Heboh Badai Petir di Gunung Tangkuban Perahu, Begini Penjelasan Badan Geologi

3 weeks ago 26

Liputan6.com, Jakarta- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara usai viral video kilatan petir di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat. Video tersebut sempat membuat panik masyarakat.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid mengatakan, petir yang terlihat di atas Gunung Tangkuban Parahu merupakan fenomena meteorologi.

"Video yang beredar tersebut merupakan peristiwa petir yang berkaitan dengan fenomena meteorologi berupa awan tebal di atas Gunung Tangkuban Parahu," ujar Wafid, Selasa (23/9/2025).

Wafid menegaskan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini masih berada pada Level I atau normal. Status ini mengindikasikan tidak terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.

Masyarakat di sekitar dan calon pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu serta objek wisata yang dekat dengan gunung api ini diharap tetap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi gunung api dan tetap mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu melalui aplikasi Magma Indonesia.

Letusan Terakhir Gunung Tangkuban Parahu

Wafid menuturkan aktivitas erupsi terakhir Gunung Tangkuban Parahu pada tahun 2019 dimulai dengan erupsi freatik dari Kawah Ratu, yaitu pada tanggal 26 Juli 2019 pukul 15.48 WIB.

"Seiring dengan meningkatnya tingkat kejadian aktivitas erupsi yang cukup signifikan, maka sejak tanggal 2 Agustus 2019 pukul 08.00 WIB tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu ditingkatkan menjadi Level II (Waspada)," kata Wafid.

Setelah menjalani fase erupsi selama hampir tiga bulan lamanya, aktivitas vulkanik mengalami penurunan secara signifikan sehingga tingkat aktivitasnya kembali diturunkan menjadi Level I (Normal) tanggal 21 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB.

Hingga saat ini tingkat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal), ditandai dengan aktivitas hembusan asap dari Kawah Ratu berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang, dengan ketinggian 20 – 120 m di atas dasar kawah.

"Rekaman kegempaan selama September 2025 masih didominasi oleh jenis Gempa Low Frequency (LF) rata-rata 22 kejadian per hari yang berasosiasi dengan aktivitas bualan lumpur di Kawah Ratu, sedangkan gempa vulkanik yang berasosiasi dengan suplai magma sangat jarang terekam dan tidak terekam adanya kejadian gempa letusan atau erupsi," ucap Wafid.

Serupa dengan hasil pemantauan perubahan bentuk fisik gunung (deformasi) dengan metode Electronic Distance Measurement (EDM) dan Global Positioning System (GPS) tidak menunjukan pola deformasi yang signifikan.

Gunung Api Tangkuban Parahu merupakan gunung api aktif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

"Gunungapi ini memiliki sembilan kawah dengan dua kawah utama berada di area puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas. Letusan atau erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada umumnya berupa letusan freatik dari Kawah Ratu," jelas Wafid.

Penjelasan BMKG Bandung

Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung menjelaskan soal video trending di media sosial berupa awan berwarna hitam ke jingga berukuran lebih besar dengan bagian atas seperti jamur di antara waktu petang menuju malam.

Kilatan petir kerap muncul di dalam awan tersebut. Sesekali suara guntur terdengar cukup keras. Sejumlah netizen menduga bahwa itu merupakan aktivitas dari letusan gunung.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, fenomena tersebut merupakan fenomena petir dalam awan atau Intra-Cloud (IC) yang terjadi pada awan Cumulonimbus (CB). Fenomena ini merupakan kejadian alamiah yang umum terjadi di wilayah tropis, termasuk Indonesia.

"Awan Cumulonimbus mempunyai beberapa sub-jenis atau varietas yang dibedakan dari bentuk puncaknya dan karakter visualnya. Dari foto yang dikirimkan, awan terlihat menjulang tinggi dengan bagian atas melebar, mirip 'kepala jamur' dengan dasar gelap, sehingga termasuk dalam kategori awan Cb Incus," kata Teguh saat dikonfirmasi via pesan singkat oleh wartawan, Senin (22/9/2025).

Teguh menyampaikan, fenomena tersebut terlihat di wilayah Kabupaten Garut. Meski begitu, penampakannya dapat terlihat hingga Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.

Merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, pantauan melalui satelit cuaca, awan CB terdeteksi terbentuk di wilayah Bogor yang bergerak ke arah perbatasan Banten, disusul dengan kemunculan awan CB di Sukabumi.

"Awan CB incus pasti akan mengeluarkan banyak petir atau kilat karena pada awan CB fase incus fase downdraft dan updraft sudah terjadi dengan maksimal, sehingga pemisahan muatan listrik di dalam awan sudah terjadi dengan signifikan yang pada akhirnya menghasilkan petir atau kilat secara intensif," ujar Teguh.

Teguh bilang, meski fenomena ini merupakan hal yang normal namun tetap perlu diwaspadai oleh masyarakat. Sebab menimbulkan hujan deras disertai angin kencang dan sambaran petir.

"Masyarakat diimbau agar selalu waspada terhadap dampak dari hujan lebat yang bisa terjadi juga waspada terhadap sambaran petir," ucap Teguh.

Imbas Erupsi Gunung Api Guntur?

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Aah Anwar Saefuloh mengatakan, dugaan masyarakat soal fenomena tersebut merupakan aktivitas meletusnya gunung adalah hal yang keliru. Hingga saat ini, tidak ada aktivitas erupsi dari Gunung Api Guntur.

"Informasi tersebut tidak benar. Hingga saat ini, tidak ada aktivitas erupsi di Gunung Guntur. Kondisi gunung masih dalam status normal dan terus dipantau oleh PVMBG," kata Anwar.

Selain itu beredar pula informasi yang mengaitkan antara fenomena petir dalam awan merupakan tanda-tanda bencana besar akan terjadi. Dia menyebut itu tidak memiliki dasar ilmiah.

"Petir dalam awan merupakan fenomena alamiah biasa akibat aktivitas listrik di awan Cumulonimbus," beber Anwar.

Terkait fenomena ini, pihaknya menyarankan agar masyarakat menghindari aktivitas di ruang terbuka saat hujan disertai petir dan tidak berteduh di bawah pohon atau tiang listrik.

Masyarakat juga diminta untuk tetap tenang dan memastikan peralatan elektronik terlindungi dari sambaran petir.

"Mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap informasi yang tidak jelas sumbernya. Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG, PVMBG, dan BPBD Kabupaten Garut melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," kata Anwar.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |