Warga Jetis Yogyakarta Temukan Mortir Diduga Sisa Perang Dunia II di Halaman Rumah

10 hours ago 1

Liputan6.com, Yogyakarta - Seorang warga di Kampung Jetisharjo, Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menemukan sebuah mortir diduga sisa masa Perang Dunia II saat menggali tanah di halaman rumahnya, Senin 3 November 2025.

Penemuan itu bermula saat warga bernama Pipin (48) menggali tanah di samping pohon mangga di pekarangan rumahnya sekitar pukul 05.45 WIB.

"Warga ini menggali tanah, mungkin hendak mau nanam apa enggak tau, pas mau menanam tersandung kayak besi gitu, setelah dicongkel ditemukan mortir," ujar Komandan Rayon Militer (Danramil) 01/Jetis Kapten Inf Usep Hairudin di Yogyakarta, melansir Antara, Selasa (4/11/2025).

Dia mengatakan, karena menduga benda itu mortir, warga tersebut tidak berani mengangkat dan langsung melapor ke Babinsa setempat.

"Karena takut terjadi ledakan atau apa kemudian laporan ke Babinsa," ucap Usep.

Menurut dia, Bintara Pembina Desa (Babinsa) kemudian mengecek langsung ke lokasi dan memastikan bahwa temuan itu mortir yang diduga masih aktif.

"Temuan itu kemudian dilaporkan kepada Danramil, lalu diteruskan kepada Komandan Kodim untuk ditindaklanjuti bersama kepolisian dan Tim Gegana. Petunjuk dari komandan langsung menghubungi Kapolres, Kapolsek berkoordinasi dengan Gegana dan langsung terjun ke lapangan," papar Usep.

Dia mengatakan, mortir berusia tua tersebut diduga merupakan sisa masa Perang Dunia (PD) II.

"Mungkin itu mortir bekas Perang Dunia kedua, diduga," terang Usep.

Ia menyebut penanganan temuan mortir itu telah dilakukan langsung oleh tim Gegana.

"Dan sampai tadi, selesai ditangani oleh Gegana," tutup Usep.

Tak hanya di Ibu Kota, harga bawang putih di Yogyakarta dan Bali meningakat hingga dua kali lipat.

Mahasiswa ISI Yogyakarta Sulap Drone Jadi Karya Seni Estetika Nusantara

Sebelumnya, perusahaan penyedia drone, Frogs Indonesia, berkolaborasi dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluncurkan proyek kreatif bertajuk 'Art on Drone'.

Dalam hal ini mahasiswa ISI menjadikan atas top cover drone pertanian Sekar Agri milik Frogs Indonesia sebagai kanvas.

Karya lukisan bernuansa Nusantara ini dipamerkan kepada publik dalam ajang Indonesia Drone Expo (IDE) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, yang berlangsung pada 28–30 Oktober 2025.

Dua mahasiswa Seni Murni ISI Yogyakarta, yaitu Sintia Nurul Oktania dan Cruz Kyrie Pamangin, menjadi garda terdepan dalam proyek ini.

Keduanya tidak sekadar merancang, melainkan melukis secara langsung di atas penutup badan drone. Produk unggulan Frogs Indonesia ini merupakan drone yang banyak digunakan dalam sektor pertanian modern.

CEO Frogs Indonesia, Adhitya Chandra, mengatakan teknologi dan seni sama-sama lahir dari kreativitas manusia. Melalui Art on Drone, perusahaan ingin menghadirkan teknologi yang berjiwa budaya.

"Kolaborasi ini menunjukkan bahwa inovasi bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang karakter dan jati diri bangsa," ujar Adhitya dalam keterangannya, Jumat 31 Oktober 2025.

Setiap lukisan yang tercipta membawa makna dan filosofi tersendiri, menggambarkan keindahan serta kekayaan budaya Indonesia.

Drone Bertransformasi Jadi Media Ekspresi Seni

Dengan demikian, drone pertanian kini bertransformasi; tidak hanya berfungsi sebagai alat teknologi, tetapi juga menjadi media ekspresi seni yang sarat nilai-nilai estetika lokal.

Ketua Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta, Satrio Hari Wicaksono, M.Sn., menyambut baik integrasi antara dunia seni dan teknologi ini.

"Seni secara umum merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Melalui kolaborasi ini, kami mencoba mengeksplorasi secara lebih kuat unsur-unsur yang bersifat lokal dalam barang-barang teknologi,” jelas Satrio.

Ia menambahkan, inisiatif "Art on Drone" membuka ruang bagi mahasiswa untuk mengasah potensi artistik mereka sekaligus memahami relevansi kuat seni dalam konteks industri modern.

Di sisi lain, Asosiasi Sistem dan Teknologi Tanpa Awak (ASTTA) baru-baru ini menggelar Musyawarah Nasional 2025 di Jakarta dengan mengusung tema "Konsolidasi dan Sinergi Menuju Industri Sistem dan Teknologi Tanpa Awak Indonesia yang Berkelanjutan."

Musyawarah yang dihadiri seluruh anggota ASTTA ini menjadi penanda langkah strategis bagi industri sistem tanpa awak atau drone nasional untuk mencapai daya saing global dan keberlanjutan.

Dengan proyeksi potensi pasar drone nasional yang diperkirakan menyentuh angka USD 93 juta (sekitar Rp 1,5 triliun) pada 2028, Indonesia diyakini memiliki peluang besar untuk menjadi pusat inovasi teknologi drone di Asia Tenggara.

ASTTA optimistis industri drone dapat menjadi bagian integral dari transformasi ekonomi digital dan teknologi nasional melalui kolaborasi yang melibatkan lintas kementerian, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), institusi pendidikan, dan sektor swasta.

Forum tahunan ini disebut menjadi momentum krusial bagi pelaku industri untuk memperkuat kolaborasi, memperjelas arah kebijakan, serta mempercepat transformasi menuju kemandirian teknologi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |