Sinergi Inti Andalan Prima (INET) Bakal Akuisisi 60% Saham THC

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) memperkuat langkah ekspansi bisnisnya di sektor infrastruktur digital nasional dengan menandatangani Termsheet (kesepakatan awal) bersama pemegang saham PT Trans Hybrid Communication (THC).

Kesepakatan ini menjadi tahap awal bagi INET untuk mengakuisisi 60% saham THC, sekaligus memperluas portofolio bisnisnya di bidang jaringan dan layanan digital terpadu.

Langkah strategis ini menandai kolaborasi antara dua perusahaan teknologi nasional untuk memperkuat konektivitas dan layanan infrastruktur digital di Indonesia. Fokus kerja sama akan mencakup layanan fiber optik, IP transit, cloud, serta data center yang menjadi tulang punggung ekosistem digital modern.

Direktur Utama INET, Muhammad Arief Angga mengatakan penandatanganan termsheet ini menjadi langkah awal yang penting bagi INET dalam memperluas jaringan bisnis di sektor infrastruktur digital. 

"Kami melihat potensi besar dalam sinergi antara kemampuan teknologi dan jaringan THC dengan ekosistem digital INET,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (6/11/2025).

THC sendiri merupakan penyedia infrastruktur jaringan dan solusi digital yang memiliki lisensi lengkap dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), mencakup JARTUP INTERNATIONAL, JARTUP, JARTAPLOK, NAP, dan ISP. 

Berdiri sejak 2006, THC telah melayani lebih dari 250 pelanggan korporasi dan operator telekomunikasi nasional maupun global, seperti Telkom, Indosat, XL Axiata, Biznet, iForte, Telekom Malaysia, hingga China Telecom.

Selain memiliki jaringan fiber optik domestik, THC juga memiliki konektivitas internasional ke Singapura, Malaysia, Hong Kong, dan Brunei, serta menawarkan layanan Metro-E, FTTH (DUKODU), Cloud, dan Managed Service.

Strategi Pengembangan Jaringan

Perusahaan ini juga mengantongi berbagai sertifikasi ISO, antara lain ISO 9001, 14001, 27001, 37001, dan 45001, dengan jangkauan operasional di lebih dari 20 kota besar di Indonesia.

“Sinergi dengan INET akan memperkuat strategi pengembangan jaringan serta membuka peluang akselerasi ekspansi bisnis,” ujar Direktur Utama PT Trans Hybrid Communication (THC),  Fadzri Sentosa.

Penandatanganan Termsheet ini menjadi dasar bagi kedua pihak untuk melanjutkan proses due diligence dan negosiasi finalisasi Share Purchase Agreement (SPA). Setelah seluruh tahapan selesai dan disetujui oleh regulator, INET akan resmi menjadi pemegang saham pengendali THC. 

Rencana akuisisi ini diharapkan memperkuat kapasitas jaringan backbone nasional, memperluas layanan data center dan cloud, serta mendukung agenda transformasi digital Indonesia melalui kolaborasi antarperusahaan teknologi lokal.

Rights Issue, Emiten INET Terbitkan 12,80 Miliar Saham

Sebelumnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) akan menggelar hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dalam aksi korporasi itu, Perseroan akan menerbitkan 12,80 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 10 per saham.

Jumlah saham  yang diterbitkan ke publik maksimal 57,14% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue.

Setiap pemegang tiga saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham Perseroan pada 27 November 2025 berhak atas empat HMETD. Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham. Dengan demikian, dana yang didapatkan dari rights issue mencapai Rp 3,2 triliun.

Bersamaan dengan rights issue, Perseroan juga menerbitkan 3,07 waran seri II yang menyertai saham baru atau maksimal 13,71% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Waran Seri II diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang melaksanakan haknya dalam PMHMETD I.

Pelaksanaan Waran

Setiap pemegang HMETD yang melaksanakan 25 saham baru Perseroan dalam rights issue berhak memperoleh delapan lembar waran seri II. Di mana setiap lembar waran seri II memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru Perseroan yang dikeluarkan dalam portepel. Dana yang didapatkan dari waran sebesar Rp 921,6 miliar.

"Pemegang saham lama yang tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang ditawarkan dalam rights issue akan mengalami penurunan persentase kepemilikan atau dilusi maksimal 57,14% dari total porsi kepemilikan saham dari masing-masing pemegang saham,” demikian seperti dikutip.

Dana Hasil Rights Issue

Dana hasil rights issue antara lain dipakai untuk penyetoran modal kepada anak perusahaan yaitu GPI sebesar Rp 2,8 triliun. Seluruh dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan jaringan FTTH (Fiber To The Home) dengan teknologo termutakhir yaitu WIFI 7 untuk 2 juta homepass yang berlokasi di Pulau Bali dan Pulau Lombok.

Dana Hasil Pelaksanaan Waran

Selain itu, sekitar Rp 213,44 miliar akan dipakai untuk penyetoran modal kepada perusahaan anak yakni PFI. Kemudian Sekitar Rp 135 miliar akan digunakan untuk penyetoran modal kepada perusahaan anak yakni IAB. Anak usaha Perseroan itu akan memakai dana IAB untuk modal kerja dalam pembangunan fiber to the home di Jawa.

“Sisanya akan digunakan sebagai modal kerja Perseroan, termasuk namun tidak terbatas untuk biaya pembelian perlengkapan penunjang, biaya pengembangan layanan, biaya pemasaran, pelatihan dan biaya overhead lainnya,” demikian seperti dikutip.

Sedangkan seluruh dana hasil pelaksanaan Waran Seri II akan digunakan oleh Perseroan maupun Perusahaan anak sebagai modal kerja.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |