Liputan6.com, Lampung Utra - Tawa dan tangis haru pecah di halaman Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, saat anak-anak bertemu kembali dengan ayah atau ibunya yang menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Suasana penuh kehangatan itu terjadi dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025.
Bukan pertemuan biasa, momen itu dibalut dalam kegiatan lomba menggambar yang melibatkan anak-anak dan keluarga para WBP.
Mereka duduk berdampingan, saling membantu mewarnai, sembari bertukar senyum dan cerita. Meski hanya sesaat, namun cukup untuk melepas rindu yang mengendap lama.
Kepala Rutan Kelas IIB Kotabumi, Marthen Butar Butar, membuka kegiatan dengan sambutan menyentuh.
Dia menegaskan pentingnya dukungan keluarga dalam proses pembinaan warga binaan, terutama kehadiran anak sebagai motivasi utama bagi WBP untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
"Anak-anak adalah harapan. Kegiatan ini adalah bentuk kecil dari komitmen kami untuk tetap menghidupkan nilai kekeluargaan di balik tembok penjara," ujar Marthen, Rabu (23/7/2025).
Kegiatan dimulai dengan doa bersama. Dalam suasana khidmat, para orang tua dan anak menundukkan kepala, memanjatkan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Setelah itu, lomba menggambar pun dimulai. Musik akustik yang dimainkan langsung oleh para WBP mengiringi setiap goresan krayon anak-anak.
Jembatan Cinta Antara Anak dan Warga Binaan
Tangan-tangan kecil itu menggambar dengan penuh semangat. Beberapa anak tampak menggambar pelangi, rumah, hingga wajah keluarga mereka.
Di samping mereka, ayah atau ibu yang sedang menjalani masa tahanan, duduk tersenyum sembari memandangi karya anak mereka dengan sorot mata yang tak bisa menyembunyikan rasa haru.
Lomba menggambar itu bukan sekadar ajang unjuk kreativitas. Lebih dari itu, kegiatan itu menjadi ruang untuk membangun kembali jembatan kasih sayang yang sempat terputus oleh jeruji.
Anak-anak yang biasanya hanya bisa memeluk ayah atau ibunya dalam waktu terbatas, kini diberi ruang lebih hangat untuk menjalin kembali kedekatan.
"Rasanya seperti pulang sebentar," ujar salah satu WBP perempuan sambil mengusap kepala anaknya. "Saya ingin anak saya tahu, meski saya di sini, cinta saya tidak berkurang sedikit pun," ucapnya lagi.
Suasana yang penuh warna itu ditutup dengan pengumuman pemenang lomba menggambar. Hadiah diberikan kepada tiga pemenang terbaik, namun bagi semua peserta, hari itu adalah kemenangan tersendiri: bisa menggambar bersama orang tua mereka yang tengah menjalani masa pembinaan.
Rutan Kotabumi ingin menunjukkan bahwa di balik sistem pemasyarakatan yang keras, ada sentuhan humanis yang terus diupayakan.
"Perayaan Hari Anak Nasional ini bukan hanya tentang anak-anak, tapi tentang harapan, pemulihan, dan cinta yang tak terputus meski oleh dinding dan waktu," tutup Marthen.