Melihat Dampak Shutdown Pemerintah AS terhadap Bursa Saham

1 week ago 19

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melambung sepanjang 2025. Gerak wall street itu mengabaikan serangkaian tarif baru, lonjakan inflasi, dan perlambatan tajam dalam perekrutan.Namun, bagaimana dampak penutupan sejumlah lembaga pemerintahan AS atau shutdown pemerintah AS terhadap bursa saham?

Mengutip ABC News, Rabu, (1/10/2025), ketika pemerintah federal bergerak cepat menuju potensi penutupan pemerintah pada pukul 12:01 dini hari Rabu, 1 Oktober 2025, kebuntuan berisiko tinggi ini menimbulkan pertanyaan bagi investor: Akankah masa-masa indah terus berlanjut?

Para analis yang berbicara kepada ABC News pada Selasa meremehkan risiko yang ditimbulkan oleh penutupan singkat yang berlangsung beberapa hari, dengan mengatakan hal itu tidak akan banyak berpengaruh terhadap pasar.

Namun, shutdown pemerintah AS, yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, dapat mengaburkan prospek ekonomi dan mengecewakan investor, yang menyebabkan aksi jual, tambah mereka.

"Hal-hal ini biasanya terjadi dengan cukup cepat. Investor sudah memperkirakan hasil seperti itu," ujar analis investasi di eToro, Bret Kenwell kepada ABC News.

"Penutupan yang berkepanjangan dapat membebani ekuitas. Tidak ada yang lebih membenci ketidakpastian daripada pasar yang tidak menyukai ketidakpastian."

Pasar Saham Bertahan

Para pemimpin kongres terkemuka bertemu dengan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Senin sore dalam upaya terakhir untuk mencegah penutupan pemerintah. Namun, karena kebuntuan terus berlanjut, penutupan pemerintah tampaknya hampir tak terelakkan kecuali ada terobosan tak terduga.

Potensi penutupan pemerintah diperkirakan tiba di saat yang genting bagi perekonomian negara, karena perlambatan perekrutan tenaga kerja memicu kekhawatiran resesi dan inflasi terbukti sulit dikendalikan sepenuhnya. Namun, pasar saham telah menunjukkan ketahanannya.

Dow Jones Industrial Average telah naik 9% sepanjang tahun ini, sementara S&P 500 melonjak 13%. Nasdaq yang didominasi saham teknologi telah melonjak 17%.

Beberapa analis menunjukkan respons pasar yang tenang pada Selasa sebagai bukti investor sebagian besar tidak terganggu oleh bentrokan di Washington D.C. Tiga indeks utama sedikit turun, tetapi tidak ada yang mengalami kerugian bahkan mendekati setengah poin persentase.

Berpotensi Meningkatkan Risiko

"Pasar tidak menunjukkan rasa puas diri, melainkan menunjukkan konteks berdasarkan apa yang telah terjadi dalam situasi serupa sebelumnya," ujar Direktur pelaksana dan kepala strategi investasi di Oppenheimer Asset Management, John Stoltzfus kepada ABC News.

Biasanya, anggota parlemen menyelesaikan penutupan pemerintah dengan cepat. Sejak 1977, pemerintah AS telah gagal memenuhi tenggat waktu pendanaan sebanyak 20 kali, dengan rata-rata durasi penutupan 8 hari, ungkap Bank of America Institute, atau BAI, dalam sebuah memo pada hari Senin.

Namun, penutupan terbaru  yang terjadi pada 2018, selama masa jabatan pertama Trump, berlangsung jauh lebih lama daripada rata-rata, yaitu 35 hari.

Sejumlah analis menuturkan, jika potensi penutupan pemerintah berlanjut dalam jangka waktu yang panjang, kondisi ekonomi negara yang belum stabil dapat meningkatkan risiko yang dihadapi investor.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell pekan lalu mengatakan lonjakan inflasi dan lemahnya perekrutan secara bersamaan menghadirkan "situasi yang menantang" bagi para pembuat kebijakan ketika mereka berusaha mengendalikan perekonomian melalui "periode yang bergejolak."

Potensi Koreksi Pasar Saham

Chief Market Strategist Ritholtz Wealth Management, Callie Cox menuturkan, penutupan pemerintah yang berkepanjangan dapat mengguncang investor karena hasil yang tidak pasti di Capitol dapat berbenturan dengan tanda-tanda peringatan dalam perekonomian,

"Penutupan pemerintah akan menjadi guncangan lain yang harus ditanggung, dan sulit untuk mengatakan seberapa baik investor akan menanggungnya," tulis Cox. "Saya akan merasa lebih baik tentang penyerapan guncangan jika perekonomian berada di posisi yang lebih baik, dan katalis ini sedikit lebih jelas."

Lima dari 10 penutupan pemerintah sejak 1981 terjadi selama penurunan S&P 500 sebesar 5% atau lebih, Cox mencatat. Namun, ia menambahkan, penutupan pemerintah "tidak pernah menyebabkan resesi atau kejatuhan pasar."

Faktanya, S&P 500 naik lebih dari 10% selama penutupan 35 hari pada 2018, Chief Washington Strategist Wealth Management Stifel, Brian Gardner mengatakan kepada ABC News dalam sebuah pernyataan. Ia menuturkan, penutupan yang berkepanjangan dapat memicu penurunan antara 5% dan 10%.

Ciptakan Peluang Beli

Ia menambahkan, kinerja yang kuat sejauh ini tahun ini telah membuat beberapa investor mencari "alasan untuk mundur."

Stoltzfus juga menggambarkan pasar sudah siap untuk penurunan. Ia mengatakan, penutupan pemerintah dapat "memberikan kesempatan bagi investor yang pesimis, skeptis, dan gugup untuk mengambil untung." Ia memperkirakan penurunan antara 4% dan 6% jika terjadi penutupan pemerintah yang signifikan.

Namun, beberapa analis mengatakan penurunan tersebut kemungkinan hanya bersifat sementara, menciptakan peluang beli bagi investor yang mencari saham perusahaan berkualitas tinggi dengan harga murah.

"Kami tidak berpikir Anda membeli saham saat harga turun secara membabi buta, tetapi pilihlah saham yang murah," kata Stoltzfus.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |