BNI Raup Laba Bersih Rp 15,12 Triliun hingga September 2025, Digitalisasi dan CASA Jadi Pendorong

14 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menutup kuartal III 2025 dengan capaian keuangan yang tetap solid di tengah tantangan ekonomi global. Penguatan fundamental, efisiensi pendanaan, serta kematangan transformasi digital menjadi faktor utama yang menjaga ketahanan dan pertumbuhan berkelanjutan perseroan.

BNI mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp 15,12 triliun hingga akhir September 2025. Pencapaian ini mencerminkan keberhasilan transformasi serta kemampuan menjaga profitabilitas jangka panjang dengan tata kelola yang prudent.

BNI mempertahankan rasio permodalan yang kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 21,1% dan Tier-1 Capital yang solid. Tingkat likuiditas juga terjaga aman, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9%, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1%.

Kualitas aset tetap terkelola dengan baik, di mana rasio kredit bermasalah (NPL gross) berada di level 2,0%, dan Loan at Risk (LAR) turun menjadi 10,4%. Capaian ini mencerminkan keberhasilan penerapan manajemen risiko dan strategi ekspansi bisnis yang selektif serta berorientasi pada prinsip kehati-hatian.

Portofolio Kredit Sehat dan Berimbang

Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan bahwa hingga akhir September 2025, penyaluran kredit tumbuh 10,5% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 812,2 triliun. Pertumbuhan ini merata di seluruh segmen, menandakan portofolio kredit yang semakin sehat dan seimbang.

"Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif," ujar Paolo.

Promosi 1

Peningkatan Pembiayaan

Kredit korporasi naik 12,4% YoY menjadi Rp 450,7 triliun, didukung peningkatan pembiayaan untuk korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Kredit segmen menengah tumbuh 14,3% YoY, sedangkan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9% YoY menjadi Rp 46,3 triliun. Segmen konsumer juga mencatatkan kenaikan 9,6% YoY menjadi Rp 150,2 triliun, ditopang pembiayaan KPR, pinjaman personal, dan kartu kredit.

Kolaborasi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI. Kredit usaha di level grup tumbuh 15,3% YoY menjadi Rp 17,4 triliun.

Untuk menjaga ketahanan keuangan, BNI memperkuat cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang mencapai Rp 34,7 triliun dengan rasio cakupan terhadap kredit bermasalah (NPL coverage ratio) sebesar 222,7%.

"Kami terus memperkuat kualitas portofolio kredit dan menerapkan risk-based provisioning untuk memastikan ketahanan jangka panjang," tambah Paolo.

Digitalisasi Pacu CASA dan Fee-Based Income

Direktur Treasury & International Banking BNI Abu Santosa Sudradjat menuturkan bahwa strategi digital transaction banking yang agresif mendorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga 21,4% YoY menjadi Rp 934,3 triliun, dengan dana murah (CASA) naik 13,3% YoY menjadi Rp 613,4 triliun.

"Porsi dana murah ini memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana (cost of fund), menjaga profitabilitas tetap sehat," ujar Abu.

Peningkatan DPK dan CASA turut diiringi pertumbuhan fee-based income sebesar 11% YoY, yang menyumbang 30% dari total pendapatan nonbunga hingga akhir kuartal III/2025.

Aplikasi wondr by BNI menjadi salah satu motor utama transformasi digital, dengan lonjakan pengguna dari 2,8 juta pada September 2024 menjadi 10,5 juta pada September 2025. Nilai transaksi mencapai Rp 783 triliun dengan total 866 juta transaksi.

Sementara itu, kanal BNIdirect untuk nasabah korporasi mencatat nilai transaksi Rp 8.080 triliun atau naik 26,7% YoY, dengan volume transaksi meningkat 14,8% menjadi 1.061 juta.

"Strategi digital transaction banking yang agresif mendorong pertumbuhan CASA yang lebih sustain dan fee income yang konsisten. Kami melihat ini sebagai awal dari fase pemulihan biaya dana yang lebih sehat dan berkelanjutan," jelas Abu.

Dorong Pembiayaan Berkelanjutan

BNI juga mempertegas komitmennya terhadap keuangan berkelanjutan melalui penerbitan Sustainability Bond, yang digunakan untuk mendanai proyek-proyek ramah lingkungan dan sosial, termasuk energi terbarukan, efisiensi energi, dan pembiayaan UMKM.

Direktur Risk Management BNI David Pirzada mengatakan, langkah tersebut menjadi bukti komitmen BNI dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.

"Seluruh dana hasil penerbitan Sustainability Bond dialokasikan untuk proyek-proyek hijau yang memenuhi kriteria lingkungan. Kami ingin memastikan pembiayaan tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan," katanya.

Hingga akhir September 2025, portofolio pembiayaan berkelanjutan BNI mencapai Rp 192,4 triliun atau 24% dari total kredit. 

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |