BEI Target Rata-Rata Nilai Transaksi Harian Rp 14,5 Triliun pada 2026

1 day ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2026 target meraup rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar Rp 14,5 triliun dalam 239 hari pada 2026.

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, RNTH saat ini sebenarnya sudah mencapai Rp 16,46 triliun. Naik 28 persen dari data per Desember 2024 lalu sebesar Rp 12,85 triliun. 

Hanya saja, BEI masih melihat rata-rata nilai transaksi harian dalam 3 bulan terakhir. Sehingga RNTH untuk tahun depan dipatok di angka konservatif Rp 14,5 triliun, naik dari target tahun sebelumnya di Rp 13,25 triliun.   

"Asumsi utama yang kita lakukan untuk tahun 2026 adalah target kita untuk RNTH Rp 14,5 triliun per hari. Kita ketahui bahwa memang sampai dengan 24 Oktober (2025), RNTH kita Rp 16,5 (triliun). Namun dari hasil forecast modeling, kita melihat bahwa peningkatan signifikan transaksi harian ini baru terjadi 3 bulan terakhir," jelasnya dalam konferensi pers RUPSLB BEI 2025, Rabu (29/10/2025).

Adapun hingga 24 Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 8.271,722, atau meningkat sebesar 16,83 persen dari posisi 7.079,905 pada akhir 2024. 

Nilai kapitalisasi pasar pada 24 Oktober 2025 tercatat Rp 15.234 triliun atau naik sebesar 23 persen dibandingkan posisi pada akhir tahun 2024 yang lalu sebesar Rp 12.336 triliun. 

IHSG pun mencapai rekor tertingginya, yaitu pada level 8.274,375 saat 23 Oktober 2025. Kapitalisasi pasar juga turut memecahkan rekor titik tertingginya pada 10 Oktober 2025 yang lalu, yakni sebesar Rp 15.559 triliun. 

Promosi 1

BEI dan S&P Bakal Luncurkan 3 Indeks Baru, Sasar Tarik Dana Investor Global

Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan S&P Dow Jones Indices bakal meluncurkan tiga indeks saham terbaru, yakni S&P/IDX Indonesia ESG Tilted Opportunity, S&P/IDX Dividend Opportunities, dan S&P/IDX Shariah High Dividend.

Ketiga indeks terbaru itu bakal melengkapi 45 indeks saham milik BEI yang digunakan sebagai acuan oleh 74 produk investasi pasif, dengan total dana kelolaan mencapai Rp 16,4 triliun.

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia Ignatius Denny Wicaksono mengatakan, pihaknya coba menggandeng perusahaan pemeringkat saham top global yang telah dikenal dengan indeks S&P 500.

Investor Punya Alternatif

"Semua orang pasti kenal S&P 500 lah, enggak ada yang enggak kenal. Kita coba menggandeng S&P bersama-sama dengan IDX. Kalau ini kita justru sebagai partnernya. Nanti yang menghitung dan juga menjalankan indeksnya itu dari S&P," ujarnya dalam sesi media briefing, Selasa (28/10/2025).

Harapannya, investor-investor yang biasa berinvestasi secara pasif nantinya bisa punya banyak pilihan alternatif untuk menyertakan modalnya.

"Dan juga harapan kita ke depannya, selain daripada local fund yang menggunakan indeks-indeks kita, kita harap dari global fund mulai ngelihat juga. Karena kan market kita udah makin maju, transaksi sudah naik terus, market cap naik terus. Nah, ini saatnya kita coba show up juga ke global investors," imbuhnya.

Genjot Eksposur Emiten di Luar Negeri

Selain kerja sama penerbitan co-branding index, BEI dan S&P juga berkolaborasi untuk memperluas penggunaan indeks BEI oleh offshore fund managers atau index licensee di luar negeri.

Dalam kerjasama ini, S&P menyediakan asistensi dan dukungan untuk memasarkan indeks BEI melalui network dan client base S&P di luar negeri. Untuk meningkatkan eksposur indeks saham dan perusahaan tercatat (emiten) BEI di luar negeri.

"Jadi S&P bisa membantu kita mencari client base di luar negeri yang ingin pakai indeks saham di BEI. Ini merupakan langkah pertama sebenarnya untuk kita mendapatkan masukan, indeks kita perlu apa saja yang dikembangkan. Sehingga global fund ini bisa nanti menggunakan indeks kita," tuturnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |