Liputan6.com, Kupang - Puluhan siswa SMPN 8 Kota Kupang, NTT dilarikan ke sejumlah rumah sakit usai mengonsumsi hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa 22 Juli 2025. Dugaan kuat, para siswa ini keracunan makanan usai menyantap hidangan nasi, sayur, lauk dan buah dari program MBG.
Siswa keracunan langsung dilarikan ke sejumlah rumah sakit terdekat. Antara lain RSU Siloam dan RSUD SK Lerik Kota Kupang serta RSU Mamami Kupang. Sebelum dibawa ke rumah sakit, para siswa mendapatkan penanganan awal di ruang UKS sekolah.
Di RSU Siloam, ada 27 siswa yang dirawat di ruang IGD. Sementara di RSUD SK Lerik Kota Kupang ada 18 siswi menjalani penanganan di ruang IGD. Mereka diberikan cairan infus dan obat. Para orang tua pun berdatangan melihat kondisi anak mereka.
Rio Bella (45) orang tua siswa mengaku kaget mendapatkan informasi soal kasus keracunan makanan yang dialami anaknya.
"Anak saya sempat telepon kalau ia sakit perut setelah makan nasi, sayur dan daging makanya dilarikan ke rumah sakit," ujar Rio, di Kupang.
Sejumlah guru pun disebar ke beberapa rumah sakit memantau para siswa yang mengalami keracunan.
Simak Video Pilihan Ini:
Lagi-lagi kasus dugaan keracunan usai menyantap hidangan makan bergizi gratis kembali berulang, sedikitnya 171 orang siswa dan guru dari enam sekolah di Kota Bogor mengalami gejala keracunan.
Penjelasan Kepala Sekolah
Kepala SMPN 8 Kota Kupang, Maria Roslin Lana mengungkapkan kronologi kejadian luar biasa yang dialami ratusan siswa di sekolahnya.
Dia mengatakan kalau sejak 17 Februari 2025 lalu, 1.050 siswa di SMPN 8 Kota Kupang mendapatkan layanan Makan Bergizi Gratis (MBG).
Setiap hari, mereka mendapatkan 1.050 porsi makanan yang dibagikan pada pukul 10.00 wita saat jam istrahat.
"Kami jadi sekolah perdana dan sekolah contoh untuk menerima layanan MBG dan dilayani SPPG Kelapa Lima," ujarnya
Menurutnya, para siswa awalnya mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti biasa. Namun saat KBM berjalan, beberapa siswa mulai bolak balik ke kamar mandi.
"Anak-anak mengalami mual dan sakit perut. Untuk penanganan awal, guru mengarahkan siswa ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS)," katanya.
"Saya hubungi dinas pendidikan mohon petunjuk dan hubungi Puskesmas Oesapa untuk penanganan darurat," tambahnya.
Ia mengambil langkah darurat dengan membawa siswa ke sejumlah rumah sakit menggunakan kendaraan pribadi guru dan jasa maxim.
"Kami sempat bolak balik empat kali dengan oto pribadi dan maxim/grab untuk bawa siswa ke RSUD SK Lerik, RSU Mamami dan Siloam," ujarnya.
Selain guru, Dinkes dan BPBD Kota Kupang pun turun tangan dengan bantuan mobil ambulance mengevakuasi siswa ke tiga rumah sakit.
Ia juga belum memastikan apakah penyebab siswa sakit karena MBG. Namun ia mengaku banyak siswa mengalami sakit perut sejak Senin 21 Juli..
Ia memastikan kalau jatah MBG bagi 1.050 anak pada Selasa (22/7/1025) belum dibagikan.
"Hari ini makanan belum dibagikan. Kalau kemarin (menu) ada nasi putih, daging sapi, sayur buncis dan bunga pepaya, tahu dan buah pisang," urai kepala sekolah.
Daging Mentah
Pasca-kejadian, Kepala dinas Pendidikan Kota Kupang, Dumuliahi Djami turun ke SMPN 8 Kota Kupang mengecek kondisi makanan bergizi gratis (MBG) dan kondisi siswa.
Terdata ada 111 siswa yang pulang karena sakit perut dan dibawa ke tiga rumah sakit di Kota Kupang. Ia mengaku belum bisa memastikan penyebab siswa sakit.
"Nanti BPOM atau Dinkes yang melakukan pengecekan baru ada kesimpulan soal penyebab," ujarnya.
"Kita tidak boleh buru-buru apakah karena MBG atau karena apa, biarkan Dinkes dan BPOM yang mengecek," tambahnya.
Dari hasil pantauan pada Selasa siang, makanan bagi 1.050 siswa belum dibagikan. Namun khusus untuk menu makanan pada Senin (21/7/2025), Kadis menyebutkan kalau ada temuan sampel makanan daging masih merah, sayur basi dan aroma kurang bagus.
"Saya sempat tanya kenapa anak-anak makan kalau memang basi, anak-anak bilang kami terpaksa makan karena lapar," ujar Kadis.
Ia menyarankan agar semua stakeholder kembali mengevaluasi dapur MBG. Saat ini satu dapur menangani makanan bagi 3.000 hingga 3.500 siswa.
"Perlu dievaluasi kalau bisa jangan terlalu banyak," ujarnya.