Laba Bersih Astra International Rp 24,47 Triliun, Turun 5% hingga September 2025

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 24,47 triliun pada sembilan bulan pertama 2025. 

Laba bersih ini turun 5% dibandingkan Rp 25,85 triliun pada periode sama tahun lalu, menurut laporan keuangan konsolidasian yang dirilis perusahaan pada 31 Oktober 2025.

Penurunan laba bersih tersebut terutama disebabkan oleh melemahnya harga batu bara, yang berdampak pada kinerja divisi alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi. Meski demikian, sektor lain seperti pertambangan emas, jasa keuangan, agribisnis, serta infrastruktur menunjukkan peningkatan yang membantu menahan penurunan lebih dalam.

Secara keseluruhan, pendapatan bersih konsolidasian Astra mencapai Rp 243,6 triliun, turun tipis 1% dari Rp246,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih per saham juga terkoreksi menjadi Rp 605, turun dari Rp639 per saham tahun lalu.

Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro, menjelaskan tren pelemahan laba dipicu oleh kondisi harga komoditas batu bara yang tidak sekuat tahun sebelumnya, meski bisnis lain tetap mencatatkan pertumbuhan yang positif.

“Laba Grup selama sembilan bulan pertama tahun 2025 mengalami penurunan terutama disebabkan harga batu bara yang lebih rendah. Kontribusi yang solid dari bisnis-bisnis lainnya turut mendukung resiliensi kinerja Grup, dan kami perkirakan kinerja tahun 2025 masih akan sejalan dengan tren kinerja Grup saat ini,” ujar Djony dalam keterangan resmi, Jumat (31/10/2025).

Ia menegaskan, perusahaan akan tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dan efisiensi untuk menjaga kinerja jangka panjang.

Dalam laporannya, Astra merinci bahwa divisi alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi yang dijalankan melalui anak usaha PT United Tractors Tbk (UT) mencatatkan penurunan laba bersih 26% menjadi Rp 7,0 triliun dari Rp 9,57 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Penurunan ini disebabkan oleh lemahnya kinerja jasa penambangan dan turunnya harga batu bara, meski sebagian diimbangi oleh peningkatan bisnis pertambangan emas.

Dari sisi operasional, penjualan alat berat Komatsu meningkat 10% menjadi 3.700 unit, sementara penjualan batu bara milik anak usaha UT naik menjadi 9,2 juta ton dari 8 juta ton sebelumnya. Namun, penurunan harga jual batu bara menekan pendapatan secara keseluruhan.

Divisi Jasa Keuangan

Sementara itu, divisi jasa keuangan justru tumbuh solid dengan kenaikan laba bersih 8% menjadi Rp 6,7 triliun dari Rp 6,23 triliun. Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan pembiayaan konsumen yang mencapai Rp 85,6 triliun, naik 5% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Kontribusi utama berasal dari PT Federal International Finance (FIF) yang mencatat laba Rp 3,5 triliun dan perusahaan pembiayaan mobil yang menyumbang Rp 1,8 triliun.

Divisi otomotif dan mobilitas mencatatkan laba bersih Rp 8,8 triliun, naik 1% dari Rp 8,74 triliun. Peningkatan ini terutama didukung oleh bisnis sepeda motor dan komponen, meski penjualan mobil nasional menurun 11% menjadi 562.000 unit akibat melemahnya daya beli masyarakat di segmen entry-level. Pangsa pasar mobil Astra juga turun dari 56% menjadi 53%, sementara pangsa pasar sepeda motor Astra Honda Motor tetap stabil di 77%.

DIvisi Agribisnis

Kinerja divisi agribisnis yang dijalankan melalui PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga mencatat hasil positif dengan kenaikan laba bersih 34% menjadi Rp 853 miliar. Kenaikan ini didorong oleh harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) yang meningkat 14% menjadi Rp 14.277 per kilogram, serta kenaikan volume penjualan 14% menjadi 1,4 juta ton.

Divisi Infrastruktur dan Properti

Selain itu, divisi infrastruktur mencatatkan peningkatan laba bersih 28% menjadi Rp 935 miliar, ditopang oleh kenaikan tarif dan volume lalu lintas di ruas tol milik Astra sepanjang 396 kilometer di jaringan Trans-Jawa dan tol lingkar luar Jakarta. Sementara divisi properti tumbuh 1% menjadi Rp164 miliar, didorong oleh kontribusi dari aset-aset pergudangan industri yang baru diakuisisi.

Divisi Teknologi Informasi

Divisi teknologi informasi, yang diwakili oleh PT Astra Graphia Tbk, mencatat pertumbuhan laba bersih 20% menjadi Rp 139 miliar.