BEI dan S&P Bakal Luncurkan 3 Indeks Baru, Sasar Tarik Dana Investor Global

11 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan S&P Dow Jones Indices bakal meluncurkan tiga indeks saham terbaru, yakni S&P/IDX Indonesia ESG Tilted Opportunity, S&P/IDX Dividend Opportunities, dan S&P/IDX Shariah High Dividend.

Ketiga indeks terbaru itu bakal melengkapi 45 indeks saham milik BEI yang digunakan sebagai acuan oleh 74 produk investasi pasif, dengan total dana kelolaan mencapai Rp 16,4 triliun.

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia Ignatius Denny Wicaksono mengatakan, pihaknya coba menggandeng perusahaan pemeringkat saham top global yang telah dikenal dengan indeks S&P 500.

"Semua orang pasti kenal S&P 500 lah, enggak ada yang enggak kenal kan. Nah kita coba menggandeng S&P bersama-sama dengan IDX. Kalau ini kita justru sebagai partnernya. Nanti yang menghitung dan juga menjalankan indeksnya itu dari S&P," ujarnya dalam sesi media briefing, Selasa (28/10/2025).

Harapannya, investor-investor yang biasa berinvestasi secara pasif nantinya bisa punya banyak pilihan alternatif untuk menyertakan modalnya.

"Dan juga harapan kita ke depannya, selain daripada local fund yang menggunakan indeks-indeks kita, kita harap dari global fund mulai ngelihat juga. Karena kan market kita udah makin maju nih, transaksi udah naik terus, market cap naik terus. Nah, ini saatnya kita coba show up juga ke global investors," imbuhnya.

Promosi 1

Dorong Eksposur Emiten di Luar Negeri

Selain kerja sama penerbitan co-branding index, BEI dan S&P juga berkolaborasi untuk memperluas penggunaan indeks BEI oleh offshore fund managers atau index licensee di luar negeri.

Dalam kerjasama ini, S&P menyediakan asistensi dan dukungan untuk memasarkan indeks BEI melalui network dan client base S&P di luar negeri. Untuk meningkatkan eksposur indeks saham dan perusahaan tercatat (emiten) BEI di luar negeri.

"Jadi S&P bisa membantu kita mencari client base di luar negeri yang ingin pakai indeks saham di BEI. Ini merupakan langkah pertama sebenarnya untuk kita mendapatkan masukan, indeks kita perlu apa saja yang dikembangkan. Sehingga global fund ini bisa nanti menggunakan indeks kita," tuturnya.

13 Perusahaan Antre IPO di BEI, 5 Beraset Jumbo

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 13 perusahaan dalam proses penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga 23 Oktober 2025.

Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yeta menuturkan, dari 13 perusahaan dalam pipeline IPO terdiri dari dua perusahaan dengan aset skala kecil, enam perusahaan aset skala menengah dan lima perusahaan aset skala besar.

Selain itu, satu perusahaan dalam pipeline rights issue dan 23 emisi obligasi yang berasal dari 18 perusahaan.

Ia mengatakan, jika dilihat dari komposisi pipeline di mana hanya dua perusahaan yang memakai laporan keuangan per Juli 2025. “Sementara sisanya menggunakan laporan keuangan pada semester pertama 2025, mayoritas calon perusahaan tercatat yang berada dalam pipeline saat ini diperkirakan melaksanakan pencatatan sahamnya pada 2025,” ujar dia dikutip Minggu (26/10/2025).

Ia mengatakan, pencatatan saham itu terlaksana pada 2025 dengan catatan tidak terdapat concern terkait penawaran umum dan pencatatan oleh Otoritas Jasa Keuangan )OJK) dan BEI mempertimbangkan perusahaan-perusahaan tersebut masih dalam review evaluator BEI dan OJK.

"Saat ini tidak terdapat calon perusahaan tercatat yang menggunakan laporan keuangan per September 2025,” kata dia.

Nyoman menuturkan, pihaknya senantiasa melakukan evaluasi pencatatan perusahaan tidak hanya dari sisi pemenuhan persyaratan pencatatan tetapi juga dari sisi kinerja perusahaan menyeluruh untuk memastikan perusahaan yang tercatat memiliki kualitas yang baik.

"Tentu kami berharap perusahaan-perusahaan yang saat ini berada di pipeline pencatatan saham dapat memenuhi hal tersebut sehingga dapat memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan dan meramaikan pencatatan perdana saham pada sisa akhir 2025,” ujar dia.

Batas Minimum Free Float Bakal Naik, BEI Siap Perbanyak IPO Skala Besar

Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara terkait usulan untuk mengubah batas minimum free float, atau porsi saham yang dimiliki publik. Dalam usulannya, DPR mendorong minimum free float saham di BEI menjadi 30 persen.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya tidak hanya berfokus di aspek persyaratan minimum free float saja, tetapi juga memperbanyak jumlah IPO skala besar yang akan mendukung secara langsung nilai total kapitalisasi free float.

"Dari sisi regulasi, BEI tengah mengkaji penyesuaian regulasi pencatatan saham. Termasuk mengenai free float dengan tetap memperhatikan kondisi dari sisi perusahaan tercatat serta kemampuan dari sisi investor," jelas Nyoman, Senin (13/10/2025).

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |