaikan di sisi pendapatan berhasil diimbangi dengan pengelolaan biaya yang lebih efisien. Mitratel berhasil menjaga efektivitas operasional dengan mencatatkan beban operasional Rp1,6 triliun, turun 5,2% dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp1,7 triliun.
Alhasil, perseroan mampu menghasilkan EBITDA senilai Rp7,69 triliun, naik 10,2%. Margin EBITDA pun semakin baik dari 80,4% pada 2023 menjadi 82,7% pada 2024. Sementara itu, laba bersih tumbuh 4,8% dari Rp2,01 triliun menjadi Rp 2,11 triliun.
"Kita pastikan kinerja 2024 tumbuh signifikan baik di sisi reveue dan pofitabilitas. Pertumbuan positif tersebut didorong kegiatan kami selama 2024 utamanya terhadap bisnis utama kita di bisnis tower melalui penyewaan tower dan kolokasi," kata Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi H pada kesempatan yang sama.
Perubahan Manajemen
Selain pembagian dividen, RUPS menyetujui perubahan manajemen, baik dari sisi komisaris maupun direksi. Dalam rangka memperkuat struktur manajemen perusahaan menuju visi jangka panjang, perusahaan mengangkat sejumlah tokoh baru dengan masa jabatan yang berlaku hingga penutupan RUPST tahun 2030.
"Fadli Tri Hartono ditunjuk sebagai Komisaris Utama menggantikan Yusuf Bibisono. Selain itu, Ratu Isyana Bagus Oka juga resmi diangkat sebagai Komisaris Perseroan," mengutip hasil RUPS.
Faisal Amir Masduki turut dipercaya mengisi posisi Komisaris Perseroan, dan pengangkatan kembali Theodoros Sardinakopo sebagai Direktur Utama Mitratel. Masa jabatan ini tunduk pada ketentuan anggaran dasar dan tetap dapat disesuaikan oleh keputusan pemegang saham sewaktu-waktu.