Liputan6.com, Sukabumi Kabar duka menyelimuti keluarga besar Yuswandi (46), seorang pendaki meninggal asal Kampung Kebon Pala, Desa/Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Slamet, Jawa Tengah, Minggu (27/7). Korban mengalami sakit di jalur pendakian.
Ati Kusmiati (44), istri almarhum, turut dalam perjalanan mendaki tersebut. Jenazah almarhum telah dievakuasi dan tiba di Sukabumi untuk segera dimakamkan di tanah wakaf yang didirikannya, Kuttab Al-Fatih Sukabumi.
Ghazi Dias Al Ghazali (21), putra sulung almarhum, menceritakan kronologi evakuasi dan keputusan keluarga terkait pemakaman ayahnya. Jenazah dievakuasi oleh tim SAR, dan diantar menuju Sukabumi dengan ambulans.
"Komunikasi dengan ibu saya juga. Jadi, setelah dievakuasi korban langsung dibawa ambulans agar tidak terlalu lama karena jauh dari Jawa Tengah ke Sukabumi," jelas Ghazi ditemui di rumah duka.
Keluarga memutuskan untuk tidak membawa jenazah ke rumah sakit di Jawa Tengah dengan pertimbangan waktu. Keluarga pun menerima kejadian ini sebagai musibah dan takdir.
"Rencananya ingin (ke rumah sakit dulu), tapi tidak jadi karena keluarga mungkin mempertimbangkan waktu juga. Betul, tidak ada kejadian fatal karena hal lain. Karena sudah takdir, qadarullah, jadi keluarga pun sudah merelakan,” ungkapnya.
Hobi Mendaki Bersama Istri
Yuswandi dikenal sebagai sosok yang mencintai alam, khususnya mendaki gunung dan berkemah di bukit. Ia kerap mendaki bersama istrinya, Ati Kusmiati, bahkan di usia yang tidak muda lagi. Dalam pendakian itu, mereka juga pergi mendaki bersama seorang porter.
"Almarhum ayah saya mendaki bersama ibu saya berdua. Kan ibu sama ayah saya sudah berumur 40 tahun lebih, ini berdua dan hanya untuk menikmati hobi, menikmati alam, dan tidak mau ambil resiko, jadi ada porter satu orang," tuturnya.
Gunung Slamet, Jawa Tengah bukanlah gunung pertama yang didaki pasangan ini. Sebelumnya, mereka telah menaklukkan Gunung Merbabu, Sindoro, Gunung Gede dan terakhir Gunung Ciremai.
"Selang waktu tiga mingguan istirahat, tidak langsung ke Slamet. Pas sudah tiga minggu baru ada rencana lagi ke Gunung Slamet," kata Ghazi,
Ia menambahkan bahwa selama jeda tersebut, orang tuanya berada di rumah di Sukabumi karena ada banyak urusan.
Perjalanan Terakhir dan Pemakaman di Tanah Wakaf
Yuswandi dan Ati Kusmiati berangkat dari Sukabumi pada Selasa (22/7), menuju Bandung, Purwokerto, dan Tegal. Almarhum merupakan anggota organisasi Kuttab Al-Fatih, sebuah lembaga pendidikan yang ia wakafkan tanahnya untuk pembangunan sekolah TK dan SD sederajat.
"Di sini pun dimakamkan di tanah Kuttab yang beliau wakafkan di Kuttab Al-Fatih Sukabumi. Wasiat dimakamkan di tanah wakaf ini karena ada keberkahan di situlah," jelasnya.
Ghazi menceritakan momen penjemputan jenazah dan ibunya. Mereka bertemu dengan ambulans yang membawa jenazah di Cirebon pada habis Subuh, setelah berangkat dari Sukabumi pukul 01.00 WIB. Jenazah tiba di Sukabumi sekitar pukul 08.00 WIB proses pemakaman dilakukan sesampainya di Sukabumi.
"Ya walaupun ditemani pihak ambulans tapi kan bukan keluarga. Jadi kita pun langsung menyusul untuk menemani. Banyaklah, adik saya, keluarga yang lain, menjemput menemani ibu saya," tuturnya.
Selain hobi mendaki, almarhum Yuswandi juga dikenal sebagai seorang pengusaha di bidang ritel mainan anak.
Yuswandi meninggalkan seorang istri, Ati Kusmiati, dan tiga orang anak, dengan Ghazi sebagai anak pertama dan satu-satunya laki-laki, serta dua adik perempuan. Bisnis yang ditinggalkannya meliputi tiga toko di Sukabumi dan satu toko di Bogor.