Liputan6.com, Lampung - Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 yang digelar di Pekon Pemerihan, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, bukan sekadar pembangunan fisik.
Selama satu bulan pelaksanaan, dari 6 Mei hingga 4 Juni 2025, TMMD menyentuh sisi-sisi kemanusiaan yang lebih dalam - membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian alam dan hidup berdampingan secara harmonis dengan lingkungan.
Program itu berlokasi di wilayah yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), kawasan konservasi yang menjadi rumah berbagai flora dan fauna langka. Seperti Gajah Sumatra, Harimau Sumatra dan Bunga Raflesia.
TMMD itu hadir dengan semangat kolaboratif, menggandeng Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dan Balai Besar TNBBS untuk memberikan penyuluhan kepada warga setempat.
"Kami ingin menanamkan kesadaran bahwa menjaga hutan adalah tanggung jawab bersama, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang," ujar Letkol Inf Rinto Wijaya, Komandan Kodim 0422/LB sekaligus Dansatgas TMMD.
Ketika Tentara Bicara soal Hutan dan Satwa
Dalam penyuluhan yang digelar, warga dikenalkan dengan pentingnya menjaga hutan sebagai penyangga bencana, ancaman illegal logging, serta teknik penghijauan di lahan kritis.
Kepala Balai Besar TNBBS, Hifzon Zawahiri, menekankan pentingnya hidup berdampingan antara warga dan kawasan hutan konservasi.
"Hutan adalah habitat terbaik bagi satwa liar. Mereka tak tahu batas administratif seperti TN (taman nasional) atau HPT (hutan produksi terbatas). Nalurinya akan membawa mereka ke tempat makanan tersedia," terang Hifzon.
Interaksi negatif antara manusia dan satwa liar menjadi salah satu tantangan besar di pekon tersebut. Untuk itu, pendekatan berbasis komunitas menjadi kunci. Di Pekon Pemerihan, warga sudah mulai memahami pentingnya menanam komoditas yang tidak disukai satwa, seperti jeruk, sebagai upaya mengurangi konflik.
Warga juga mendapat pelatihan teknis soal pemilihan bibit tanaman dan metode penanaman yang sesuai dengan kondisi lokal. "Kami merasa sangat terbantu. Ilmu seperti ini bisa kami terapkan langsung," ujar Jamal, salah satu warga Pekon Pemeriahan.
Gotong Royong dan Gema Palu Tukang di Tengah Hutan
Selain aspek nonfisik, TMMD ke-124 juga membawa manfaat nyata dalam bentuk pembangunan infrastruktur. Dari pembukaan jalan onderlagh, pemasangan gorong-gorong, hingga perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), semua dikerjakan bersama-sama antara prajurit dan masyarakat.
Pemandangan gotong royong terlihat jelas saat para prajurit dan warga memecah batu untuk lapisan dasar jalan. Jalan sepanjang 800 meter dengan lebar 5 meter kini terbuka, menghubungkan wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit diakses.
Suasana paling haru datang dari rumah Bapak Tarwono. Rumah kayu tua miliknya dibongkar, bukan karena konflik atau penggusuran, tapi sebagai bagian dari program perbaikan RTLH. "Saya benar-benar tidak menyangka. Terima kasih kepada Bapak Kasad dan semua anggota TNI. Semoga ini jadi berkah," ungkap Tarwono dengan mata berkaca-kaca.
TNI dan Warga Bangun Masa Depan Bersama
TMMD juga melakukan pemasangan drainase untuk mencegah banjir saat musim hujan, mendukung kelancaran transportasi, dan memperkuat infrastruktur pertanian warga. Gotong royong dalam setiap pekerjaan menjadi energi utama program itu.
“Kolaborasi seperti ini sangat kami harapkan terus berlanjut dan mampu membawa perubahan nyata bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil,” kata Bupati Pesisir Barat, Dedi Irawan, mengapresiasi keterlibatan TNI.
TMMD juga membawa layanan sosial seperti pemeriksaan kesehatan gratis, penyuluhan, kegiatan budaya, dan perkemahan generasi muda. Semua dirancang agar manfaat TMMD dapat dirasakan secara menyeluruh oleh masyarakat.
Merawat Semangat dari Pelosok Negeri
TNBBS, dengan luas daratan lebih dari 313 ribu hektare di Provinsi Lampung dan 64 ribu hektare di Provinsi Bengkulu, berbatasan langsung dengan 238 desa. Kawasan itu tak hanya penting secara ekologis, tapi juga sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
TMMD ke-124 menjawab kebutuhan mendesak masyarakat, mulai dari pembangunan jalan, lima unit gorong-gorong, dua unit MCK dan tempat wudhu, satu unit masjid, dua pos kamling, hingga lima titik sarana air bersih.
Namun lebih dari itu, TMMD menyemai semangat kolaborasi dan harapan. Menjadikan desa-desa terpencil bukan lagi titik yang terlupakan, melainkan bagian dari wajah Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang.
“Ini bukan hanya tentang membangun jalan atau rumah, tapi juga membangun harapan dan masa depan,” tutup Letkol Inf Rinto Wijaya.