Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah menembus level 8.200 menjadi sinyal positif bagi pasar modal nasional.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan optimisme bahwa tren penguatan ini akan berlanjut hingga akhir tahun.
“Alhamdulillah IHSG sudah menyentuh 8.200, bahkan hari ini sudah 8.202 kalau tidak salah. Tentunya OJK menyambut baik optimisme penguatan IHSG ini dan kami berharap optimisme ini akan berlanjut sampai akhir tahun,” ujar Inarno dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB September 2025, Kamis (9/10/2025).
Menurutnya, penguatan IHSG tidak lepas dari kuatnya fundamental ekonomi nasional dan kinerja emiten di pasar modal. Namun, ia juga mengingatkan pergerakan indeks tidak hanya dipengaruhi faktor domestik, tetapi juga sentimen global yang dapat berdampak terhadap fluktuasi pasar.
“Pergerakan IHSG selain dipengaruhi oleh fundamental ekonomi dan emiten, juga sangat dipengaruhi oleh sentimen domestik maupun global. keputusan dalam berinvestasi ini tetap perlu diiringi dengan kewaspadaan dan juga pengelolaan risiko yang baik gitu ya,” pungkasnya.
OJK: Aksi Jual Asing di Pasar Saham Sentuh Rp 54,75 Triliun hingga September 2025
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengungkapkan investor asing masih mencatat aksi jual bersih (net sell) di pasar saham domestik. Hingga akhir September 2025, total net sell asing mencapai Rp 54,75 triliun secara year to date (ytd).
"Meskipun pasar modal domestik menunjukkan kinerja positif, investor asing terpantau membukukan net sale sebesar Rp 3,8 triliun secara month to month di pasar saham domestik. Sehingga secara year to date net sale investor asing tercatat sebesar Rp 54,75 triliun,” ujar Inarno.
Di sisi lain, pasar saham Indonesia tetap menunjukkan performa yang kuat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada September 2025 ditutup di level 8.061,06, menguat 2,94 persen secara bulanan atau 13,86 persen sejak awal tahun. Nilai kapitalisasi pasar juga meningkat menjadi Rp 14.890 triliun, bahkan sempat mencetak rekor tertinggi di Rp 14.995 triliun pada 29 September 2025.
Inarno menambahkan, peningkatan aktivitas pasar tetap didominasi investor domestik.
"Likuiditas transaksi saham pada September 2025 terpantau meningkat, didominasi oleh investor individu domestik,” kata dia.
Secara keseluruhan, meski terjadi tekanan jual dari investor asing, OJK menilai fundamental pasar modal nasional masih solid. Hal ini terlihat dari tingginya partisipasi investor lokal dan peningkatan nilai transaksi harian yang sempat mencapai rekor Rp 24,02 triliun per hari.
BEI Targetkan IHSG Tembus 8.000, OJK Nilai Bisa Tercapai
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut baik optimisme Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menembus level 8.000 pada Agustus ini, bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan semangat tersebut mencerminkan keyakinan terhadap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia.
"OJK menyambut baik optimisme dari berbagai pihak, termasuk BEI, terhadap potensi penguatan IHSG. Semangat tersebut mencerminkan kepercayaan terhadap stabilitas perekonomian nasional dan prospek kinerja Emiten Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Saya menilai level tersebut mampu dicapai," kata Inarno dikutip dari jawaban tertulisnya, Selasa (5/8/2025).
Tetap Waspada
Menurut Inarno, optimisme tersebut juga sejalan dengan perbaikan kinerja emiten nasional yang terus menunjukkan tren positif. Stabilitas ekonomi dan peningkatan daya saing perusahaan-perusahaan tercatat menjadi faktor pendorong utama yang memungkinkan tercapainya target tersebut.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa optimisme perlu diimbangi dengan kewaspadaan. Pasar saham memiliki dinamika tinggi, sehingga sentimen dan faktor eksternal bisa memberikan pengaruh besar dalam waktu singkat.
"Namun demikian, penting untuk dicermati bahwa pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global serta kinerja emiten," ujarnya.