Liputan6.com, Jakarta - Surat Edaran dari Bapenda (Badan Pendapatan Daerah) Kota Surabaya, Jawa timur yang meminta restoran dan swalayan memasang CCTV di area transaksi terutama front office maupun back office untuk memantau kepatuhan pajak telah viral di media sosial.
Namun, Pemerintah Kota atau Pemkot Surabaya memberikan klarifikasi tegas pemasangan CCTV hanya dilakukan di area pintu masuk halaman dan parkir, bukan di dalam area usaha. Ini dilakukan untuk memberi rasa aman dan transparansi dalam perhitungan pajak parkir.
"Saya mengatakan bahwa membangun Surabaya adalah dengan sebuah kejujuran dengan memasang CCTV di tempat-tempat parkir," ujar Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi usai upacara HUT ke-80 RI, Minggu 17 Agustus 2025.
Plt Kadis Kominfo Surabaya M. Fikser menambahkan, kamera CCTV yang dipasang hanya di area halaman tempat usaha, bukan di dalam restoran.
"Fungsinya untuk keamanan sekaligus menghitung jumlah kendaraan yang terparkir, sehingga potensi kebocoran pajak bisa dicegah," ucap Fikser.
Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (APKRINDO) Jawa Timur Ferry Setiawan mengaku pihaknya mendukung pemasangan CCTV di area parkir.
"Kami mendukung pemkot untuk menaikkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk pembangunan kota," kata Ferry.
Diketahui, dasar hukum surat edaran tersebut yaitu UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perwali Surabaya Nomor 33 Tahun 2024. Serta Perda Surabaya Nomor 7 Tahun 2023.
Beberapa poin dalam isi surat menyebutkan perusahaan diminta menyediakan akses, listrik, dan jaringan. Data rekaman kata surat hanya akan digunakan untuk administrasi dan pengawasan pajak, dengan kerahasiaan yang dijaga.
Pelanggaran dapat berakibat sanksi mulai dari peringatan tertulis, tanda peringatan, pengumuman di media, hingga penutupan usaha sementara.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi buka suara terkait viralnya sebuah es krim diduga dijual dengan menggunakan alkohol.
Surabaya Ekspor Alat Rumah Tangga dan Furnitur ke Guyana Senilai Rp 374 Juta
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melepas ekspor perdana peralatan rumah tangga dari plastik yang diproduksi PT Benteng Mas Persada (BMP) dari Surabaya, Jawa Timur ke Guyana senilai USD 23 ribu atau setara Rp 374 juta.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi menyampaikan, ada 4.432 jenis produk yang diekspor seperti piring, mangkuk, gelas, ember, dan toples dengan volume pengiriman mencapai 70 meter kubik (cbm).
"Ekspor perdana PT BMP membuktikan ada pasar potensial di negara-negara yang selama ini kurang menjadi tujuan ekspor Indonesia. Dalam hal ini, produk rumah tangga Indonesia mampu memenuhi permintaan buyer dari Guyana," ujar Puntodewi, Sabtu (16/8/2025).
Ia berharap keberhasilan ini dapat memotivasi para eksportir lain untuk mengeksekusi peluang di pasar-pasar baru. "Karakteristik peralatan rumah tangga plastik adalah permintaannya yang stabil, tidak hanya di sektor rumah tangga, tetapi juga di sektor hospitality dan ritel. Keberhasilan ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua," ungkapnya.
Menurut dia, Indonesia melihat Guyana sebagai pasar non tradisional yang berpotensi digarap lebih besar. Terlebih lagi, keberhasilan masuk ke pasar Guyana dapat ikut memperkuat posisi Indonesia di Amerika Selatan.
"Pelepasan ekspor dari Surabaya ini menjadi simbol semangat untuk terus menguatkan perdagangan Indonesia di pasar global, khususnya ke negara-negara baru yang strategis di Amerika Selatan," imbuhnya.
Banyak Cara untuk Diversifikasi Pasar Ekspor
Direktur Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur Kemendag Deden Muhammad FS menyatakan, pemerintah mendukung upaya diversifikasi pasar ekspor PT BMP melalui fasilitasi promosi pada pameran internasional, baik di dalam maupun luar negeri, serta kegiatan penjajakan kerja sama bisnis (business matching) dengan buyer internasional.
"Kemendag juga memberikan pelatihan peningkatan kapasitas ekspor bagi pelaku usaha berorientasi ekspor. Salah satu fokus Kemendag dengan mencetak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang melek pasar global dan mampu melakukan ekspor," sebutnya.
"Sepanjang Januari-Juli 2025, tercatat 410 kegiatan business matching yang menghasilkan potensi transaksi senilai USD 90,04 juta melalui program inisiasi ekspor Kemendag, UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (BISA) Ekspor," jelas Deden.
Untuk diketahui, total perdagangan Indonesia-Guyana pada semester I 2025 tercatat sebesar USD 2,7 juta, tumbuh 46,20 persen dibanding semester I 2024.
Kinerja ekspor Indonesia ke Guyana juga menunjukkan peningkatan signifikan pada semester I 2025, sebesar USD 2,7 juta atau tumbuh 62,25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Produk peralatan rumah tangga dan furnitur plastik (HS 392410) asal Indonesia telah beredar di pasar Guyana sejak 2022. Pada Januari-Juni 2025, nilai ekspor produk tersebut dari Indonesia ke Guyana tercatat sebesar USD 17 ribu, dan pada 2024 Indonesia masih menempati posisi ke-9 sebagai pemasok produk ini ke Guyana.