Sejarah dan Gelora Semangat Kemerdekaan RI ke-80 dari RSUD Bayu Asih Purwakarta

1 month ago 42

Liputan6.com, Purwakarta Pada hari ini, Minggu 17 Agustus 2025, Indonesia memeringati hari ulang tahun kemerdekaannya yang ke-80. Semangat kemerdekaan ini, membahana di seluruh nusantara. Masyatakat Indonesia suka cita merayakan kemerdekaan ini.

Berdasarkan sejarah, perjuangan untuk meraih kemerdekaan ini begitu susah payah. Cucuran darah dan air mata menyertainya. Dulu, rakyat dengan gigih mengangkat senjata, mengangkat bambu runcing, untuk mengusir penjajah supaya enyah dari tanah pertiwi.

Perjuangan ini, tak sia-sia. Pasalnya, pada 17 Agustus 1945 yang lalu, Soekarno dan Moh Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Suara Soekarno yang bergelora tersebut, disambut tepuk tangan meriah dari rakyat Indonesia.

Saat ini, anak dan cucu tak perlu memanggul senjata, keluar masuk hutan untuk bersembunyi menghindari serangan musuh. Anak cucu ini, hanya perlu mengisi kemerdekaan dengan belajar dan melahirkan ide-ide kreatif untuk mendukung pembangungan bangsa.

Meskipun perang di Indonesia telah berakhir sejak 80 tahun yang lalu, namun tak mengikis semangat anak bangsa untuk terus berjuang. Perjuangan di sini adalah mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Salah satunya, semangat kemerdekaan itu tak pernah padam di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. Pasalnya, rumah sakit milik pemerintah ini sangat terkait erat dengan masa-masa perjuangan tempo dulu.

Sejarah Panjang RSUD Bayu Asih Purwakarta

Direktur RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, dr Tri Muhammad Hani, mengatakan, berdasarkan sejarah RSUD Bayu Asih yang dulunya bernama RS Bayu Asih ini, dibangun pada tahun 1925 lalu. Dulu, lokasinya di Cipaisan, yang saat ini menjadi SMPN 4 Purwakarta di Jl Jend Ahmad Yani.

"Sejak dibangun, RS Bayu Asih sudah memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Purwakarta," ujarnya, disela-sela acara Upacara Peringatan HUT RI ke-80.

Pada tahun 1927 RS Bayu Asih mengalami kebakaran hebat. Setelah itu, dipikirkanlah pembangunannya kembali dengan dipindahkan lokasinya ke Jalan Raya Purwakarta Utara, yang saat ini menjadi Jalan Raya Jenderal Sudirman Purwakarta dan sekarang menjadi Jalan Raya Veteran Purwakarta.

Ada pun lokasi lama bekas rumah sakit itu sering disebut Rumah Sakit Heubeul (Lama) yang kemudian dijadikan lokasi rumah miskin, Sekolah Kejuruan Kepandaian Putri (SKKP) Negeri, Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK) dan akhirnya menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Purwakarta.

Rumah Sakit yang Sudah Dibanggakan Sejak Masa Penjajahan Kolonial

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta sebenarnya merupakan rumah sakit 'tua'. Karena, dibangun atas prakarsa dan kebutuhan warga masyarakat Purwakarta, yang pada hari Sabtu tanggal 18 Oktober 1930 pukul 09.00 WIB, diresmikan.

Peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Dr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff yang didampingi oleh Residen Hr. A. Sangster, Bupati Karawang di Purwakarta R.A.A. Soeriamihardja, Hr. Slotemaker de Bruine, Pendeta O.E. van der Brug, dr. W.J.L. Bake, dr. Wimmel dan dr. F.J. Bosman (Zend.Arts) dan Suster Kepala Zr. H. Hazewindus.

Rumah sakit ini, berdiri di atas tanah seluas 5 hektar atau 50.000 m2 dan luas bangunan 5.000 m. Memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar. Yaitu, rawat jalan, rawat inap yang terdiri dari 7 (tujuh) bangsal (belum terbagi menjadi spesialistik), bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan dan asrama.

Ketika diresmikan pertama kalinya dalam Bahasa Belanda rumah sakit ini disebut Zendingsziekenhuis Bayoe Asih te Poerwakarta.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta (yang sekarang ini) dahulunya merupakan sebuah hospital yang sangat dibanggakan dan dibuat oleh Nederlandsche Zendings Vereeniging (Gevestigd te Rotterdam), Zendelingen Java te Poerwakarta) untuk Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, diberi nama Bayoe Asih yang berarti "Pemeliharaan di dalam kekuatan derma pengasihan".

Pada saat itu, di Bayu Asih masih mempunyai sebuah Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang berada di bagian belakang rumah sakit yang dibuka sampai dengan tahun 1970-an.

Bahkan Bayu Asih sudah mempunyai sekolah ini sejak masih jaman penjajahan kolonial Hindia Belanda, saat diresmikan oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff pada tanggal 18 Oktober 1930.

Salah seorang lulusannya adalah Mayor Tjilik Riwut (1918-1987) yang kemudian menjadi Laksamana (Marsekal) Pertama Titulair, yang kemudian hari menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat | Propinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya (1957-1966) dan akhirnya ditetapkan oleh Pemerintah RI menjadi Pahlawan Nasional.

Pernah Dipimpin oleh Tokoh Nasional Penting

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta, dulu pernah dipimpin oleh dr. Johannes Leimena, seorang dokter lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)/Sekolah Pendidikan Dokter-dokter Bumiputera atau Sekolah Dokter Jawa, Jakarta tahun 1930.

Di tahun yang sama dengan diresmikannya rumah sakit ini, mulai bulan Desember 1941, yang ketika itu masih merupakan rumah sakit milik zending. Beliau dilahirkan di Amboina pada tanggal 06 Maret 1905.

Pekerjaan yang pernah dijalani dr. Johannes Leimena adalah sebagai Dokter Bumiputera Pemerintah (Gouvernment inladshe Artsen) pada Bagian Penyakit Dalam (Interna) Rumah Sakit Umum Pusat (Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting atau CBZ, yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo) (Desember 1930 Juni 1931).

Kemudian diperbantukan pada Rumah Sakit Zending di Bandung (Juni 1931-Desember 1941) serta menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Zending Bayu Asih di Purwakarta (sejak Desember 1941).

Dr J Leimena memimpin rumah sakit ini hampir bersamaan waktunya dengan penyerangan Jepang atas Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941.

Kelak di kemudian hari. dr. Johannes Leimena dikenal sebagai salah seorang tokoh nasional yang cukup penting. Antara lain pernah menjabat sebagai seorang menteri, yaitu Menteri Kesehatan (membawahi Kementerian/Departemen Kesehatan).

"Dan beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial (yang membawahi Kementerian/ Departemen Sosial) dalam Kabinet Karya (09-04-1957 sd 10-07-1959)," ujar dr Hani.

Dan juga kemudian Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II di jaman Presiden RI I Ir. Soekarno, bersama-sama dengan dr. Soebandrio sebagai Waperdam I dan dr. Chaerul Saleh sebagai Waperdam III.

Awalnya RSUD Bayu Asih Dikelola Yayasan Gereja Kristen Pasundan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta pada awalnya dikelola oleh Yayasan Gereja Kristen Pasundan (GKP). Pada tahun 1965 mulai dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta.

Tahun 1965-1978, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh dr. H. Sigit Soeroso, yang pernah juga bertugas sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, sebagai Dokter Kabupaten (Dokabu) dan kemudian juga menjadi salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purwakarta.

Pada tanggal 16 Mei 1983 dibentuk Tim Penyelesaian Status Hukum Kepemilikan RSUD Bayu Asih Purwakarta dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Purwakarta No. 81.HK.021.1/V/SK/83. Pada tanggal 11 Juni 1983 RSUD Bayu Asih Purwakarta ditetapkan sebagai RSUD Kelas C dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 233/Menkes/SK/1983. Dilanjutkan dengan ditetapkannya Struktur.

Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C dengan dasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 134/1978, yaitu terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta No. 8/PD/1984 tentang Susunan dan Tata Kerja Rumah Sakit Kelas C Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta.

Tahun 1991 dibentuk suatu lanitia dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta untuk menyelesaikan serah terima fisik bangunan. Tahun 1994 dapat diselesaikan penyerahan fisik dan bangunan.

Dengan penyerahan sertifikat tanah asli RSUD Bayu Asih Purwakarta dari panitia Tingkat Propinsi kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta dengan luas tanah yang tertera pada sertifikat Hak Guna Bangunan Np. 46 Surat Ukur No. 242 Tahun 1933 seluas 49.330 m, sedangkan luas seluruhnya (fisik dan bangunan) adalah 58.846,20 m.

RSUD Bayu Asih Berikan Pelayanan Kesehatan Sebagai bentuk Perjuangan

Pada tanggal 25 Januari 1996 diusulkan permohonan penetapan hak dan pengukuran ulang RSUD Bayu Asih Purwakarta kepada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Purwakarta dengan surat No. 393/102/P1.K yang ditandatangani oleh Asisten Administrasi Umum atas nama Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Purwakarta. Pada tanggal 3 Juli 1996 dilakukan pengukuran ulang oleh pihak Kantor BPN Purwakarta.

Pada tanggal 4 Desember 1996 terbit Surat Keputusan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Barat No. 490/HP/KWBPN/1996 tentang hak pakai atas tanah negara seluas 49.300 m dipergunakan untuk RSUD Bayu Asih Purwakarta. Pada tanggal 12 Mei 1997 terbit sertifikat tanda bukti hak No. 35 Tahun 1997 status tanah hak pakai dengan pemegang hak Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta dan gambar situasi tanggal 5 Juli 1995 No. 1167/1995, luas 49.300 m.

"Pesan moral pada peringatan kemerdekaan tahun ini, bahwa berjuang itu tak hanya mengenai memanggul senjata. Melainkan dengan memberikan pelayanan kesehatan ke masyarakat adalah bentuk perjuangan," ujarnya.

Karena itu, pihaknya berpesan kepada seluruh SDM di RSUD Bayu Asih untuk mencintai pekerjaan ini. Karena, pekerjaan ini adalah ibadah, ladang pahala bagi seluruh pegawai.

Sehingga, semangat kemerdekaan ke-80 ini, menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |