Liputan6.com, Bandung - Wakil Wali Kota Bandung Erwin memastikan akan memperketat pengawasan di seluruh rumah sakit, terutama terhadap ibu yang baru melahirkan. Hal tersebut disampaikan terkait kasus penjualan bayi yang meresahkan masyarakat.
Erwin mengatakan, petugas keamanan, seperti satpam, harus lebih waspada. Prosedur penamaan bayi, pemberian tanda identitas, dan pengawasan terhadap keluar-masuknya orang juga harus diperketat.
“Kami mengimbau kepada seluruh rumah sakit agar melakukan pengawasan ketat terhadap para ibu yang baru melahirkan.,” kata Erwin dalam keterangannya di Bandung, Rabu 16 Juli 2025.
Ia juga menyampaikan, harapannya agar aparat keamanan turut memberikan dukungan terkait pengawasan di rumah sakit.
“Mudah-mudahan unsur kepolisian dan TNI bisa turut memberikan kekuatan dalam penjagaan rumah sakit, demi melindungi keselamatan bayi-bayi yang baru lahir,” tuturnya.
Lebih lanjut, Erwin menjelaskan, bayi-bayi yang diduga menjadi korban akan menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
“Setiap bayi yang ditampung pasti akan dicek kesehatannya. Kalau diketahui siapa orang tuanya, tentu akan kami kembalikan. Tapi kalau tidak ada yang mengaku sebagai orang tuanya, kita akan menampung dan melindungi mereka,” ujarnya.
Kasus Penjualan Bayi
Sebelumnya, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat berhasil mengungkap praktik perdagangan manusia berupa penjualan bayi yang melibatkan jaringan internasional. Dalam pengungkapan ini, enam bayi berhasil diselamatkan dan 12 orang ditetapkan sebagai tersangka.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar, Kombes Pol. Surawan, mengungkapkan bahwa sindikat tersebut diduga telah menjual sedikitnya 24 bayi, dengan sebagian besar diduga dikirim ke Singapura.
“Kami masih mendalami kemungkinan keterlibatan jaringan di luar negeri. Saat ini tengah dilakukan pengembangan kerja sama dengan Interpol untuk menelusuri keberadaan bayi-bayi yang sudah berada di Singapura,” ujar Kombes Pol. Surawan, dikutip dari siaran pers, Selasa (15/7/2025).
Bayi-bayi korban umumnya berusia 2 hingga 3 bulan. Sebelum dikirim ke luar negeri, mereka dirawat oleh para pelaku dan dipersiapkan dokumen administrasi palsu.
“Kami mengamankan lima bayi dari Pontianak yang telah dilengkapi dokumen untuk dikirim ke Singapura, serta satu bayi lainnya diamankan di wilayah Tangerang,” lanjut Kombes Pol. Surawan.
Pengungkapan kasus ini bermula dari penyelidikan yang dilakukan sejak awal tahun 2023. Tim Ditreskrimum Polda Jabar berhasil mengidentifikasi dan membongkar modus operandi sindikat perdagangan orang yang beroperasi lintas provinsi dan negara.
Modus yang digunakan melibatkan perekrutan ibu hamil, perawatan bayi, penampungan, dan pembuatan dokumen palsu seperti akta kelahiran dan paspor untuk memfasilitasi pengiriman ke luar negeri.
12 Tersangka
Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol. Hendra Rochmawan, menjelaskan bahwa lima dari enam bayi yang diselamatkan dipindahkan ke Mapolda Jabar dari Pontianak melalui penerbangan via Bandara Soekarno-Hatta, sementara satu bayi lainnya diamankan dari wilayah Jabodetabek.
“Dalam kasus ini, kami menangkap 12 tersangka dengan peran yang berbeda-beda. Ada yang bertugas merekrut ibu hamil, ada yang merawat bayi, menampung, serta mengurus dokumen palsu seperti akta kelahiran dan paspor untuk memfasilitasi pengiriman ke luar negeri,” jelas Kombes Pol. Hendra Rochmawan.
Berbagai barang bukti turut diamankan, termasuk dokumen identitas palsu, paspor, dan akta kelahiran yang diduga digunakan dalam praktik ilegal ini.
Polda Jawa Barat berkomitmen untuk mengembangkan kasus ini guna menelusuri seluruh jaringan pelaku, termasuk yang berada di luar negeri, dengan melibatkan kerja sama lintas lembaga dan instansi, termasuk Interpol.
Kasus ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan dan penindakan terhadap perdagangan manusia, khususnya perdagangan bayi yang merupakan kejahatan internasional yang sangat kejam.