Ancaman Jerat dan Pencari Gaharu Bayangi Badak Kalimantan Terakhir

7 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Hutan di Kecamatan Laham, Kabupaten Mahakam Ulu tampak sunyi, tetapi patroli monitoring pada Mei 2025 menunjukkan ancaman yang semakin dekat. Di jalur jelajah Badak Kalimantan terakhir di alam liar bernama Pari, tim menemukan bekas pondok baru yang usianya kurang dari sebulan sebagai penanda ada aktivitas manusia di hutan nan sunyi itu.

Tak hanya itu, ditemukan pula sisa jerat dengan tulang belulang kijang, bulu burung rangkong, dan tempurung kura-kura sungai. Semua itu berada hanya sekitar seratus meter dari kubangan aktif, ruang penting bagi badak untuk berkubang, menjaga kulit, dan menyingkirkan parasit.

Tak hanya itu, bekas tali, rintisan jalur, dan barang-barang konsumsi yang ditinggalkan menunjukkan bahwa para pelintas hutan tersebut bermukim dalam jangka waktu lama. Di pondok itu juga ditemukan serutan kayu sehinga dipastikan manusia yang masuk hutan ini adalah pencari gaharu. Selain membawa makanan awet, mereka juga mencari satwa liar menjadi sumber protein instan.

Di lanskap yang sama, kamera jebak mencatat jejak-jejak satwa kecil. Kombinasi ini mengubah hutan menjadi ruang berbagai gangguan antropogenik yang saling tumpang tindih.

Dari punggungan bukit terdengar suara alat berat, menandakan pembukaan jalur logging. Akses ini tersambung hingga Kalimantan Tengah dan digunakan oleh para pencari gaharu yang berbulan-bulan bermukim di dalam hutan.

Selain itu, ketika logistik menipis, aktivitas berburu menjadi pilihan. Gangguan ini dikategorikan serius, karena dapat menggeser jalur jelajah, menyulitkan pemantauan, dan meningkatkan risiko perburuan satwa liar.

Kepala Resor Suaka Badak Kelian BKSDA Kaltim, Jono Adiputro, menyebut perubahan pola jelajah sudah terdeteksi. Ia menilai badak mulai menghindari area yang biasanya dikunjungi.

“Pada wilayah perbatasan tempat pencari gaharu ini beraktivitas, kehadiran pari mulai jarang ditemukan. Sepertinya pari merasa terganggu,” ujarnya.

Jika gejala ini berulang, badak dapat masuk lebih dalam ke hutan, menjauhi titik kamera jebak, dan keluar dari rencana pit trap. Pada populasi kritis, satu pergeseran kecil saja bisa berdampak fatal.

Akses Melalui Perusahaan

Para pencari gaharu memasuki kawasan melalui jalur perusahaan yang beroperasi di sekitar ring habitat. Untuk menyempitkan pintu masuk, pada pertengahan Oktober 2025 Jono mendatangi PT Samudra Rezeki Perkasa dan Maruwai Coal di Kalimantan Tengah untuk berkoordinasi.

Dalam dialog itu, PT Samudra Rezeki Perkasa disebut sebagai akses paling sering dilalui pencari gaharu. Asisten Manajer Operasional perusahaan, Choirul Abidin, mengiyakan.

“Bulan ini mulai berkurang, tapi dua bulan lalu bahkan sampai empat rombongan. Kami tidak bisa melarang warga lewat, tapi akan bantu mengingatkan agar tidak berburu satwa,” katanya.

BKSDA meminta perusahaan aktif menyampaikan larangan perburuan kepada siapa pun yang melintasi jalan operasional mereka. Mencari gaharu memang tidak dilarang, tetapi berburu satwa liar menimbulkan gangguan ekologi berlapis, terutama di lokasi jelajah badak.

Selain itu, akses jalan buatan perusahaan juga membuka pintu baru menuju area yang sebelumnya sulit dijangkau. Ketika pintu masuk semakin banyak, intensitas gangguan meningkat. Setiap rombongan baru berpotensi menambah jerat baru, menambah suara, menambah tekanan.

Di antara semua ancaman, jerat menjadi yang paling berbahaya. Jerat tidak memilih korban. Ia tetap aktif bahkan setelah pemasangnya meninggalkan tempat. Bagi badak, cedera pada kaki sering berujung infeksi, dan di hutan tropis yang lembap, infeksi dapat menyebar sangat cepat.

Preseden ini pernah terjadi. Pada 2016, Najaq, Badak Kalimantan yang berhasil ditangkap untuk diselamatkan, meninggal akibat infeksi berat di kaki yang diduga berasal dari jerat. Kasus itu menjadi pengingat bahwa luka kecil pada badak dapat mematikan dalam hitungan minggu.

Temuan tulang-belulang kancil, tempurung kura-kura sungai, dan bulu rangkong memperlihatkan bahwa ancaman bekerja tanpa henti. Ketika satwa-satwa kecil mulai hilang, rantai makanan terganggu, dan predator lain bermigrasi, ruang tenang badak terus mengecil.

Kendala Pengamatan

Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, mengonfirmasi ancaman tersebut. Menurutnya, pengawasan tidak hanya dilakukan di habitat inti, tetapi juga wilayah sekitar yang menjadi lalu lintas manusia.

“Kita melakukan pengamatan bukan hanya di habitat inti, tetapi juga wilayah sekitarnya,” ucap Ari.

Ia mengingatkan bahwa posisi habitat yang berada di perbatasan dua provinsi membuat pengamanan tak bisa berjalan satu arah. Koordinasi lintas wilayah menjadi penting, termasuk sosialisasi kepada lembaga kampung, perusahaan, dan pemegang izin usaha.

Survei menemukan kamera jebak lama mulai mengalami malfungsi. Sebagian unit rusak, baterai melemah, dan sensor tak lagi responsif. Ketika jejak badak berkurang di titik yang sama, persilangan antara 'hilangnya rekaman' dan 'hilangnya jejak' menjadi kombinasi berbahaya.

Pergeseran jelajah membuat lokasi pit trap harus terus dievaluasi ulang. Perubahan elevasi kecil saja dapat membuat tim gagal mencegat badak pada momen kritis.Badak Kalimantan kini hanya tersisa dua individu. Satu di antaranya telah berada dalam perawatan di Suaka Badak Kelian. Yang tersisa di alam liar, Pari, masih berada di Mahakam Ulu, dan kini berada di bawah tekanan aktivitas manusia yang semakin dekat.

Kehilangan Pari berarti hilangnya individu terakhir di alam Kalimantan. Dampaknya bukan sekadar lokal, melainkan pukulan bagi konservasi global, karena garis genetik badak di Kalimantan unik dan sangat terbatas.

Dengan populasi sekecil ini, margin kesalahan mendekati nol. Keterlambatan satu bulan, hilangnya data satu kamera, atau pemasangan satu jerat baru dapat mengubah peta keselamatan.

Semakin dekatnya pondok perambah, jerat, dan suara alat berat membuat rencana translokasi badak Pari ke Suaka Badak Kelian menjadi genting. Pemerintah menargetkan pemindahan pada awal 2026.

Persiapan Translokasi

Saat ini lokasi pit trap, camp induk, camp transit, dan camp layang telah dipetakan, sementara kesiapan personel lintas instansi disusun. Ari Wibawanto menjelaskan bahwa langkah-langkah teknis terus dipenuhi agar operasi berlangsung aman.

“Kita mempersiapkan semua hal sebelum proses evakuasi atau translokasi dilakukan,” tegasnya.

Jika gangguan antropogenik terus meningkat, badak bisa bergerak lebih jauh ke dalam lanskap yang sulit dijangkau. Pada populasi sekecil ini, setiap perubahan perilaku berpotensi mengubah sejarah.

Peluang keberhasilan translokasi sangat bergantung pada kemampuan tim membaca jejak dan mempertahankan Pari tetap berada dalam radius pemantauan. Setiap pondok baru yang muncul berarti gangguan baru. Setiap jerat yang ditinggalkan berarti ancaman yang terus mengendap.

Selama tapak basah, plintiran daun, dan kubangan aktif masih ditemukan, harapan itu hidup. Namun waktu bergerak cepat. Setiap rombongan pencari gaharu yang lewat, setiap jerat tertinggal, setiap jalur logging baru, semuanya menggerus peluang Pari bertahan cukup lama untuk diselamatkan. Dan dalam hening hutan Mahakam Ulu, garis batas antara selamat dan punah kini semakin tipis.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |