1 Jenazah Diduga Korban Banjir Ditemukan di Denpasar, Identitasnya Masih Belum Bisa Dikenali

14 hours ago 5

Liputan6.com, Denpasar TIM SAR gabungan terus melakukan pencarian korban banjir di Bali. Adapun, pada senin (15/9/2025) pagi, mereka telah mengevakuasi satu jenazah pria yang ditemukan di Jalan Kertanegara, Cokroaminoto, Banjar Pohgading, Denpasar.

Penemuan jenazah tersebut berasal dari warga yang mencium bau tidak wajar. Setelah ditelusuri, terlihat bagian kaki yang muncul dari lokasi tersebut.

Temuan ini langsung dilaporkan ke Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar sekitar pukul 08.55 WITA. Tim SAR yang sebelumnya melakukan pencarian di kawasan Ubung dan Pasar Kumbasari segera bergeser ke lokasi.

Sekitar pukul 09.50 WITA, jenazah berhasil dievakuasi dan dibawa ke RS Proef Ngoerah menggunakan ambulans BPBD Provinsi Bali.

Saat ditemukan, kondisi jenazah sudah membusuk, tidak mengenakan baju.

Koordinator lapangan, Ketut Wirajaya, mengatakan pihaknya belum bisa memastikan identitas korban.

"Saat ini jenazah masih dalam identifikasi keluarga, jadi dari kami belum bisa memberikan pernyataan bahwa jenazah adalah salah satu korban yang hilang terseret arus saat banjir," ujarnya.

Proses identifikasi dilakukan oleh tim DVI di RS Proef Ngoerah sebelum nantinya dipastikan oleh pihak keluarga.

Analisis Akar Masalah Banjir Terbesar Sepanjang Sejarah Bali

Sebelumnya, pengamat Tata Kota Universitas Udayana Putu Rumawan Salain, saat dihubungi Tim Regional Liputan6.com, Kamis (11/9/2025) mengatakan, banjir saat ini bisa dibilang sebagai banjir yang terbesar dan terparah yang pernah terjadi di Bali, dengan memakan korban jiwa terbanyak dan hampir seluruh wilayah Bali mengalaminya.

"Ini sebagai dampak dari perencanaan, tapi semua itu kan tingkah polah manusia, yang melakukan kegiatan di atas bumi. Jadi ini adalah sebagai peringatan kepada kita untuk mencermati dan tunduk kepada tata ruang yang sudah dirancang," katanya.

Putu juga mengungkapkan banyak pelanggaran di pemerintahan soal alih fungsi lahan dan kepemilikanya, yang akhirnya menjadi salah satu pemicu banjir parah di Bali. Putu juga tidak memungkiri bahwa pariwisata Bali yang jadi trigger utama banyaknya perubahan fungsi dan pemanfaatan lahan di Bali.

Pariwisata secara langsung mendorong makin tingginya jumlah penduduk di Bali. Banyak orang mencari kerja di Bali di samping juga angka kelahiran yang tinggi. Sehingga Bali penduduk Bali saat ini sudah mencapai angka 4 juta lebih, dan di Denpasar sudah hampir 1 juta penduduk.

"Bayangkan di kota yang sekecil ini luasnya (Denpasar)," kata Rumawan.

Alih Fungsi Lahan Gila-gilaan

Kepadatan penduduk itu, katanya, akan mendorong banyak orang untuk memanfaatkan lahan sekecil-kecilnya sebagai tempat tinggal. Pada akhirnya sempadan atau daerah-daerah di pinggir sungai 'dirampok' sehingga daerah aliran sungai menyempit. 

"Belum lagi akibat pendangkalan, pencurian lahan untuk bangunan dan lain-lain, itu menjadikan semakin susah penyaluran air dari penyaluran primer sampai ke tersier," ungkap Rumawan.

Peralihan daerah sawah menjadi permukiman juga mengubah tata ruang kota sehingga saat terjadi hujan, airnya meluap, air kemudian mencari jalannya sendiri ke tempat yang rendah, seperti Denpasar.

"Di sisi selatan ini kan daerah dataran yang paling rendah, diserbu oleh hujan berbagai daerah di hulu, dari Tabanan, diserbu dari Gianyar," katanya.

Putu Rumawan juga menjelaskan, sebenarnya dalam rencana tata kota dan tata ruang Provinsi Bali, yang sudah direvisi 2023, sudah diatur untuk tidak menambah slot pada titik-titik perkembangan pariwisata.

"Sekarang ini kan banyak sekali tumbuh bahkan membuat konflik di daerah-daerah masyarakat kan ada adat yang dibenturkan, ada politik yang terbenturkan, karena investor bawa uang itu berlindung di balik kekuasaan dan di balik adat, jadi kan yang konflik masyarakat," kata Rumawan.

Dirinya mewanti-wanti pemerintah dalam hal ini harus tegas menegakkan peraturan yang ada, karena sekarang bukan hanya kerugian materi sebagai imbasnya, tapi juga memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

Saran ke Pemerintah

Menurut Rumawan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah agar banjir parah setidaknya tidak terulang untuk kedua kalinya, yakni pertama, penegakan aturan tata ruang dan tata kota.

Kedua, di dalam pengurusan izin-izin pembangunan harus tegas. Garis sempadan bangunan samping, belakang, depan, itu harus dipenuhi. Lahan di Bali yang sudah sempit ini karena pembangunan pariwisata, sangat susah dicari lahan yang bisa menyerap air, kalau pun ada presentasenya tidak banyak. 

"Banyak lahan sudah ditutup sama beton paving, atau batu sikat bumi tidak meresap air lagi jadi tidak ada kemampuan bumi tidak pernah napas dan tidak minum seolah-olah begitu dan ketika dia tidak kuat dia melempa semua yang dia muntahkan," kata Rumawan.

Rumawan menegaskan, hujan tidak perlu disalahkan dan dicap sebagai pemicu banjir besar. Yang diperlukan saat ini adalah kejernihan berpikir untuk mencegah dan menanggulangi jika sewaktu-waktu hujan turun dengan deras. 

"Mungkin turis juga tidak mau datang, kalau kita saja tidak bisa mencegah dan menanggulangi banjir," katanya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |