Pendapatan Turun Tipis, Laba BLTZ Tetap Naik Berkat Efisiensi

1 week ago 20

Liputan6.com, Jakarta - PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) melaporkan kinerja semester I 2025 dengan tren laba yang meningkat meski pendapatan tercatat turun tipis dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. 

Finance Team Leader BLTZ, Arie Hartomo Putra menuturkan, strategi efisiensi dan inovasi menjadi faktor utama yang mendongkrak profitabilitas perseroan.

"Untuk masalah pendapatan yang turun tipis tapi ke Lebaran justru meningkat, salah satu faktornya di tahun ini kita juga melakukan inovasi dan efisiensi. Salah satu contohnya, kita mengganti beberapa proyektor kita yang tadinya menggunakan lampu model lama menjadi proyektor laser,” ujar Arie dalam Public Expose Insidentil, Kamis (2/10/2025).

Arie menuturkan, biaya untuk pembelian lampu-lampu tersebut untuk tahun ini lebih menurun. Hal itu berdampak ke laba Perseroan jadi lebih meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, Arie menegaskan kondisi keuangan perusahaan masih terjaga dengan baik. BLTZ masih mampu mengandalkan pendapatan operasional untuk mengelola kewajiban pembayaran tanpa perlu tambahan modal kerja baru.

"Untuk perusahaan mengelola pembayaran piutang atau hutang, kita masih bisa mengandalkan pendapatan atau uang masuk dari hasil koreksional. Jadi untuk saat ini, kita masih belum membutuhkan untuk penambahan modal kerja baru,” jelas Arie.

Kinerja Keuangan

Melansir laporan keuangan pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dari sisi kinerja keuangan, BLTZ mencatat pendapatan bersih sebesar Rp 614,76 miliar sepanjang semester I-2025, turun sedikit dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 617,61 miliar.

Beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 345,19 miliar dari Rp 351,13 miliar, sehingga laba bruto meningkat tipis ke Rp 269,57 miliar.

Laba bersih tahun berjalan melonjak signifikan menjadi Rp 25,21 miliar, dibanding Rp 9,87 miliar pada semester I-2024. Peningkatan ini ditopang oleh penurunan kerugian selisih kurs dan adanya keuntungan lain-lain bersih sebesar Rp 5,57 miliar.

Aset Perseroan

Total aset BLTZ tercatat Rp 1,84 triliun per 30 Juni 2025, relatif stabil dibanding posisi akhir 2024 sebesar Rp 1,85 triliun. Dari jumlah tersebut, aset lancar mencapai Rp 246,93 miliar, sementara aset tidak lancar senilai Rp 1,59 triliun.

Liabilitas konsolidasian mencapai Rp 1,43 triliun, turun dari Rp 1,45 triliun pada Desember 2024. Sedangkan ekuitas meningkat menjadi Rp 412,86 miliar dari Rp 387,64 miliar pada akhir 2024, seiring kenaikan laba bersih.

Hingga 30 Juni 2025, BLTZ mengoperasikan 71 bioskop CGV dan satu bioskop blitztheater di berbagai kota Indonesia.

Graha Layar Prima Lunasi Utang USD 10 Juta

Sebelumnya, emiten pengelola bioskop CGV, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) telah melunasi utang sebesar USD 10 juta atau sekitar Rp 155,86 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.586) pada 11 Oktober 2024. Ini merupakan pelunasan atas pinjaman pada 8 Oktober 2019, dan telah diperpanjang pada 12 Oktober 2023.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (15/10/2024), Corporate Secretary Graha Layar Prima, Rozaksan Rinota I mengatakan pelunasan ini dengan menandatangani Surat Pelunasan atas Fasilitas Pinjaman dengan The Korea Development Bank, Cabang Singapore (KDB).

Adapun Rozaksan mengungkapkan tidak terdapat dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau keberlangsungan usaha Perseroan atas pelaksanaan transaksi tersebut.

Melansir laporan keuangan Perseroan pada keterbukaan informasi, pada paruh pertama 2024, BLTZ mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 9,87 miliar pada semester satu 2024. Pada periode yang sama tahun lalu, Perseroan mencatatkan rugi sebesar Rp 6,09 miliar. 

Adapun laba di paruh pertama tahun ini ditopang oleh kenaikan pendapatan perseroan sebesar 15,27 persen menjadi Rp 617,61 miliar dari sebelumnya Rp 535,78 miliar. 

Per Juni 2024, jumlah ekuitas BLTZ tercatat naik menjadi Rp 467,95 miliar dibandingkan pada akhir Desember 2023 sebesar Rp 458,07 miliar. Sementara jumlah liabilitas melandai jadi sebesar Rp 1,68 triliun.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |