Strategi Petrosea Jaga Pertumbuhan Pendapatan saat Harga Komoditas Bergejolak

1 month ago 27

Liputan6.com, Jakarta - PT Petrosea Tbk (PTRO) menegaskan strategi perusahaan dalam menjaga pertumbuhan pendapatan tetap terjaga di tengah volatilitas harga komoditas.

Direktur PT Petrosea Tbk, Ruddy Santoso menuturkan, perseroan mengandalkan kombinasi pertumbuhan organik, anorganik, efisiensi operasional, serta manajemen risiko untuk menjaga kinerja yang berkelanjutan.

"Melalui kontrak baru serta diversifikasi lini usaha, perseroan terus mendorong pertumbuhan organik. Pada semester pertama 2025, kami mencatatkan rekor kontrak baru sebesar USD 4,3 miliar setara dengan pertumbuhan 60% year-on-year," ujar Ruddy dalam Public Expose, Senin (6/10/2025).

Selain itu, perseroan juga mengandalkan strategi inorganik melalui akuisisi strategis. Ruddy menjelaskan, akuisisi Hafar dan HBS Group memberi tambahan portofolio usaha yang sinergis sekaligus membuka peluang perbaikan margin.

"Akuisisi ini tidak hanya menambah kapasitas, tetapi juga memperkuat bargaining position perseroan dalam rantai pasok, sehingga margin bisa lebih terjaga," jelasnya.

Petrosea juga terus memperkuat efisiensi biaya, operation excellence, serta manajemen risiko harga komoditas melalui mekanisme penyesuaian harga dalam kontrak. Dengan strategi tersebut, perseroan optimistis dapat menjaga pertumbuhan pendapatan berkelanjutan dengan margin yang sehat.

Diversifikasi Proyek Dongkrak Nilai Kontrak Petrosea

Sebelumnya, PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatat pertumbuhan signifikan dalam portofolio proyek dan backlog perusahaan pada paruh pertama 2025. Hal ini disampaikan Direktur PT Petrosea Tbk, Iman Darus Hikhman, dalam paparannya terkait perkembangan pasca akuisisi dan diversifikasi lini bisnis.

Iman menjelaskan proyek-proyek Petrosea kini tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Papua Nugini sebagai hasil akuisisi HBS Group. 

“Dalam slide ini terlihat letak geografis portofolio proyek-proyek Petrosea tersebar seluruh Nusantara ditambah dengan Papua New Guinea, pos akuisisi dari HBS Group,” ujarnya dalam Public Expose, dikutip Selasa (7/10/2025).

Ia menambahkan, diversifikasi proyek juga diperkuat dengan kerja sama bersama berbagai klien utama dari sektor mineral dan energi. Melalui HBS Group, perusahaan memiliki akses terhadap pemain kunci di sektor emas, sementara melalui Hafar, Petrosea menjalin hubungan dengan perusahaan minyak dan gas besar di Asia Tenggara. 

Proyek Infrastruktur

Selain itu, Petrosea juga menangani proyek internal grup, termasuk tambang-tambang milik PGK Group di Kalimantan Tengah, serta proyek infrastruktur berupa pembangunan jalan angkut batubara sepanjang 170 km. Lebih lanjut, Iman menyoroti pertumbuhan backlog yang meningkat signifikan. 

“Hal ini tercermin dalam backlog di first half 2025 tumbuh sebesar 60% year-on-year menjadi USD 4,3 miliar yang didapatkan baik dari pelanggan existing maupun pelanggan baru,” jelasnya.

Menurut dia, pencapaian tersebut menandai nilai backlog tertinggi sepanjang lebih dari lima dekade kiprah Petrosea di industri pertambangan. Diversifikasi backlog juga membuat kontribusi dari batubara thermal terhadap total backlog turun dari 74% pada semester I 2004 menjadi 49% pada semester I 2025, sejalan dengan peningkatan kontribusi dari mineral lain sebagai bagian strategi perusahaan.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |