Liputan6.com, Jakarta - Dua emiten baru akan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, (8/7/2025). Emiten baru itu antara lain PT Pancaran Samudera Transport Tbk dan PT Asia Pramulia Tbk.
Adapun PT Pancaran Samudera Transport Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode saham PSAT dan sebagai perusahaan tercatat ke-15 pada 2025. Sedangkan PT Asia Pramulia Tbk sebagai perusahaan tercatat ke-16 pada 2025, dan memakai kode saham ASPR.
Mengutip laman KSEI, PT Pancaran Samudera Transport Tbk telah menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2-4 Juli 2025.
Perseroan menawarkan saham perdana sebesar 222.353.000 unit dengan nilai nominal saham Rp 800. Adapun harga penawaran saham Perseroan sebesar Rp 900 per saham. Dengan demikian, Perseroan meraup dana sebesar Rp 200,11 miliar dari IPO.
Hasil IPO PSAT akan digunakan untuk memperkuat bisnis inti perusahaan di sektor pelayaran dan logistik. Sekitar Rp175 miliar dari total dana IPO akan digunakan untuk menyetor modal ke anak usaha, PT Pancaran Karya Shipping (PKS), yang akan digunakan untuk membeli dua kapal bulk carrier.
Pembelian kapal ini dilakukan dari pihak afiliasi, yaitu PT Pancaran Maritim Transportindo, berdasarkan perjanjian jual beli tertanggal 12 Februari 2025 dan telah diperbarui 28 Mei 2025. Harga kapal akan ditentukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) independen, dan pembelian ini dimaksudkan untuk memperkuat armada PSAT dalam proyek logistik batubara.
Sisa dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, khususnya pembelian bahan bakar kapal. Dengan penambahan armada dan modal kerja ini, Pancaran Samudera Transport optimistis dapat meningkatkan efisiensi dan kapasitas pengangkutan batubara dan nikel di dalam negeri.
Perseroan telah menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek. Selain itu, PT BCA Sekuritas juga bertindak sebagai penjamin emisi efek.
Asia Pramulia
Demikian juga PT Asia Pramulia Tbk telah menawarkan saham perdana pada 2-4 Juli 2025 dengan jumlah saham 812.000.000 dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Harga saham perdana yang ditetapkan dalam IPO Perseroan sebesar Rp 124 per saham.
Dengan demikian, dana IPO yang diraih Perseroan sebesar Rp 100,68 miliar. Dana IPO Perseroan akan digunakan untuk pembelian mesin untuk segmen market kemasan minuman, makanan, cat dan kemasan lain-lain. Sedangkan sisanya dipakai untuk modal kerja, termasuk biaya operasional seperti biaya penambahan tenaga kerja dan pembelian bahan baku meliputi PET (polyethylene terephthalate) dan PP (polypropylene).
Dalam rangka IPO tersebut Perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek yakni PT NH Korindo Sekuritas Indonesia. Sedangkan penjamin emisi efek yakni PT Panca Global Sekuritas.
Tren IPO Semester I 2025 Lesu, BEI Beberkan Sebabnya
Sebelumnya, jumlah aksi penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I 2025 tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga 20 Juni 2025, hanya ada 14 perusahaan yang berhasil melantai di bursa, lebih sedikit dibandingkan 25 perusahaan pada semester I 2024. Sepanjang 2024, total IPO mencapai 41 perusahaan.
Menanggapi hal ini, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa keputusan menjadi perusahaan terbuka merupakan langkah strategis yang biasanya hanya terjadi sekali dalam sejarah sebuah perusahaan. Oleh karena itu, BEI sangat menghargai perusahaan yang mempersiapkan proses ini secara optimal.
“Menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa tentunya merupakan sebuah keputusan dan aksi korporasi strategis perusahaan yang umumnya hanya berjalan satu kali selama perusahaan tersebut berdiri sehingga BEI sangat menghargai perusahaan yang mempersiapkan sebaik dan optimal mungkin untuk menjadi perusahaan terbuka,” jelas Nyoman kepada wartawan, Rabu (2/7/2025).
Ia menekankan, keberhasilan IPO sangat bergantung pada kesiapan internal perusahaan, termasuk struktur keuangan, tata kelola, manajemen, dan narasi yang dibawa perusahaan ke pasar.
“Kami mendorong perusahaan untuk memiliki kesiapan IPO yang baik untuk kesuksesan baik pada saat IPO dan juga setelah IPO, meski persiapan ini membutuhkan waktu yang sedikit lebih panjang,” imbuhnya.
BEI Perketat Seleksi IPO
Nyoman menegaskan, proses evaluasi terhadap dokumen pencatatan dilakukan secara konsisten dan sesuai dengan standar regulasi yang berlaku. Tidak ada perlakuan berbeda, namun aspek penilaian diperhatikan secara komprehensif, baik formal maupun non-formal.
“Adapun proses evaluasi atas dokumen pendaftaran pencatatan efek yang berlaku di BEI dilakukan secara konsisten mengacu kepada standar evaluasi dan regulasi yang berlaku,” ujar Nyoman.
Penilaian formal mencakup pemenuhan persyaratan teknis dan administratif. Sementara itu, aspek non-formal mempertimbangkan kelangsungan usaha, kualitas manajemen, dan penilaian strategis lainnya. Dengan pendekatan ini, BEI tetap terbuka terhadap perusahaan yang ingin go public, namun memastikan hanya perusahaan yang benar-benar siap yang dapat tercatat di bursa. Hal ini sejalan dengan upaya menjaga kualitas pasar modal nasional.