Klarifikasi Dinkes Sukabumi Balita Raya Meninggal dengan Tubuh dan Otaknya Penuh Cacing

1 month ago 33

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi, angkat bicara menanggapi kasus meninggalnya balita 3 tahun bernama Raya

Agus menegaskan, meskipun Raya tidak memiliki identitas lengkap, pelayanan kesehatan tetap diberikan, termasuk bantuan gizi dan obat-obatan.

"Walaupun kita bicara masalah identitas dan sebagainya tidak punya, tapi tetap pemerintah Kabupaten Sukabumi, khususnya di Puskesmas kecamatan setempat, tetap memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Susu, telur, ya itu untuk diberikan," ujar Agus pada Rabu (20/8/2025). 

Menurut Agus, Raya terdeteksi memiliki berat badan kurang, sehingga langsung diberikan PMT. Bantuan ini, berupa susu dan telur, seharusnya cukup untuk dua minggu. 

Namun, ada laporan yang menyebutkan bahwa bantuan tersebut habis dalam waktu dua hari. "PMT yang seharusnya untuk dua minggu habis dalam dua hari. Mungkin dipakai keluarganya," kata Agus.

Pola Asuh Menurun Jadi Salah Satu Faktor

Selain itu, Agus juga menambahkan bahwa Raya sudah diberikan obat cacing yang seharusnya diminum dua kali setahun. 

"Anak ini sebenarnya terdeteksi mengalami garis merah, maksudnya ada kekurangan keadaan umumnya. Kelihatan berat badannya, makanya langsung dikasih PMT. Alhamdulillah selama 14 bulan itu, sudah kelihatan bagus," jelas dia. 

Hasil investigasi Dinkes menemukan adanya penurunan pola asuh pada keluarga Raya. Awalnya, kondisi kesehatan Raya yang tercatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) terbilang normal. Namun, seiring berjalannya waktu, pola asuh menurun, dan Raya diasuh oleh neneknya.

"Dari laporan pertama, KMS-nya ada, ya biasa saja. Hanya mungkin pola asuh semakin ke sini menurun," jelas Agus.

Agus menyimpulkan, penurunan pola asuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi Raya, meskipun PMT dan obat cacing sudah diberikan.

Dinkes Dianggap Angkat Tangan

Raya yang tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi sempat ditolong oleh Rumah Teduh. 

Sayang, kondisinya sudah memprihatinkan. Sehingga tak bisa lagi untuk ditolong. Cacing sudah beranak pinak dan bersarang pada tubuh hingga otaknya,

Iin Achsien, pendiri Rumah Teduh & Peaceful Land, menceritakan kronologi kejadian yang dimulai dari laporan kerabat Raya pada 13 Juli 2025. 

"Kami dapat berita dari kerabatnya Raya, mereka cuma bilang sakitnya sesak napas," ujar Iin dikonfirmasi pada Selasa (19/8/2025). 

Relawannya segera melakukan asesmen di hari yang sama. Saat tiba, kondisi Raya sudah tidak sadarkan diri. Penyakit cacingan akut yang diderita Raya baru diketahui setelah ia dibawa ke RSUD R Syamsudin Sh (Bunut). 

"Kondisinya sudah drop, langsung dimintakan masuk ke PICU (Pediatric Intensive Care Unit)," kata Iin. 

Namun, tim Rumah Teduh dihadapkan pada kendala besar. Raya tidak memiliki identitas. 

Pihak rumah sakit memberikan kesempatan 3x24 jam untuk mengurus BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) agar biaya perawatan bisa ditanggung pemerintah.

Orang Tua ODGJ

Meskipun dalam perjalannya, perjuangan mengurus dokumen tersebut menemui jalan buntu. Karena kondisi orang tuanya dengan gangguan kejiwaan (ODGJ). 

"Kita langsung ke Disdukcapil, diarahkan ke Dinas Sosial karena orang tuanya ada keterbelakangan mental. Dari sana diarahkan ke Dinas Kesehatan, dan akhirnya Dinas Kesehatan angkat tangan," jelasnya. 

"Waktunya sudah habis 3 hari berturut-turut, tidak ada tanggapan apapun," tambahnya.

Akibatnya, tenggat waktu dari rumah sakit pun terlewat. Meskipun hubungan dengan RSUD Bunut sangat baik dan rumah sakit telah memberikan kelonggaran biaya selama tiga hari awal, aturan tetap harus dipatuhi. 

"Kami alihkan status perawatannya menjadi tunai, ditanggung oleh Rumah Teduh," kata Iin. 

Iin menyebutkan, total tagihan perawatan Raya mencapai Rp 23 juta lebih, yang akhirnya mendapatkan diskon dan sisa tagihan dibebaskan setelah pembayaran awal.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |