IHSG Hari Ini 2 Juni 2025 Ditutup Tersungkur 1,5%, Transaksi Saham AMMN Sentuh Rp 3,3 Triliun

1 day ago 35

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup anjlok pada perdagangan Senin (2/6/2025). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan.

Mengutip data RTI, IHSG hari ini ditutup merosot 1,54% ke posisi 7.065,06. Indeks LQ45 terpangkas 2,31% ke posisi 795,95. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.

Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.152,01 dan level terendah 7.035,83. Sebanyak 453 saham memerah sehingga menekan IHSG. 195 saham menguat dan 161 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.449.049 kali dengan volume perdagangan saham 26,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 22,2 triliun. Transaksi harian saham ini lebih tinggi dari sebelumnya seiring ada transaksi jumbo saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) di pasar negosiasi yang mencapai Rp 3,3 triliun.

Di  pasar negosiasi, transaksi harian saham AMMN mencapai Rp 3,3 triliun dengan frekuensi perdagangan dua kali. Harga saham AMMN terakhir ditransaksikan di posisi Rp 6.925 per saham. Harga saham AMMN berada di level tertinggi Rp 7.000 dan terendah Rp 6.925 per saham dengan volume perdagangan 4.775.133 saham.

Di pasar regular, saham AMMN ditutup turun 0,36% ke posisi Rp 6.900 per saham. Saham AMMN dibuka stagnan di posisi Rp 6.925 per saham. Saham AMMN berada di level tertinggi Rp 6.950 dan terendah Rp 6.700 per saham. Total frekuensi perdagangan 8.200 kali dengan volume perdagangan 4.966.930 saham. Nilai transaksi Rp 3,5 triliun.

Gerak Saham

Saham PGAS ditutup stagnan di posisi Rp 1.820 per saham. Saham PGAS dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 1.830 per saham. Harga saham PGAS berada di level tertinggi Rp 1.840 dan level terendah Rp 1.810 per saham. Total frekuensi perdagangan 10.901 kali dengan volume perdagangan 697.598 saham. Nilai transaksi Rp 126,9 miliar.

Harga saham GGRM ditutup turun 1,75% ke posisi Rp 9.825 per saham. Saham GGRM dibuka stagnan di posisi Rp 10.000 per saham. Harga saham GGRM berada di level tertinggi Rp 10.025 dan level terendah Rp 9.800 per saham. Total frekuensi perdagangan 767 kali dengan volume perdagangan 5.598 saham. Nilai transaksi Rp 5,5 miliar.

Mayoritas sektor saham memerah kecuali sektor saham basic naik 0,59%. Sektor saham keuangan terpangkas 1,8%, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham transportasi susut 1,5%, dan sektor saham teknologi melemah 1,3%.

Sementara itu, sektor saham energi turun 0,46%, sektor saham industri terperosok 1,27%, sektor saham consumer nonsiklikal melemah 0,34%, sektor saham consumer siklikal terpangkas 0,80%. Selain itu, sektor saham properti turun 1,16%, dan sektor saham infrastruktur merosot 0,97%.

Top Gainers-Losers

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham RMKO melonjak 34,41%
  • Saham BAJA melonjak 32,43%
  • Saham PSAB melonjak 25%
  • Saham KAEF melonjak 22,43%
  • Saham PEHA melonjak 22,30%

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

  • Saham MTFN merosot 20%
  • Saham UNIQ merosot 14,75%
  • Saham IFSH merosot 14,66%
  • Saham GTBO merosot 14,41%
  • Saham INDX merosot 13,98%

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BBCA senilai Rp 2,4 triliun
  • Saham BMRI senilai Rp 1,9 triliun
  • Saham BBRI senilai Rp 1,7 triliun
  • Saham ANTM senilai Rp 1,1 triliun
  • Saham TLKM senilai Rp 587,9 miliar

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham BBRI tercatat 85.582 kali
  • Saham BBCA tercatat 61.476 kali
  • Saham BMRI tercatat 53.506 kali
  • Saham ANTM tercatat 47.665 kali
  • Saham PSAB tercatat 36.857 kali

Bursa Saham Asia Melemah

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada Senin, 2 Juni 2025. Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengumumkan akan menaikkan tarif impor baja menjadi 50% yang berlaku mulai Rabu, 4 Juni 2025.

Mengutip CNBC, indeks Nikkei 225 di Jepang turun 1,3% hingga ditutup ke posisi 37.470,67. Indeks Topix tergelincir 0,87% menjadi 2.777,29. Indeks Kospi di Korea Selatan mendatar dan ditutup ke posisi 2.698,97.

Indeks Kosdaq bertambah 0,81% menjadi 740,29 jelang pemilihan presiden Korea Selatan pada 3 Juni 2025. Indeks ASX 200 di Australia melemah 0,24% hingga ditutup ke posisi 8.414,1. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 1,2%, dan indeks Nifty 50 India tergelincir 0,10%.

Sentimen IHSG

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus  menuturkan, Bursa regional Asia didominasi pelemahan seiring terus memanasnya ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China, sementara investor bersikap defensif menjelang data pekerjaan AS, suku bunga Eropa yang diharapkan mengalami penurunan, dan munculnya kekhawatiran terhadap pandemi COVID-19.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami deflasi 0,37 persen month to month (mtm) pada Mei 2025, yang mana terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,47 pada April 2025 menjadi 108,07 pada Mei 2025.

Sementara itu, inflasi tahunan tercatat 1,60 persen year on year (yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar 1,19 persen year to date (ytd).

BPS juga melaporkan Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD 0,16 miliar pada April 2025 atau terendah sejak Mei 2020, berdasarkan perhitungan nilai ekspor sebesar USD 20,74 miliar dikurangi impor sebesar USD 20,59 miliar. Nilai neraca perdagangan April 2025 tercatat jauh lebih rendah dari Maret 2025 yang senilai USD 4,33 miliar.

Sentimen IHSG Lainnya

Di sisi lain, surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mewaspadai peningkatan COVID-19 di Asia juga memicu kekhawatiran bagi pelaku pasar.

Dari mancanegara, Presiden AS Donald Trump menginformasikan tengah memantau diskusi positif dengan Uni Eropa, yang mana Trump melihat positif gerak cepat dari Uni Eropa yang langsung meminta pertemuan dengan AS, serta melihat Eropa juga melakukan sama dengan yang diminta terhadap China yaitu membuka perdagangan Eropa terhadap AS.

“Namun demikian, pelaku pasar melihat bahwa volatilitas masih akan tinggi khususnya pada periode Juli dan Agustus 2025 nanti, yang merupakan periode akhir dari negosiasi tarif AS dengan negara lain,” ujar Nico panggilan akrabnya seperti dikutip dari Antara.

Pelaku pasar juga menantikan data ekonomi dari AS, di antaranya ISM Manufacturing Index, ADP Employment Change, ISM Services, Trade Balance, Nonfarm Payrolls dan Unemployment Rate.

Dari kawasan Eropa, akan ada rilis data inflasi, keputusan kebijakan moneter Europan Central Bank (ECB) dan penjualan ritel. Sedangkan, dari kawasan Asia, China akan merilis data Caixin Manufacturing PMI dan Caixin Services PMI.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |