Kinerja Buma Internasional Anjlok pada Kuartal I 2025, Ini Biang Keroknya

17 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - PT Buma Internasional Grup Tbk (DOID), mengumumkan laporan operasional dan keuangan konsolidasi yang telah diaudit penuh untuk kuartal pertama 2025.

Periode tersebut ditandai dengan tantangan operasional besar yang belum pernah terjadi sebelumnya berdampak signifikan terhadap volume produksi dan kinerja keuangan. Meski menghadapi tantangan eksternal yang luar biasa, Grup tetap fokus pada pengendalian biaya yang disiplin, efisiensi operasional, dan penguatan portofolio bisnis yang terdiversifikasi.

"Kami menghadapi tantangan ini dengan respons yang cepat dan tegas di Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat, melalui penerapan kebijakan alokasi modal yang lebih disiplin, implementasi program efisiensi di seluruh grup, serta percepatan peningkatan produktivitas di area-area kunci," ujar Direktur BUMA International Group, Iwan Fuad Salim dalam keterangan resmi, Jumat (27/6/2025).

Berkat langkah-langkah tersebut, Grup mencatatkan perbaikan kinerja di kuartal kedua, menempatkan perusahaan kembali ke jalur yang tepat.

"Kami tetap yakin akan kemampuan kami untuk memulihkan momentum dan menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," imbuh Iwan.  

Pada kuartal I 2025, kinerja perseroan terdampak secara signifikan oleh curah hujan ekstrem di lokasi-lokasi tambang utama di Indonesia dan Australia, disertai dengan penghentian operasional berkepanjangan yang dipicu oleh insiden keselamatan dari pihak lain, serta penurunan aktivitas operasional (Ramp-Down) di beberapa lokasi.

Di Australia, jumlah hari hujan (rain days) melonjak 47% year-on-year (YoY), sementara di salah satu lokasi tambang utama Indonesia, durasi hujan meningkat 59%, menyebabkan banjir di area tambang (pit flooding) dan gangguan akses yang signifikan.

Gangguan Operasional

Insiden keselamatan dari pihak lain juga menyebabkan penghentian operasional selama 27 hari di dua lokasi pertambangan utama. Di saat yang sama, penurunan aktivitas operasional oleh klien di Indonesia dan Australia juga berkontribusi terhadap penurunan volume produksi secara keseluruhan.

Gangguan operasional sepanjang kuartal berdampak signifikan terhadap kinerja produksi, dengan volume overburden removal turun 26% YoY menjadi 101 juta BCM, dan produksi batu bara turun 17% menjadi 18 juta ton.

Penurunan volume ini menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 17% menjadi USD 352 juta. Selain penurunan produksi, biaya Ramp-Up, yang sebagian besar bersifat tetap, di lokasi-lokasi pertumbuhan Grup, juga menekan profitabilitas, dan berkontribusi pada penurunan EBITDA sebesar 82% menjadi USD 14 juta.

"Akibatnya, Grup mencatatkan rugi bersih sebesar USD 70 juta pada kuartal ini, dibandingkan kerugian sebesar USD 19 juta pada periode yang sama tahun lalu," ungkap Iwan.

Ketangguhan Melalui Pengendalian Biaya yang Disiplin dan Strategi Harga

Dalam merespons tantangan yang ada, Grup dengan sigap memperkuat upaya pengurangan biaya di seluruh Grup, menerapkan alokasi modal yang lebih disiplin, pengelolaan modal kerja yang bijak, dan keunggulan operasional.

Biaya tunai konsolidasi turun 7% YoY, didorong oleh penurunan sebesar 8% di Indonesia dan 21% di Australia. Belanja modal untuk pertumbuhan diprioritaskan pada proyek-proyek yang berdampak besar.

Siklus konversi kas membaik, dari 21 hari menjadi 13 hari, mencerminkan pengelolaan modal yang lebih ketat. Atlantic Carbon Group, Inc. yang diakuisisi pada 2024, berkontribusi sebesar USD 13 juta pada kuartal penuh pertamanya di bawah kepemimpinan manajemen baru.  

Jalur Pemulihan: Momentum Operasional Mulai Terbangun pada Kuartal Kedua

Langkah cepat dan tegas Grup dalam menghadapi tantangan kuartal pertama telah mulai membuahkan hasil. Indikator awal yang positif terlihat di kuartal kedua, dengan peningkatan produktivitas alat, meskipun masih ada tantangan dari cuaca ekstrem.

Selain itu, produksi di lokasi ramp-up utama Grup mengalami kemajuan, dan PT Persada Kapuas Prima (PKP) telah mulai beroperasi pada Juni, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pemulihan volume pada paruh kedua 2025.  

"Momentum komersial terus berlanjut, ditandai dengan keberhasilan perpanjangan kontrak utama selama dua tahun di site Goonyella di Australia. Pencapaian ini memperkuat kepercayaan klien dan memberikan landasan yang solid bagi pemulihan margin," kata Iwan.  

Posisi Likuiditas dan Diversifikasi Keuangan Tetap Solid

Grup menutup kuartal pertama dengan kas sebesar USD 231 juta, naik 9% dibandingkan akhir 2024, menunjukkan likuiditas yang tetap kuat di tengah tekanan terhadap pendapatan.

Grup berhasil menyelesaikan penerbitan Sukuk senilai Rp 2 triliun – Sukuk Ijarah korporasi terbesar dengan peringkat Syariah A+ dalam penerbitan tunggal di Indonesia – yang merefleksikan kepercayaan investor yang berkelanjutan.

Pada Februari, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bergabung dalam sindikasi fasilitas perbankan senilai USD 250 juta yang didukung oleh Bank BNI dan Bank Mandiri, yang semakin memperkuat fleksibilitas pembiayaan untuk mendukung kebutuhan operasional dan pertumbuhan di masa depan.

Grup tetap berada di jalur yang tepat dengan berfokus pada keunggulan operasional, disiplin keuangan, dan penciptaan nilai jangka panjang, seiring upaya untuk mengatasi tantangan jangka pendek dan mempercepat langkah menuju pertumbuhan yang berkelanjutan.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |