Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, menyebut, Pemprov Jabar akan jalin kerjasama dengan Yayasan Artha Graha milik Tomy Winata untuk mengembangkan sejumlah sektor antara lain perkebunan.
Kawasan perkebunan teh dan karet, katanya, banyak beralih fungsi. Kerjasama itu diklaim dalam rangka mengembalikan fungsi kawasan tersebut.
“Membangun kawasan-kawasan perkebunan yang hari ini berubah peruntukannya, dikembalikan ke teh, ke karet,” kata Dedi Mulyadi lewat media sosial, Kamis, 10 Juli 2025.
Selain itu, komitmen lain adalah pengembangan kawasan tertinggal atau terisolir di wilayah Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, hingga Garut.
“Komitmen kami dengan Pak Tomi Winata adalah, satu, bersedia membangun mengembangkan daerah terisolir di wilayah Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Cianjur, Garut dengan membangun batching plan, dan selama berpuluh-puluh tahun wilayah itu menjadi wilayah terisolir,” katanya.
Selanjutnya, klaim Dedi, adalah kerjasama “menjaga Gunung Wayang dari berbagai bentuk intervensi perusakan, mengembangkan kembali habitatnya dan ekosistemnya”.
“Yang dibiayai oleh pemerintah provinsi, Yayasan Artha Graha, dan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap pengembalian ekosistem dan perkebunan di Jawa Barat,” imbuhnya.
Disponsori Loligari?
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengklaim, ada isu yang menyebutkan bahwa kerja politiknya selama ini dibiayai oligarki, dihubung-hubungkan dengan konglomerat Aguan dan Tomy Winata.
“Saat ini, ada stigma yang diarahkan bahwa saya dibiayai oleh oligarki, disponsori oleh oligarki. Hal itu dihubungkan dengan adanya foto dan kegiatan Pak Aguan cs di Gedung Sate dan di Kota Bandung,” katanya di media sosial, Kamis, 10 Juli 2025.
Dedi menampik jika ia dibiayai oligarki. Dia mengaku pernah bertemu dua pengusaha itu beberapa waktu lalu, tapi pertemuannya terkait program renovasi rumah kumuh oleh Yayasan Buddha Suci di Bandung dan pembangunan masjid.
“Ada 500 rumah yang dibangun. Saat itu, kami menerima (Aguan) resmi bersama Wali Kota Bandung, Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat,” jelasnya.
Sementara, pertemuan dengan Tomy Winata, kata Dedi, terkait dengan pembangunan masjid di Kabupaten Cianjur oleh Yayasan Artha Graha.
“Saya berkunjung ke Takokak Kabupaten Cianjur bersama Bupati. Saya pada waktu itu meresmikan masjid, yang masjid itu dibangun oleh Yayasan Artha Graha, dan disitu pasti pemiliknya adalah Pak Tomy Winata,” katanya.
Antara Pemerintah dengan Pengusaha
Dedi Mulyadi menyatakan, pemerintah tidak mungkin lepas dari pengusaha. Sebagai gubernur, aku Dedi, dirinya mesti terbuka dengan dunia usaha.
Asalkan, dunia usaha yang legal, tidak merugikan masyarakat, taat pajak, menumbuhkan lapangan kerja, dan berlangsung secara terbuka.
“Tidak mungkin pemerintah tidak berhubungan dengan dunia usaha. Selama berhubungannya dilakukan secara terbuka, kemudian bertujuan untuk kebaikan dan kemakmuran rakyat,” katanya.
Selain itu, tidak merusak lingkungan, tidak merampas hak-hak negara dan hak rakyat. "Bagi saya tidak ada masalah,” imbuhnya.
Dalam pembangunan, katanya, pemerintah perlu bekerja sama dengan pengusaha. “Yang tidak boleh itu adalah melakukan tindakan-tindakan kotor yang bertentangan dengan kepentingan rakyat, kemudian merugikan rakyat, kong-kalikong”.
Katanya, negara dan pengusaha serta rakyat adalah satu kesatuan yang harus saling mendukung demi kemajuan pembangunan. Dia melanjutkan, lebih baik jadi pemimpin yang berhubungan dengan kalangan pengusaha lalu interaksinya ditampilkan secara terbuka, misalnya, menjadi konten media sosial.
“Dibanding mengaku orang yang anti-oligarki, seolah-olah berhadapan dengan oligarki, tetapi saat pemilu, di belakang layar timnya mendatangi oligarki, meminta bantuan untuk dana kampanye, atau di saat pemilu menggunakan fasilitas pesawat, jet pribadi, untuk kegiatan kampanye, padahal jet itu milik oligarki,” katanya.