Berkshire Hathaway Siap Borong Unit Oxychem, Segini Nilainya

1 week ago 22

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Warren Buffett kembali menjadi sorotan. Perusahaan investasi milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway, hampir mencapai kesepakatan untuk membeli unit kimia Occidental Petroleum, OxyChem.

Nilai transaksi dari kesepakatan ini diperkirakan mencapai USD 10 miliar atau sekitar Rp 166,33 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.633). Demikian dikutip dari CNBC, Rabu (1/10/2025), dari laporan Wall Street Journal.

Jika terealisasi, kesepakatan ini akan menjadi pembelian terbesar Berkshire Hathaway selama 3 tahun terakhir. Sebelumya, pada 2022, perusahaan ini mengambil alih perusahaan asuransi Alleghany dengan nilai mencapai USD 11,6 miliar atau Rp 192,94 triliun.

Kesepakatan itu diumumkan pada Maret dan selesai pada Oktober 2022. Saat ini, Berkshire tercatat menyimpan dana tunai dalam jumlah terbesar sepanjang sejarahnya, yakni sebesar USD 344 miliar atau Rp 5.721 triliun.

Walaupun kabar kesepakatan ini telah beredar, harga saham Occidental Petroleum yang berbasis di Houston justru turun 1,8% pada perdagangan Selasa. Padahal, Berkshire sudah memegang hampir 28,2% saham Occidental dengan nilai lebih dari USD 11 miliar atau Rp 182,92 triliun.

Buffett sebelumnya sempat menegaskan tidak berniat untuk menguasai seluruh saham perusahaan minyak yang didirikan oleh Armand Hammer itu.

Keterlibatan Buffet di Occidental

Keterlibatan Buffett di Occidental bukanlah hal yang baru. Pada 2019, Pada 2019, ia membantu pembelian Anadarko Petroleum dengan menyuntikkan dana sebesar USD 10 miliar.

Sebagai imbalannya, ia memperoleh saham preferen dan hak istimewa untuk membeli saham biasa di kemudian hari.

Langkah investasi Buffett di Occidental berlanjut di awal tahun 2022. Setelah membaca laporan rapat keuangan Occidental, ia mulai memborong saham perusahaan tersebut di pasar terbuka.

Ia memanfaatkan kondisi pasar yang sedang goyah akibat pandemi Covid-19 untuk memperoleh harga saham lebih murah.

Saat ini, Occidental menawarkan dividen 2% per tahun kepada para pemegang saham.

Perusahaan ini juga tengah gencar mengembangkan bisnis penangkapan karbon, yang disebut-sebut sebagai langkah strategis menghadapi transisi energi di masa depan.

Buffett yang kini berusia 95 tahun berencana mundur dari posisinya sebagai CEO pada akhir 2025.

Meski begitu, ia tetap akan menjabat sebagai ketua dewan dan posisi CEO-nya akan digantikan oleh Greg Abel, mantan bos Berkshire Hathaway Energy. Ia dikenal sebagai sosok yang berpengalaman panjang di bisnis energi.

Perusahaan Investasi Milik Warren Buffett Lepas Seluruh Saham Otomotif Asal China

Sebelumnya, perusahaan investasi milik Warren Buffett yakni Berkshire Hathaway melepaskan kepemilikan saham di perusahaan otomotif China BYD. Berkshire Hathaway yang melepas saham BYD mengakhiri investasi selama 17 tahun yang nilainya tumbuh lebih dari 20 kali lipat dalam periode itu.

Mengutip Yahoo Finance, Senin (22/9/2025), laporan keuangan oleh anak perusahaan energi Berkshire Hathaway tersebut mencatat tidak ada nilai investasinya di BYD per Maret 2025, turun dari USD 415 juta atau Rp  6,88 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.583) pada akhir 2024.

Perusahaan Buffett mulai investasi di BYD yang berbasis di Shenzhen pada 2008, ketika beli saham BYD sebesar 225 juta lembar saham senilai USD 230 juta atau sekitar Rp 3,73 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.584). Jumlah itu setara 10% saham pada saat itu.

Mulai Lepas Saham pada 2022

Berkshire mulai menjual saham-saham tersebut pada 2022 setelah harga saham BYD naik lebih dari 20 kali lipat.

Berkshire belum menanggapi permintaan komentar pada Minggu. Adapun CNBC pertama kali melaporkan Berkshire keluar dari saham BYD pada Minggu.

General Manager of Branding and Public Relation, BYD, Li Yunfei dalam sebuah unggahan di akun Weibo resminya mengucapkan terima kasih kepada Berkshire atas investasi, bantuan dan persahabatannya selama 17 tahun terakhir.

Ia menyebut penjualan saham tersebut sebagai perdagangan investasi saham yang "normal". BYD tidak segera menanggapi permintaan komentar lebih lanjut.

Pesaing terbesar Tesla ini mengalami penurunan laba kuartalan untuk pertama kalinya dalam 3,5 tahun karena ekspansinya terhambat di tengah kampanye pemerintah melawan perang harga.

Penjualan domestik BYD, yang mencakup hampir 80% dari pengiriman globalnya, turun selama empat bulan berturut-turut pada Agustus. Perusahaan telah memangkas target penjualan tahunan hingga 16% menjadi 4,6 juta kendaraan, demikian laporan Reuters.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |