The Fed Pangkas Suku Bunga, Ini Dampaknya ke Sektor Saham di Indonesia

1 week ago 19

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Pasar Modal Reydi Octa menilai sektor perbankan kapitalisasi besar menjadi kelompok pertama yang merespons pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

Ia menuturkan, pemangkasan suku bunga biasanya langsung mendorong perbaikan ekspektasi ekonomi, sehingga dana segar lebih cepat mengalir ke saham-saham bank besar.

"Sektor yang paling cepat menanggapi pemangkasan suku bunga (The Fed) adalah perbankan big caps, mendorong awal rotasi dana masuk ke ihsg sebagai barometer perbaikan ekonomi," kata Reydi kepada Liputan6.com, Jumat (12/12/2025).

Setelah perbankan, Reydi menyebut sektor konsumer dan properti berpotensi mengikuti sebagai penerima dampak positif berikutnya. Kedua sektor ini sensitif terhadap likuiditas dan penurunan biaya kredit, sehingga pemangkasan suku bunga menjadi katalis yang kuat.

"Kemudian setelahnya bisa muncul sektor konsumer dan properti," ujar dia.

Ia menambahkan bahwa tren rotasi dana ini dapat memperbaiki sentimen pasar secara keseluruhan. Pergerakan awal perbankan dapat menjadi sinyal yang mendorong investor ritel dan institusi untuk kembali masuk ke pasar saham setelah periode volatilitas.

Prospek Capital Inflow

Menurut Reydi, peluang terjadinya capital inflow ke pasar saham Indonesia terbuka cukup besar asalkan kondisi makro domestik tetap solid dan kompetitif dibanding bursa lain.

Pemangkasan suku bunga The Fed umumnya membuat investor global lebih berani mengalokasikan dana ke aset berisiko, termasuk emerging markets seperti Indonesia.

"Capital inflow bisa cukup kuat apabila RI memiliki keadaan makro yang stabil dan solid dibanding bursa lain. pemangkasan suku bunga bisa buat investor global mangalokasikan dananya ke aset risiko tinggi," ujarnya.

Hal senada dikatakan Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana. Ia menuturkan, dengan ada pemangkasan suku bunga the Fed diharapkan ada inflow asing ke emerging market atau pasar negara berkembang terutama ke Indonesia. Hal itu akan berdampak terhadap sejumlah sektor saham. "Kami memperkirakan sektor perbankan, kemudian consumer goods,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Efek Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Reydi juga menilai, keputusan pemangkasan suku bunga The Fed terbaru tidak langsung membuat pasar reli karena investor sudah mengantisipasinya sejak jauh hari. Ketika keputusan akhirnya keluar, banyak pelaku pasar memilih melakukan aksi ambil untung.

"Ada, tinggal kita pantau terus konsistensi investor asing dalam akumulasi IHSG dua minggu ke depan. Tidak ada hambatan dari sentimen global. Pemangkasan The Fed terakhir kemarin tidak buat pasar reli, dimungkinkan karena pasar investor sudah memperkirakan dari jauh sebelumnya, sehingga saat pemangkasan terjadi, merupakan saatnya taking profit," pungkasnya.

The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan

Sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kalinya pada 2025. The Fed memangkas suku bunga acuan 0,25% atau 25 basis poin (bps) menjadi 3,50%-3,75%, dan masuk ke level terendah dalam tiga tahun.

Langkah the Fed memangkas suku bunga acuan itu terjadi meski ada perpecahan internal sehingga menciptakan ketidakpastian mengenai tambahan pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

Mengutip BBC, Kamis (11/12/2025), pembuat kebijakan tidak sepakat tentang bagaimana the Fed harus menyeimbangkan prioritas yang saling bertentangan. Pasar tenaga kerja melemah, dan sisi lain terjadi kenaikan harga.

Prediksi ekonomi yang dirilis pada Rabu pekan ini menunjukkan satu pemangkasan suku bunga akan terjadi pada tahun depan, meskipun data baru dapat mengubah hal tersebut.

The Fed Hadapi Situasi Sulit

Ketua the Fed Jerome Powell menuturkan, para bankir sentral membutuhkan waktu untuk melihat bagaimana tiga pemangkasans uku bunga tahun ini berdampak pada perekonomian AS. Pembuat kebijakan akan mencermati data yang masuk menjelang pertemuan the Fed berikutnya pada Januari.

“Kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat bagaimana perekonomian berkembang,” ujar Powell.

Seiring hal itu, mereka yang berharap suku bunga terus turun, termasuk Presiden Donald Trump, mungkin harus menunggu.

Powell mengatakan, the Fed menghadapi "situasi yang sangat menantang" karena menghadapi risiko inflasi dan pengangguran yang meningkat. "Anda tidak bisa melakukan dua hal sekaligus".

Perbedaan Pendapat di Antara Pejabat The Fed

Keputusan untuk menurunkan suku bunga pada Rabu tidak bulat, menunjukkan semakin lebarnya perbedaan pendapat di antara para bankir sentral mengenai prospek ekonomi AS.

Tiga pejabat Fed memisahkan diri dan resmi menyatakan ketidaksetujuan mereka. Stephen Miran, yang sedang cuti dari jabatannya memimpin Dewan Penasihat Ekonomi Trump, memilih penurunan yang lebih besar, yaitu 0,5%.

Presiden Bank Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee, dan Presiden Bank Federal Reserve Kansas City Jeffrey Schmid, memilih untuk mempertahankan suku bunga tetap.

Trump, yang telah berulang kali mendesak Powell untuk menurunkan suku bunga, mengatakan setelah pertemuan pada Rabu penurunan suku bunga Fed bisa "setidaknya dua kali lipat".

"Suku bunga kita seharusnya jauh lebih rendah," ujar dia pada pertemuan meja bundar di Gedung Putih.

"Kita seharusnya memiliki suku bunga terendah di dunia,” ia menambahkan.

Rilis data ekonomi yang terhenti selama penutupan pemerintahan AS terlama sepanjang sejarah, yang berakhir pada November, telah membuat para pembuat kebijakan sebagian tidak mengetahui kondisi ekonomi. Namun, kekhawatiran tentang melambatnya pasar kerja terus lebih besar daripada kekhawatiran inflasi, setidaknya untuk saat ini.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |