Liputan6.com, Gunungkidul - Inovasi unik ditunjukkan oleh Koperasi Desa Merah Putih di Kalurahan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Usai peluncuran serentak program Koperasi Desa Merah Putih di seluruh Indonesia, koperasi di Playen langsung tancap gas dengan membuka gerai perdagangan kebutuhan pokok.
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah penyediaan minyak goreng curah dengan sistem dispenser digital mirip pengisian bahan bakar. Warga yang datang cukup membawa botol sendiri dan membayar sesuai kemampuan.
Tanpa harus membeli dalam jumlah besar, alat tersebut akan otomatis mengisi minyak goreng sesuai nominal yang dibayarkan. Harga satu liter minyak dipatok Rp15.500, namun warga bisa membeli hanya setengah liter, atau bahkan seperempatnya, sesuai uang di tangan.
"Praktis dan murah. Saya beli Rp7.500 dapat setengah liter, cukup buat masak dua hari," ujar Surahno, Lurah sekaligus wakil ketua Kopdes Merah Putih Playen.
Kepala Desa Playen menyebut sistem ini dirancang untuk menjangkau warga kecil dan memastikan kebutuhan dapur tetap terpenuhi di tengah fluktuasi harga pangan. Terlebih, stok yang tersedia untuk berasal dari distributor resmi dari pemerintah.
Beli Buah Impor Jangan Pakai Duit Daerah
Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengapresiasi langkah koperasi ini. Dalam kunjungannya, Endah menegaskan bahwa koperasi bukan sekadar tempat belanja warga, tetapi juga garda terdepan dalam menyerap hasil bumi petani dan produk UMKM lokal.
"Koperasi ini lahir dari gagasan besar Presiden Prabowo Subianto dan semangat Bung Hatta. Ini bentuk nyata gotong royong. Jika koperasi bergerak, ekonomi desa juga akan bergerak," kata Endah, Senin (21/7/2025).
Endah meminta koperasi aktif menyerap beras dari petani lokal, membeli sayur dari Kelompok Wanita Tani, serta memasarkan produk UMKM warga. Ia bahkan mengeluarkan Surat Edaran yang mewajibkan rapat-rapat pemerintahan menyajikan makanan dan buah lokal, bukan buah impor. "Kalau mau makan buah impor, beli pakai uang pribadi," tegasnya.
Terkait modal, Koperasi Desa Merah Putih mendapatkan suntikan modal awal sebesar Rp3–5 miliar dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Namun Endah mengingatkan, pengurus Kopeds harus transparan dan bertanggung jawab karena modal tersebut bukan hibah melainkan pinjaman yang harus dikembalikan beserta bunganya.
"Jangan sampai uang miliaran rupiah masuk, tetapi usaha tidak jalan. Lurah akan disalahkan. Nanti media dan warga pasti menyoroti," ujarnya.
Oleh karena itu, setiap koperasi wajib menyusun proposal bisnis yang matang dan studi kelayakan yang teliti. Kepala Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan UMKM Gunungkidul, Supartono, menyebut bahwa seluruh koperasi yang telah terbentuk sudah berbadan hukum dan siap menyesuaikan potensi masing-masing desa.
"Rata-rata koperasi punya 100 anggota. Ke depan, koperasi juga bisa mengelola apotek dan klinik, sesuai program dari Kementerian Kesehatan," ujarnya.
Endah ingin koperasi menjadi solusi dari berbagai kebutuhan warga baik dari minyak goreng, sembako, bibit, pupuk, pakaian sekolah, hingga hasil pertanian. Dengan gotong royong, keyakinan, dan transparansi, Koperasi Desa Merah Putih diharapkan mampu menjadi motor penggerak ekonomi desa dari, oleh, dan untuk warga.
"Semua kebutuhan warga harus diambil alih oleh koperasi, supaya keuntungan kembali ke masyarakat," pungkasnya.