Rugi Blibli (BELI) Turun Jadi Rp 1,84 Triliun hingga Akhir September 2025

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli masih mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,84 triliun hingga akhir kuartal III 2025. Nilai tersebut sedikit membaik dibandingkan rugi Rp 1,87 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

Mengacu laporan keuangan interim yang dipublikasikan perseroan, pendapatan neto sepanjang sembilan bulan pertama 2025 tercatat sebesar Rp 15,24 triliun, naik sekitar 26% dibandingkan Rp 12,13 triliun pada Januari–September 2024.

Dari sisi profitabilitas, laba bruto meningkat menjadi Rp 2,68 triliun dari Rp 2,34 triliun tahun sebelumnya. Namun, beban umum dan administrasi yang mencapai Rp 2,84 triliun, serta beban penjualan sebesar Rp 1,53 triliun, membuat perusahaan masih membukukan rugi usaha sebesar Rp 1,68 triliun.

Dari sisi posisi keuangan, total aset perseroan tercatat Rp 17,53 triliun per 30 September 2025, naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 16,16 triliun. Sementara itu, ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi Rp 8,92 triliun dari Rp 9,60 triliun pada 31 Desember 2024.

Sementara itu, total liabilitas juga meningkat menjadi Rp 8,41 triliun, dari Rp 6,35 triliun di akhir 2024, didorong oleh kenaikan utang bank jangka pendek menjadi Rp2,84 triliun dari Rp1,56 triliun.

Di sisi lain, ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 8,92 triliun, menurun dibandingkan Rp 9,60 triliun per akhir 2024.

Secara per saham, rugi bersih dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp 14 per saham, membaik dibandingkan Rp 15 per saham pada periode sama tahun lalu.

Blibli PHK 270 Karyawan, Ini Penyebabnya

Sebelumnya, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), emiten pengelola e-commerce Blibli melaporkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 270 karyawan imbas penyesuaian organisasi.

Hal itu disampaikan perseroan dalam surat tanggapan permintaan penjelasan dalam  keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (5/11/2025).

Direktur PT Global Digital Niaga Tbk, Eric Winarta menuturkan, dengan penuh pertimbangan mendalam, pada Oktober 2025, perseroan perlu melakukan penyesuaian organisasi untuk memastikan perseroan dapat bergerak lebih efektif dan efisien. Hal ini dengan tujuan untuk membuka peluang pertumbuhan perseroan yang berkelanjutan serta menciptakan nilai jangka panjang bagi perseroan dan pemegang saham.

"Jumlah karyawan yang terdampak dalam rangka penyesuaian organisasi tersebut adalah sebanyaj 270 karyawan perseroan. Proses penyesuaian organisasi itu dimulai dan telah selesai pada Oktober 2025,” ujar Eric dalam keterbukaan informasi BEI.

Penyesuaian Organisasi

Ia mengatakan, penyesuaian organisasi yang dilaksanakan perseroan pada Oktober 2025 bersifat permanen dan tidak terdapat skema lain seperti pengolahan ke kontrak dan relokasi ke unit lain.

"Terhadap seluruh karyawan yang terdampak dalam rangka penyesuain organisasi pada Oktober 2025,  perseroan telah memberikan paket kompensasi yang sesuai atau bahkan lebih daripada yang telah diatur dalam ketentuan peraturan undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia,” demikian seperti dikutip.

Ia mengatakan, penyesuaian organisasi yang dilakukan perseroan pada Oktober 2025 merupakan salah satu langkah efisiensi biaya operasional perseroan, selain daripada langkah-langkah efisiensi biaya lainnya yang telah dan akan diimplementasikan oleh perseroan.

Adapun perseroan mencatat rugi Rp 1,84 triliun hingga September 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,87 triliun. Rugi ini terjadi di tengah pendapatan naik 25,61% menjadi Rp 15,23 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 12,13 triliun.

"Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi perseroan per 30 Septemebr 2025 yang telah dilaporkan dan dipublikasikan, komponen beban terbesar perseroan selain beban gaji yang menyebabkan kerugian adalah beban diskon, pemasaran serta beban operasional lainnya.

Menekan Beban Operasional

Selain itu, perseroan juga menekan beban operasional dengan melalukan optimalisasi biaya iklan dan pemasaran melalui model bisnis omnichannel dan membangun berbagai keunggulan ekosistem yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.

"Perseroan juga akan meningkatkan otomatisasi proses kerja dan menggunakan berbagai teknologi mumpuni untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses kerja,” kata dia.

Terkait dampak terhadap operasional harian perseroan termasuk pengiriman barang, layanan seller-support, maintenance sistem IT, dan layanan lainnya, perseroan memastikan penyesuaian organisasi yang dilaksanakan pada Oktober 2025 tidak memiliki dampak material terhadap kegiatan operasional harian perseroan, termasuk pengiriman barang, layanan seller-support, maintenance sistem IT, dan layanan lainnya yang diberikan perseroan.

Selain itu, perseroan juga tidak melihat adanya dampak yang material terhadap aspek keuangan dan hukum baik saat ini maupun potensi ke depan.

"Lebih jauh, dengan adanya penyesuaian organisasi ini, perseroan akan memiliki basis beban operasional yang lebih rendah sehingga dapat membantu perbaikan kinerja perseroan ke depan,” kata dia.

Perseroan juga memastikan tidak melihat adanya materialitas atas dampak terhadap masing-masing aspek operasional, kegiatan produksi, aspek keuangan dan aspek hukum terhadap laporan keuangan perseroan.

Perseroan mengatakan, dengan langkah efisiensi biaya melalui penyesuaian organisasi akan memiliki basis beban operasional yang lebih rendah sehingga akan berdampak positif terhadap kinerja perseroan ke depan.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |