Liputan6.com, Bandar Lampung - Universitas Bandar Lampung (UBL) terus menunjukkan kiprahnya sebagai kampus berbasis inovasi. Sejumlah hasil riset dan pengembangan teknologi yang lahir dari para dosen dan mahasiswanya kini telah digunakan oleh industri berskala nasional, mulai dari sektor farmasi hingga dunia dirgantara.
Rektor UBL, Prof. Dr. Ir. M. Yusuf S. Barusman mengungkapkan bahwa inovasi-inovasi tersebut tidak muncul secara tiba-tiba. Semuanya berangkat dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh dunia usaha dan industri di Indonesia.
“Teknologi yang kami kembangkan bukan sekadar proyek kampus. Ini merupakan jawaban atas kebutuhan yang dihadapi industri. Kami mulai dari identifikasi masalah, lalu bergerak mencari solusi yang aplikatif,” ujar Yusuf saat ditemui di UBL, Selasa (24/6/2025).
Menurut dia, pola pendekatan seperti itu penting untuk menjembatani kesenjangan antara akademisi dan pelaku usaha. Selama ini, dia menyampaikan, banyak sektor industri justru menjauh dari perguruan tinggi, padahal potensi kolaborasi sangat besar.
Belajar dari Cina, Kampus dan Industri Harus Satu Irama
Yusuf turut membandingkan pendekatan di Indonesia dengan yang terjadi di negara lain, seperti Cina. Di Negeri Tirai Bambu, kata dia, keterlibatan industri dalam riset kampus jauh lebih aktif.
“Ketika kita berdiskusi soal inovasi pertanian misalnya, pihak kampus di Cina datang bersama mitra industrinya. Jadi riset mereka langsung terhubung dengan kebutuhan pasar,” terang dia.
Pendekatan kolaboratif semacam itu menurut Yusuf layak ditiru. Dengan sinergi yang kuat antara dunia pendidikan tinggi dan pelaku usaha, hasil inovasi akan lebih terarah, cepat diadopsi, dan berdampak langsung pada peningkatan daya saing industri nasional.
UBL sendiri kini tengah menjadi role model dalam hal itu. Beberapa hasil karya mahasiswanya bahkan sudah resmi digunakan oleh perusahaan besar seperti GMF AeroAsia dan Krakatau Steel Group.
AGV hingga Krakacut
Salah satu teknologi unggulan dari UBL yang saat ini digunakan oleh PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia adalah Automatic Guided Vehicle (AGV). Inovasi ini dirancang khusus untuk membantu proses distribusi suku cadang dalam jalur perawatan pesawat terbang.
“AGV ini bekerja secara otomatis dan sangat membantu dalam efisiensi operasional GMF, terutama di hanggar perawatan pesawat,” jelas Yusuf.
Selain itu, UBL juga melahirkan teknologi pemotong logam berbasis plasma cutting bernama Krakacut, yang kini digunakan oleh PT Krakatau Steel Wajatama. Mesin itu memungkinkan pemotongan baja yang lebih cepat, presisi, dan hemat energi.
“Dengan Krakacut, proses pemotongan menjadi lebih efisien, limbah berkurang, dan biaya operasional dapat ditekan. Ini tentu memperkuat daya saing industri baja nasional,” ujarnya.
Rektor berharap, keberhasilan itu menjadi pemicu semakin eratnya kolaborasi antara kampus dan industri di Indonesia.
"Kami yakin, teknologi lokal karya anak bangsa mampu menjawab tantangan zaman jika diberikan ruang dan kepercayaan," ungkap dia.